Sumber foto: iStock

Telegram Capai 1 Miliar Pengguna di 2025, Apa Kunci Sukses dan Kontroversinya?

Tanggal: 29 Apr 2025 10:18 wib.
Telegram, aplikasi pesan instan yang menjadi alternatif populer selain WhatsApp, mencatat pertumbuhan luar biasa sepanjang 2025. Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, mengungkapkan bahwa per Maret 2025, jumlah pengguna aktif platform ini telah menembus angka 1 miliar. Tak hanya dari sisi pengguna, Telegram juga berhasil membukukan keuntungan sebesar US$ 547 juta sepanjang tahun lalu.

Meskipun angka ini masih berada di bawah WhatsApp — yang memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif dan diperkirakan akan mencapai 3 miliar pada akhir tahun ini — Telegram menunjukkan tren pertumbuhan yang konsisten dan agresif.

Pavel Durov, dalam wawancara yang dikutip dari TechCrunch pada Minggu (16/4/2025), menegaskan bahwa Telegram tetap berdiri teguh menghadapi tekanan dari kompetitor. Ia menyebut WhatsApp sebagai layanan "murah" yang berusaha meniru inovasi Telegram sambil menghabiskan miliaran dolar untuk lobi dan kampanye PR demi memperlambat laju pertumbuhan Telegram.

Namun, menurut Durov, semua upaya itu gagal. Telegram bukan hanya bertumbuh, tetapi juga mulai meraup keuntungan sekaligus mempertahankan independensinya dari campur tangan pihak luar.

Data dari DemandSage menunjukkan, sekitar 10 juta pengguna kini telah berlangganan Telegram Premium, layanan berbayar yang menawarkan berbagai fitur tambahan. India tercatat sebagai negara dengan pengguna Telegram terbanyak, menyumbang sekitar 45% dari total pengguna global, sedangkan Amerika Serikat hanya menyumbang sekitar 9%.

Dari sisi demografis, mayoritas pengguna Telegram berusia antara 25 hingga 44 tahun, dengan proporsi pengguna pria (58%) lebih banyak dibandingkan pengguna perempuan (42%). Meski Telegram terus berkembang, rata-rata waktu yang dihabiskan pengguna dalam aplikasi ini masih tergolong rendah dibandingkan WhatsApp. Pengguna Telegram rata-rata mengakses aplikasi selama 3 jam 45 menit per bulan, jauh lebih sedikit dibandingkan pengguna WhatsApp yang menghabiskan 17 jam 6 menit per bulan.

Namun, pertumbuhan Telegram tak lepas dari kontroversi. Saat melaporkan jumlah pengguna aktif yang mencapai 900 juta pada 2024, Durov mengungkapkan bahwa Telegram menghadapi tekanan dari sejumlah negara untuk membatasi pertukaran informasi tertentu di platform mereka.

Puncaknya terjadi pada Agustus 2024, saat Durov ditahan di Prancis atas tuduhan keterlibatan Telegram dalam penyebaran pornografi anak, obat-obatan terlarang, serta perangkat lunak peretasan. Meski begitu, Durov dibebaskan dengan jaminan 5 juta euro hanya dalam waktu kurang dari seminggu, dan Telegram segera melakukan penyesuaian besar-besaran, termasuk memperketat moderasi konten di platformnya.

Meski menghadapi banyak tantangan hukum, Durov tetap menegaskan bahwa Telegram berkomitmen menjaga netralitas, terutama dalam isu-isu geopolitik. Saat Rusia menginvasi Ukraina pada 2022, Telegram menjadi salah satu saluran informasi terbuka tanpa penyaringan, meskipun ini menimbulkan masalah baru berupa penyebaran disinformasi.

Menurut Durov, Telegram akan terus mempertahankan prinsip kebebasan informasi dan menjamin keamanan privasi pengguna melalui sistem enkripsi end-to-end yang kuat. Ia bahkan mengungkapkan adanya upaya dari pemerintah, termasuk FBI, untuk membobol sistem keamanan Telegram. Durov mengklaim bahwa FBI pernah mencoba merekrut insinyur Telegram untuk membuka celah keamanan atau backdoor, meski pihak FBI tidak memberikan komentar resmi mengenai tuduhan ini.

Selain tekanan dari lembaga pemerintah, Durov juga menyoroti tantangan dari korporasi besar seperti Apple dan Alphabet. Ia menuduh kedua perusahaan teknologi raksasa itu memiliki kemampuan untuk menyensor konten yang dapat diakses pengguna, serta memanfaatkan data pengguna dari perangkat mereka.

"Lebih baik saya bebas daripada tunduk pada perintah siapa pun," tegas Durov, mengingatkan kembali pada pernyataannya sebelum ditahan pada 2024.

Melihat capaian Telegram hingga 2025, jelas bahwa aplikasi ini tidak hanya bertumbuh dalam jumlah pengguna dan pendapatan, tetapi juga berani menghadapi tekanan besar, baik dari kompetitor maupun dari otoritas pemerintah. Keberanian Telegram untuk mempertahankan prinsip kebebasan berkomunikasi di era digital ini menjadi salah satu kunci utamanya dalam membangun loyalitas pengguna.

Dengan basis pengguna yang terus bertambah, adopsi layanan premium yang meningkat, serta komitmen pada privasi dan kebebasan berbicara, Telegram diprediksi akan terus menjadi pesaing kuat di ranah aplikasi pesan instan global dalam beberapa tahun ke depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved