Sumber foto: iStock

Terancam AI? Fakta Mengejutkan Mengapa Pekerjaan Perempuan Lebih Rentan Digantikan Kecerdasan Buatan

Tanggal: 8 Jun 2025 15:00 wib.
Di era kecanggihan teknologi yang terus berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) menjadi sorotan utama dalam berbagai bidang pekerjaan. Namun, siapa sangka bahwa teknologi yang diciptakan untuk mempermudah hidup manusia justru dapat menjadi ancaman besar, terutama bagi perempuan?

Sebuah studi terbaru dari Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bekerja sama dengan Institut Riset Nasional Kementerian Urusan Digital (NASK) Polandia, mengungkap fakta mencengangkan: pekerjaan yang didominasi oleh perempuan lebih rentan tergantikan oleh AI dibandingkan dengan pekerjaan laki-laki, terutama di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Fakta Mengejutkan dari Studi Global

Menurut hasil penelitian tersebut, sekitar 10% pekerjaan yang umumnya dilakukan oleh perempuan di negara-negara maju berpotensi besar digantikan oleh otomatisasi AI. Sementara itu, hanya sekitar 3,5% pekerjaan pria yang memiliki tingkat risiko serupa.

Ketimpangan ini paling terlihat jelas di negara-negara berpenghasilan tinggi, di mana 41% pekerjaan perempuan dianggap dapat dengan mudah terpapar oleh teknologi AI, berbanding 28% pekerjaan laki-laki. Temuan ini memicu kekhawatiran tentang ketidaksetaraan gender dalam revolusi digital yang sedang berlangsung.

Metode Penelitian: Kombinasi Survei dan Kecerdasan Buatan

Untuk memperoleh hasil yang akurat dan representatif, para peneliti melakukan survei terhadap 1.640 responden dari berbagai sektor industri di Polandia. Data survei ini kemudian dikombinasikan dengan informasi pekerjaan nasional dan digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan sistem AI yang dapat memetakan tingkat keterpaparan lebih dari 2.500 jenis pekerjaan dan 29.000 tugas pekerjaan terhadap otomatisasi.

Melalui pendekatan ini, para peneliti dapat memetakan jenis pekerjaan mana saja yang berisiko tinggi terdampak oleh adopsi AI, terutama jenis-jenis pekerjaan yang sifatnya berulang dan administratif.

Jenis Pekerjaan yang Paling Terancam AI

Hasil studi menunjukkan bahwa pekerjaan administrasi menjadi sektor yang paling terpapar risiko digantikan AI. Beberapa profesi yang disebut antara lain:



Petugas administrasi


Operator pengolah kata


Akuntan


Staf pembukuan



Pekerjaan-pekerjaan tersebut umumnya melibatkan aktivitas seperti menjadwalkan pertemuan, mencatat hasil rapat, atau mengolah data dan angka—yang kini dapat dilakukan oleh sistem berbasis AI dengan akurasi dan efisiensi tinggi.

Tidak hanya profesi administratif, bidang teknologi dan keuangan juga disebut memiliki tingkat paparan yang tinggi. Di antaranya:



Web developer


Spesialis basis data


Analis keuangan


Profesi di bidang media dan perangkat lunak



Meski demikian, penting untuk dipahami bahwa hasil studi ini menggambarkan potensi paparan, bukan kehilangan pekerjaan yang sesungguhnya. Artinya, meskipun AI memiliki kemampuan untuk mengambil alih tugas-tugas tertentu, penggantian total terhadap manusia masih sangat terbatas.

AI Belum Sepenuhnya Mandiri: Manusia Tetap Dibutuhkan

Dalam laporan itu dijelaskan bahwa sebagian besar pekerjaan masih memerlukan intervensi dan masukan manusia, terutama dalam hal pengambilan keputusan, kreativitas, dan empati—sesuatu yang masih sulit ditiru oleh mesin. Oleh karena itu, transformasi pekerjaan, bukan penghapusan pekerjaan, menjadi dampak yang lebih realistis dari kehadiran AI.

“Karena mayoritas profesi terdiri atas kombinasi tugas yang membutuhkan akal, intuisi, dan pemahaman manusia, maka AI akan lebih cenderung mengubah cara kita bekerja, bukan sepenuhnya menggantikan manusia,” tulis para peneliti dalam laporan tersebut.

Apa Artinya untuk Masa Depan Pekerjaan Perempuan?

Temuan ini menjadi peringatan serius bagi perempuan, khususnya mereka yang bekerja di sektor-sektor yang telah disebutkan. Adaptasi dan peningkatan keterampilan (upskilling) menjadi kunci agar tidak tertinggal dalam kompetisi di dunia kerja yang semakin digital.

Pengembangan soft skill seperti kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan manajemen, serta hard skill seperti analisis data, pemahaman dasar teknologi, dan digital literacy, perlu ditingkatkan agar tetap relevan di pasar kerja modern.

Tak kalah penting, perusahaan dan pemerintah juga harus berperan aktif dalam menciptakan kebijakan yang mendukung pemerataan gender di era digital, dengan memberikan pelatihan dan akses teknologi yang setara bagi seluruh pekerja tanpa memandang jenis kelamin.

Ancaman AI terhadap pekerjaan perempuan memang nyata, namun bukan berarti tidak bisa diatasi. Dengan memahami jenis pekerjaan yang berisiko dan mengambil langkah proaktif untuk mengembangkan diri, perempuan bisa tetap unggul dalam dunia kerja yang makin kompetitif.

Era AI bukan akhir dari pekerjaan manusia, melainkan awal dari bentuk pekerjaan baru yang lebih dinamis dan menuntut keterampilan yang lebih tinggi. Maka dari itu, mari kita siapkan diri sebaik mungkin untuk menghadapi masa depan kerja yang penuh tantangan sekaligus peluang ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved