Terobosan Baterai Silikon dari Korea: Mobil Listrik Kini Bisa Tempuh 1.000 Km Sekali Cas
Tanggal: 5 Apr 2025 19:14 wib.
Inovasi luar biasa datang dari Korea Selatan yang mampu mengubah cara kita memandang masa depan kendaraan listrik. Tim ilmuwan dari Pohang University of Science and Technology (POSTECH) berhasil menciptakan baterai mobil listrik berbahan silikon yang diklaim mampu menempuh jarak hingga 1.000 kilometer hanya dalam satu kali pengisian daya. Temuan ini membuka lembaran baru dalam dunia otomotif dan energi ramah lingkungan, khususnya dalam meningkatkan efisiensi serta daya jangkau mobil listrik di masa depan.
Dalam beberapa tahun terakhir, tantangan terbesar dalam pengembangan kendaraan listrik adalah keterbatasan daya jelajah. Banyak calon pengguna merasa ragu untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil karena khawatir akan keterbatasan jangkauan dan infrastruktur pengisian daya yang belum merata. Itulah sebabnya para peneliti dari POSTECH mengambil pendekatan unik untuk menjawab tantangan tersebut, yakni dengan memfokuskan penelitian mereka pada pengembangan baterai berbasis silikon.
Material silikon sendiri sudah lama dianggap sebagai kandidat kuat dalam pengembangan baterai karena keberadaannya yang sangat melimpah di bumi. Silikon bahkan diketahui memiliki potensi menyimpan energi lebih besar dibandingkan bahan anoda konvensional seperti grafit. Namun, penggunaan silikon dalam baterai juga memiliki tantangan besar. Ketika mengisi daya, partikel silikon dapat mengalami pembengkakan hingga tiga kali lipat, lalu kembali menyusut saat energi digunakan. Siklus pembengkakan dan penyusutan ini membuat struktur baterai cepat rusak dan tak stabil untuk digunakan jangka panjang.
Untuk mengatasi masalah tersebut, banyak peneliti sebelumnya mencoba membuat partikel silikon dalam ukuran nano. Ukuran nano membantu meminimalkan efek volume perubahan, namun proses produksinya sangat mahal dan kompleks. Berbeda dari pendekatan konvensional tersebut, tim dari POSTECH justru memilih metode yang lebih sederhana dan ekonomis, yakni menggunakan partikel silikon dalam ukuran mikro—sekitar seribu kali lebih besar dibandingkan partikel nano.
Penggunaan mikro-silikon ini memberikan keunggulan dari sisi biaya dan kemudahan produksi. Namun, tantangan kembang-kempis yang sama tetap ada. Untuk itu, tim peneliti memperkenalkan solusi inovatif berupa penggunaan gel polimer elektrolit. Gel ini mampu mengikuti perubahan bentuk partikel silikon selama proses pengisian dan pengosongan daya. Agar lebih kuat dan stabil, gel tersebut kemudian diikat secara kimia menggunakan radiasi elektron. Proses ini menciptakan struktur baterai yang tetap solid dan tahan lama, meskipun terjadi perubahan bentuk berulang pada elemen silikon.
Hasilnya mengejutkan: baterai silikon versi POSTECH tak hanya stabil, tetapi juga memiliki densitas energi 40% lebih besar dari baterai lithium-ion standar. Ini berarti baterai tersebut mampu menyimpan lebih banyak energi dalam ukuran yang sama—sebuah pencapaian besar dalam teknologi baterai modern.
Menurut Park Soojin, salah satu peneliti utama dalam proyek ini, anoda berbahan mikro-silikon yang mereka gunakan bisa menjaga kestabilan performa baterai dalam waktu lama. Hal ini membuktikan bahwa teknologi baru ini tak sekadar teori di atas kertas, melainkan bisa benar-benar diterapkan dalam skala industri dan komersial.
Lebih lanjut, para peneliti juga menyatakan bahwa teknologi baterai mereka mudah diadaptasikan dalam sistem produksi baterai lithium-ion saat ini. Artinya, transisi dari teknologi baterai lama ke versi baru ini tidak akan memerlukan investasi besar atau infrastruktur baru, menjadikannya solusi yang realistis dan efisien.
Kemampuan baterai baru ini untuk menempuh jarak hingga 1.000 kilometer dalam satu pengisian menjadi game-changer bagi dunia otomotif. Bayangkan, pengguna mobil listrik tak lagi perlu khawatir kehabisan daya saat bepergian jarak jauh atau saat infrastruktur pengisian belum sepenuhnya memadai. Dengan baterai yang tahan lama dan kapasitas besar, kenyamanan berkendara akan meningkat, dan pengguna akan semakin percaya diri untuk beralih ke kendaraan listrik.
Penemuan ini juga memberikan dampak positif dalam mendorong transisi global menuju energi bersih. Dengan efisiensi dan biaya yang lebih rendah, adopsi kendaraan listrik bisa meningkat lebih cepat, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mempercepat tercapainya target emisi nol karbon di berbagai negara.
Inovasi dari Korea Selatan ini adalah bukti nyata bahwa riset dan pengembangan teknologi masih menjadi kunci untuk memecahkan tantangan terbesar umat manusia, termasuk dalam hal energi dan lingkungan. Jika teknologi baterai silikon ini bisa segera dikomersialisasi, maka kita berada di ambang revolusi baru dalam dunia transportasi dan keberlanjutan.