Teknologi Agrikultur Makin Canggih, Tapi Apakah Petani Indonesia Sudah Diuntungkan?
Tanggal: 25 Mei 2025 18:00 wib.
Tampang.com | Di banyak negara, teknologi telah mengubah wajah pertanian menjadi lebih modern dan efisien. Mulai dari sensor tanah, drone pemantau tanaman, hingga aplikasi manajemen panen berbasis AI, semua hadir untuk meningkatkan produktivitas. Tapi di Indonesia, adopsi teknologi pertanian masih jalan di tempat.
Pertanian Modern Tumbuh Cepat, Tapi Tak Merata
Inovasi di bidang agrikultur—atau biasa disebut agritech—telah menghadirkan berbagai solusi pintar untuk sektor pertanian. Negara seperti Belanda dan Jepang bahkan telah menerapkan sistem pertanian otomatis dan vertikal yang hemat lahan namun hasil panennya tinggi.
Sementara itu di Indonesia, teknologi seperti drone pemupuk, alat pengukur kelembaban tanah, hingga platform prediksi cuaca berbasis AI mulai diperkenalkan. Namun penggunaannya masih terbatas di kalangan petani besar atau perkebunan swasta.
Kesenjangan Digital di Tingkat Petani Kecil
Mayoritas petani Indonesia masih menggunakan metode tradisional. Keterbatasan modal, minimnya pelatihan, dan rendahnya akses terhadap teknologi menjadi penyebab lambatnya adopsi. Banyak petani yang bahkan belum familiar dengan penggunaan aplikasi smartphone untuk keperluan pertanian, seperti mencatat hasil panen atau memantau harga pasar.
Padahal, teknologi bisa membantu mereka menentukan waktu tanam yang tepat, mendeteksi potensi hama sejak dini, hingga mengelola irigasi secara lebih hemat.
Belajar dari India dan Vietnam
India dan Vietnam termasuk negara berkembang yang berhasil meningkatkan produktivitas pertanian lewat pendekatan digital. Di sana, pemerintah aktif menggandeng startup agritech dan komunitas petani untuk mendistribusikan alat dan pelatihan ke daerah-daerah terpencil. Ini membuat petani kecil tidak tertinggal dari arus modernisasi.
Saatnya Indonesia Berani Melangkah Lebih Jauh
Potensi pertanian Indonesia sangat besar, namun belum diimbangi oleh kesiapan teknologi di akar rumput. Jika pemerintah, pelaku industri, dan komunitas petani mau berkolaborasi lebih erat, maka pertanian cerdas bisa menjadi kenyataan yang menyentuh semua lapisan—bukan hanya milik segelintir.
Transformasi pertanian digital bukan lagi pilihan, tapi jalan menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.