Terancam Tergusur di Negeri Tirai Bambu? Ini Alasan Apple Gagal Luncurkan AI iPhone di China!
Tanggal: 8 Jun 2025 14:39 wib.
Apple kembali menghadapi tantangan besar dalam upayanya mempertahankan pasar di Tiongkok. Kali ini, masalah muncul dari penundaan peluncuran layanan kecerdasan buatan (AI) yang rencananya akan disematkan pada perangkat iPhone di negara tersebut. Kabar ini menimbulkan spekulasi luas di industri teknologi global, terutama karena keterlibatan Apple dan Alibaba dalam kolaborasi strategis yang seharusnya memperkuat eksistensi produk Apple di China.
Menurut laporan eksklusif dari Financial Times, proses peluncuran fitur AI dari Apple ternyata berhenti di meja regulator internet Tiongkok, yakni Cyberspace Administration of China (CAC). Keterlambatan ini dianggap sebagai sinyal bahwa pemerintah China sedang memperketat celah masuknya teknologi asal Amerika Serikat ke dalam negeri mereka, seiring dengan memburuknya hubungan bilateral kedua negara adidaya tersebut.
Ancaman Baru untuk Apple di China
Penundaan ini menjadi perhatian serius mengingat pasar China merupakan pasar ponsel pintar terbesar di dunia. Sebelumnya, Apple telah mengumumkan rencana peluncuran layanan AI sebagai bagian dari strategi untuk membendung penurunan penjualan iPhone yang cukup tajam dalam beberapa waktu terakhir.
Namun, pengawasan yang ketat dari pihak regulator China justru menjadi batu sandungan yang cukup signifikan. Diketahui bahwa semua produk berbasis AI yang akan beredar di China harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari otoritas terkait, termasuk yang menyangkut privasi data, algoritma, dan keamanan informasi.
Pihak CAC hingga kini belum memberikan pernyataan resmi terkait alasan spesifik di balik penundaan tersebut. Begitu pula Apple dan Alibaba—keduanya belum merespons permintaan komentar dari berbagai media internasional.
Efek Domino: Penjualan iPhone Terus Menurun
Jika peluncuran AI ini benar-benar tertunda tanpa kejelasan waktu, maka potensi kerugian bagi Apple bisa sangat besar. Para analis memperkirakan bahwa ketiadaan fitur AI pada generasi terbaru iPhone dapat membuat Apple kehilangan daya saing di pasar lokal. Terlebih lagi, vendor-vendor lokal seperti Huawei, Xiaomi, dan merek-merek lainnya mulai mengembangkan AI mereka sendiri dan semakin agresif di pasar domestik.
Menurut data dari kuartal pertama tahun 2025, penjualan iPhone di China tercatat turun sebesar 9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY). Penurunan ini mencerminkan betapa sulitnya Apple menjaga dominasinya di tengah kompetisi yang semakin ketat serta regulasi yang tak bisa dinegosiasikan.
AI sebagai Daya Tarik Utama iPhone Baru
Dalam beberapa tahun terakhir, Apple mulai menjadikan fitur AI sebagai salah satu inovasi andalan di lini produk iPhone terbaru mereka. AI digunakan dalam berbagai fungsi mulai dari fotografi, pengolahan bahasa, hingga efisiensi daya dan pengelolaan aplikasi. Sayangnya, strategi ini bisa menjadi bumerang jika Apple tak mampu menawarkannya di pasar penting seperti China.
“Ketidakhadiran fitur AI bisa menjadi kerugian paling signifikan bagi iPhone di pasar Tiongkok,” kata seorang analis teknologi yang enggan disebutkan namanya. “Pengguna di sana sangat cepat beradaptasi dengan teknologi baru dan sangat sensitif terhadap fitur-fitur canggih,” tambahnya.
Perang Teknologi dan Tarif Tambahan
Tak hanya dari sisi inovasi, Apple juga harus menghadapi tekanan dari kebijakan dagang. Belum lama ini, perusahaan dikenai tarif sebesar 25% untuk semua iPhone yang dijual di Amerika Serikat namun tidak diproduksi secara lokal. Hal ini menambah beban operasional dan bisa mempengaruhi strategi harga Apple secara global.
Kondisi ini menempatkan Apple dalam posisi dilematis: di satu sisi ingin mempertahankan pasar Tiongkok, di sisi lain harus berhati-hati agar tidak terganjal regulasi dalam negeri yang semakin membatasi ruang geraknya.
Apa Selanjutnya?
Belum jelas bagaimana langkah Apple ke depan untuk mengatasi hambatan ini. Namun satu hal pasti, perusahaan perlu segera mencari solusi agar tidak semakin tertinggal dari kompetitor lokal maupun global. Apalagi, Huawei dan Samsung diketahui telah menanamkan investasi besar-besaran di bidang AI untuk memperkuat lini smartphone mereka.
Menarik untuk menantikan bagaimana Apple akan menavigasi krisis ini—apakah mereka akan merevisi teknologinya agar sesuai dengan regulasi China, atau justru mengalihkan fokus ke pasar lain yang lebih “ramah” terhadap teknologi dari Barat.
Yang jelas, episode ini menjadi pengingat bahwa teknologi canggih saja tidak cukup. Strategi adaptif terhadap pasar, pemahaman budaya, serta kepatuhan terhadap regulasi lokal adalah kunci utama agar bisa bertahan di era persaingan global yang penuh dinamika.