Sumber foto: iStock

Teknologi Mata-Mata China: Kamera Satelit Terkuat yang Bisa Awasi Wajah dari Luar Angkasa!

Tanggal: 25 Mar 2025 14:24 wib.
China dikenal luas sebagai negara dengan kemampuan teknologi yang sangat canggih, termasuk dalam hal pengintelan dan kegiatan mata-mata. Dalam laporan terbaru, sejumlah ilmuwan asal China dilaporkan sedang mengembangkan teknologi mata-mata mutakhir yang mampu mengawasi aktivitas manusia di Bumi dari luar angkasa. Salah satu target utama dalam pengamatan ini adalah warga Indonesia, yang kini menjadi subjek perhatian internasional terkait dengan potensi ancaman yang dihadapi.

Kamera mata-mata yang sedang dalam pengembangan ini diklaim sebagai yang paling kuat di dunia. Dengan kemampuan untuk menangkap detail wajah dari ketinggian lebih dari 100 kilometer, aplikasi teknologi ini memungkinkan pemantauan yang sangat akurat terhadap individu di permukaan Bumi. Kemampuan tersebut mengisyaratkan bahwa perangkat ini mungkin akan dipasang pada satelit-satelit yang mengorbit, memberikan pandangan langsung terhadap aktivitas manusia di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Melalui laporan yang diterbitkan oleh South China Morning Post, terungkap bahwa teknologi ini tidak hanya dapat menangkap gambar beresolusi tinggi dari objek-objek tertentu, tetapi juga berpotensi untuk mengobservasi satelit militer dari negara lain yang berada dalam orbit dekat Bumi. Pengembangan teknologi ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam keamanan nasional dan internasional, mengingat kompleksitas dan kesulitan dalam mendeteksi aktivitas mata-mata yang dilakukan dengan sistem semacam ini.

Teknologi mutakhir yang dijelaskan dalam sebuah makalah ilmiah oleh para peneliti Beijing ini, dipercaya mampu untuk diluncurkan ke luar angkasa dalam waktu dekat. Sistem yang berbasis laser ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan para ahli mengenai dampaknya terhadap privasi dan keamanan global. Robert Morton, seorang penulis dan anggota Asosiasi Mantan Perwira Intelijen (AFIO), mengungkapkan bahwa resolusi yang diklaim pada jarak lebih dari 60 mil merupakan tingkat pengawasan yang sangat tinggi dan dapat menjadi tantangan serius bagi keamanan negara-negara lain, termasuk Indonesia.

Dikembangkan oleh Institut Penelitian Informasi Kedirgantaraan di Akademi Ilmu Pengetahuan China, teknologi ini menggunakan sistem bernama synthetic aperture lidar (SAL). SAL merupakan teknik penginderaan jarak jauh yang bekerja dengan cara mengirimkan pulsa energi cahaya dan merekam jumlah energi yang dipantulkan kembali. Kehandalan teknologi ini menjadikannya mampu beroperasi di berbagai kondisi cuaca, siang maupun malam, dan menghasilkan rekonstruksi dua dimensi dan tiga dimensi dari permukaan Bumi.

Salah satu keunggulan utama dari SAL adalah kemampuannya dalam menciptakan gambar dengan resolusi tinggi dan detail yang sangat jelas. Para ilmuwan telah melakukan sejumlah percobaan di Danau Qinghai, yang terletak di barat laut Cina. Dalam salah satu uji coba, mereka berhasil mengambil gambar dari jarak 63,2 mil (sekitar 101,8 kilometer), yang menunjukkan hasil yang sangat jelas dan jernih. Perangkat ini dapat mendeteksi detail sekecil 0,07 inci (1,7 milimeter) dan mengukur jarak sehingga presisi yang diperoleh sangat mengesankan, yaitu hingga 0,61 inci (15,6 milimeter).

Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, sistem SAL memerlukan gerakan dari objek yang diamati, seperti satelit yang beroperasi di orbit. Ini berarti, perangkat pengintai tersebut harus dipasang pada satelit milik China atau bahkan Stasiun Luar Angkasa Tiangong, yang merupakan pesaing dari International Space Station (ISS) dan diluncurkan pada tahun 2021 lalu. Hal ini menambah dimensi baru dalam penggunaan teknologi luar angkasa, baik untuk tujuan eksplorasi maupun untuk kegiatan pengintelan.

Menurut data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, China kini mengoperasikan sekitar 300 satelit pengintai di orbit yang lebih rendah. Salah satu contohnya adalah satelit Yaogan-41 yang diluncurkan pada bulan Desember 2023. Dengan kemampuan untuk mengidentifikasi serta melacak objek-objek seukuran mobil di seluruh kawasan Indo-Pasifik, satelit ini menunjukkan betapa seriusnya upaya China dalam mengembangkan kemampuan intelijen yang berbasis di ruang angkasa.

Kombinasi antara teknologi yang semakin canggih dan jumlah satelit yang beroperasi secara aktif ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi penyalahgunaan. Di satu sisi, teknologi ini dapat memberikan banyak manfaat dalam berbagai aspek, termasuk penelitian ilmiah, pengawasan lingkungan, dan bahkan penanggulangan bencana. Namun, di sisi lain, ada risiko besar bahwa teknologi ini dapat dimanfaatkan sebagai senjata untuk melancarkan aksi mata-mata terhadap negeri-negeri lain, termasuk Indonesia.

Dengan semua informasi dan fakta yang telah dihadirkan, dapat dipahami bahwa ancaman dari teknologi pengintelan canggih ini bukanlah hal yang dapat dianggap remeh. Dengan semakin berkembangnya teknologi, penting bagi negara-negara, termasuk Indonesia, untuk tetap waspada terhadap potensi bahaya yang dapat timbul dari aktivitas pengintelan yang dilakukan oleh negara lain, terutama yang disokong oleh sistem yang altamente advanced seperti yang ada di China.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved