Sumber foto: iStock

Teror Digital 2025: 4 Modus Kejahatan AI yang Bikin Dunia Keuangan Ketar-Ketir

Tanggal: 23 Jun 2025 09:59 wib.
Tahun 2025 bukan hanya era kemajuan teknologi, tetapi juga menjadi panggung baru bagi kejahatan digital yang kian canggih dan mengerikan. Berbagai modus penipuan kini tidak lagi mengandalkan cara lama, melainkan memanfaatkan kekuatan kecerdasan buatan (AI) seperti deepfake, voice cloning, hingga chatbot penipu. Dunia fintech, perbankan pribadi, bahkan sektor korporat kini menghadapi ancaman nyata yang sulit dilacak dan makin sulit dikenali.

Laporan dari Forbes mengungkap bahwa teknologi AI kini telah menjadi senjata utama sindikat penipuan global. Bukan sekadar alat produktif, AI telah mengalami pergeseran fungsi sebagai alat kriminal yang sangat efisien. Inilah empat jenis kejahatan berbasis AI yang paling meresahkan dan patut diwaspadai oleh individu maupun lembaga keuangan pada tahun ini.

1. Penipuan Bisnis Lewat Video Palsu & Email Canggih

Modus Business Email Compromise (BEC) berkembang pesat. Jika sebelumnya hanya mengandalkan email yang tampak resmi, kini penjahat siber menggunakan deepfake video dan audio AI untuk menyamar sebagai eksekutif perusahaan.

Salah satu kasus nyata terjadi di Hong Kong, di mana pelaku berhasil berpura-pura sebagai atasan dalam rapat Zoom palsu dan mengelabui staf hingga mentransfer dana sekitar Rp480 miliar.

Yang mengkhawatirkan, survei menunjukkan bahwa 53% akuntan di Amerika Serikat pernah menjadi sasaran serangan semacam ini. Bahkan, 40% email penipuan BEC kini sepenuhnya ditulis oleh AI, yang membuatnya tampak lebih meyakinkan dan sulit dibedakan dari email asli.

2. Chatbot AI Penebar Cinta Palsu

Penipuan asmara kini berevolusi dengan sentuhan teknologi. Jika dulu pelakunya adalah manusia yang berpura-pura jatuh cinta, kini banyak korban dirayu oleh chatbot AI otonom yang dirancang untuk membangun koneksi emosional secara halus dan realistis.

Chatbot ini mampu berbicara tanpa aksen, meniru emosi, dan membangun hubungan yang meyakinkan hanya melalui teks atau suara. Salah satu video pengakuan pelaku asal Nigeria sempat viral karena membocorkan bagaimana chatbot ini digunakan untuk mengecoh dan menguras dana para korban, terutama melalui aplikasi media sosial.

3. Investasi Fiktif Berkedok Cinta: Skema “Pig Butchering” Versi AI

Istilah “pig butchering” mengacu pada penipuan yang menggabungkan rayuan asmara dengan skema investasi fiktif. Awalnya korban dirayu dengan kata-kata manis, lalu ditawari peluang investasi menggiurkan. Kini, skema ini telah diotomatisasi dengan AI, memungkinkan pelaku menjaring ribuan korban sekaligus.

Salah satu tekniknya adalah dengan memanfaatkan alat seperti Instagram Automatic Fans yang mengirim pesan otomatis semacam: “Hai, teman saya merekomendasikan kamu. Apa kabar?”

Para pelaku juga memakai video deepfake dan kloning suara agar terlihat lebih autentik saat melakukan video call. Kombinasi teknologi ini menciptakan ilusi sempurna bahwa korban sedang berinteraksi dengan manusia sungguhan, padahal semuanya hasil rekayasa.

4. Pemerasan Berbasis Deepfake: Target Eksekutif dan Pejabat

Salah satu bentuk kejahatan digital yang semakin mencemaskan adalah pemerasan menggunakan video deepfake. Di Singapura, dilaporkan terjadi serangkaian email ancaman yang menyertakan video palsu berisi wajah pejabat penting yang dimanipulasi seolah-olah terlibat skandal. Penjahat lalu meminta uang tebusan dalam bentuk kripto, bahkan bisa mencapai puluhan ribu dolar.

Video-video ini dihasilkan dari konten publik seperti foto LinkedIn atau video YouTube, lalu diolah dengan teknologi deepfake yang kini semakin mudah diakses siapa saja.

Jika tren ini terus berlanjut, para CEO, pejabat pemerintah, hingga influencer ternama bisa menjadi target empuk dari penjahat dunia maya yang tidak segan memanfaatkan reputasi untuk mencari keuntungan instan.

Dampak Nyata & Tantangan Regulasi

Meningkatnya pemanfaatan AI untuk kejahatan membuat masyarakat dunia berada dalam posisi rentan. AI yang dirancang untuk membantu, kini berbalik menjadi alat manipulasi masif. Data pribadi dan informasi publik yang beredar bebas di internet pun makin berisiko untuk dijadikan bahan kejahatan.

Beberapa negara mulai mengambil langkah mitigasi, namun tantangan utamanya adalah bagaimana teknologi bisa berkembang lebih cepat daripada regulasi. Kebijakan perlindungan data, edukasi digital, serta keamanan siber harus segera ditingkatkan, terutama di sektor keuangan dan media sosial.

Tips Aman di Era AI Jahat

Untuk melindungi diri dari ancaman penipuan berbasis AI, berikut langkah pencegahan sederhana namun penting:



Verifikasi ulang identitas jika menerima permintaan dana mendesak, bahkan jika terlihat dari orang terpercaya.


Jangan membagikan terlalu banyak informasi pribadi di platform publik.


Waspadai rayuan cinta online dari orang asing, terutama jika berujung pada permintaan uang.


Gunakan verifikasi dua langkah di semua akun penting.


Laporkan aktivitas mencurigakan ke pihak berwenang dan institusi terkait.



AI, Teman Sekaligus Ancaman

Kecanggihan teknologi AI membawa harapan baru, tapi juga menciptakan tantangan yang lebih kompleks. Di balik segala manfaatnya, AI telah menjadi alat paling berbahaya dalam evolusi kejahatan digital. Masyarakat, institusi, dan pemerintah harus lebih waspada dan responsif terhadap ancaman baru ini sebelum terlambat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved