Sumber foto: iStock

Tarif 100% untuk Film Asing! Netflix & Disney Kena Imbas Kebijakan Trump, Industri Hollywood Guncang?

Tanggal: 7 Mei 2025 20:51 wib.
Tampang.com | Kebijakan terbaru dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali mengguncang dunia, kali ini menyasar industri hiburan global. Dalam pernyataan yang mengejutkan, Trump menyatakan niatnya untuk menerapkan tarif impor sebesar 100% terhadap semua film yang diproduksi di luar negeri dan masuk ke pasar Amerika. Tujuannya? Menghidupkan kembali industri film lokal yang menurutnya sedang "sekarat" akibat insentif luar negeri yang agresif.

Langkah ini langsung berdampak pada perusahaan-perusahaan besar di sektor hiburan. Saham Netflix dan Disney—dua raksasa yang selama ini dikenal mendominasi industri streaming dan perfilman global—langsung menunjukkan gejolak di pasar saham. Saham Netflix dilaporkan turun sebesar 2%, sementara saham Disney sempat mengalami penurunan tajam saat pembukaan perdagangan sebelum akhirnya perlahan bangkit mendekati titik impas.

Perusahaan hiburan lainnya tak luput dari dampak kebijakan tersebut. Lionsgate mencatat penurunan paling signifikan sebesar 6%, sementara Paramount dan Warner Bros Discovery masing-masing mengalami koreksi sebesar 1,5% dan 1%. Meskipun penurunan ini mungkin tampak kecil secara persentase, dalam konteks kapitalisasi pasar raksasa seperti ini, perubahan kecil bisa berarti hilangnya miliaran dolar dalam waktu singkat.

Kebijakan ini didasarkan pada keyakinan Trump bahwa banyak rumah produksi besar Amerika kini lebih memilih melakukan syuting di luar negeri. Negara-negara lain, menurut Trump, menawarkan berbagai insentif fiskal yang sangat menggiurkan bagi studio-studio Hollywood, yang pada akhirnya menyebabkan "kematian industri film dalam negeri".

"Oleh karena itu, saya menginstruksikan Departemen Perdagangan dan Perwakilan Dagang Amerika Serikat untuk memulai proses penerapan tarif 100% terhadap setiap film yang diproduksi di luar negeri dan diimpor ke Amerika," ujar Trump dalam pernyataan resminya.

Trump juga menambahkan seruan patriotiknya yang khas: “Kami ingin film dibuat di Amerika, lagi!” Sebuah slogan yang menggema semangat proteksionisme dan nasionalisme ekonomi, mirip dengan kebijakan "America First" yang ia gaungkan selama masa kepresidenannya.

Pernyataan Trump ini juga mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan AS, Horward Lutnick, yang secara singkat menuliskan "We're on it" di akun media sosial X (sebelumnya Twitter), menegaskan bahwa pemerintahan Trump sedang mengerjakan rincian pelaksanaan kebijakan tersebut.

Namun hingga kini, belum ada rincian teknis terkait implementasi tarif ini. Misalnya, masih belum jelas apakah film yang sebagian proses produksinya dilakukan di luar negeri namun melibatkan rumah produksi AS tetap akan dikenakan tarif. Kasus seperti Mission Impossible: The Final Reckoning menjadi pertanyaan menarik, mengingat sebagian besar film ini diambil di Inggris.

Langkah Trump ini tentu saja menuai kontroversi. Di satu sisi, ada kekhawatiran bahwa kebijakan ini justru akan meningkatkan biaya produksi dan distribusi film asing, yang pada akhirnya bisa mengurangi keragaman konten di pasar Amerika dan merugikan penonton. Di sisi lain, para pendukung kebijakan ini menyambutnya sebagai langkah berani untuk menghidupkan kembali industri perfilman dalam negeri, mendorong lebih banyak produksi lokal, dan membuka lebih banyak lapangan kerja di sektor kreatif.

Bagi perusahaan seperti Netflix dan Disney yang memiliki cakupan produksi global, kebijakan ini menjadi tantangan besar. Keduanya selama ini dikenal rutin melakukan syuting lintas negara demi memaksimalkan nilai produksi, biaya, dan konteks cerita. Jika tarif baru ini benar-benar diterapkan secara ketat, perusahaan-perusahaan ini mungkin akan terpaksa mengubah strategi produksi mereka secara menyeluruh.

Selain berdampak pada perusahaan besar, kebijakan ini juga bisa berdampak pada kerja sama internasional dalam dunia perfilman. Banyak film Hollywood melibatkan kru dan lokasi dari berbagai negara, sehingga pengenaan tarif ini bisa menimbulkan efek domino yang memengaruhi jaringan produksi global, distribusi konten, hingga kerja sama budaya antarnegara.

Langkah ini juga dinilai sebagai bagian dari strategi politik Trump menjelang pemilu, mencoba menarik simpati pemilih dengan menunjukkan komitmen terhadap perlindungan industri dalam negeri dan lapangan kerja warga AS. Namun, kebijakan ekonomi semacam ini seringkali membawa dampak jangka panjang yang kompleks dan tidak selalu bisa diprediksi secara akurat.

Apapun tujuan sebenarnya di balik kebijakan tarif 100% ini, yang jelas dampaknya sudah mulai terasa di pasar. Reaksi negatif pasar saham hanya menjadi awal dari potensi gejolak yang lebih besar dalam industri hiburan global. Pertanyaan yang kini muncul adalah: apakah kebijakan ini akan benar-benar diimplementasikan? Siapa saja yang akan menjadi sasaran utama? Dan bagaimana dunia perfilman global meresponsnya?

Bagi para penggemar film dan pelaku industri kreatif, kebijakan ini menjadi peringatan penting bahwa politik dan ekonomi bisa sangat memengaruhi dunia hiburan. Penonton mungkin akan mulai melihat lebih banyak film yang diproduksi secara lokal, sementara film-film internasional bisa saja mengalami keterlambatan atau pembatasan tayang di AS.

Industri film global kini memasuki masa ketidakpastian. Dengan segala potensi dampaknya, kita tinggal menunggu waktu untuk melihat bagaimana ekosistem perfilman dunia menyesuaikan diri menghadapi tantangan baru ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved