Tanda Kiamat Muncul di Mana-mana, Termasuk Jakarta
Tanggal: 14 Nov 2024 18:59 wib.
Perubahan iklim telah menjadi perhatian utama di berbagai belahan dunia, termasuk di wilayah Jakarta. Salah satu dampak yang sangat signifikan dari perubahan iklim terjadi di pesisir Jakarta Utara, yang telah mengalami penurunan tanah yang mengkhawatirkan akibat fenomena tersebut. Hal ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat setempat, khususnya terkait dampak yang ditimbulkannya.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi tanah di wilayah pantai Muara Baru yang semakin memprihatinkan. Dalam kunjungannya ke Tanggul Pantai Muara Baru pada Senin (4/11/2024), AHY menyampaikan data yang mengkhawatirkan tentang penurunan tanah di wilayah tersebut.
Menurut AHY, tingkat penurunan tanah di Muara Baru mencapai 10 cm per tahun, dan ia memperkirakan bahwa dalam 10 tahun ke depan, penurunan tanah akan mencapai 1 meter. Dampak dari fenomena ini sangat dirasakan oleh sekitar 20 ribu masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut, di antaranya adalah banjir rob yang sering terjadi. Meskipun pembangunan tanggul mungkin menjadi solusi sementara, namun AHY menekankan perlunya pemikiran yang lebih jangka panjang terkait permasalahan ini.
Pemerintah perlu memproyeksikan bagaimana Jakarta akan menghadapi tantangan-tantangan ini dalam rentang waktu 5, 10, atau bahkan 20 tahun ke depan. Kondisi ini menjadi semakin penting karena populasi Jakarta yang terus bertambah dan padat. Oleh karena itu, langkah-langkah preventif dan proaktif perlu segera diambil untuk mengatasi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan.
Kondisi perubahan iklim tidak hanya terlihat di Jakarta, namun juga mempengaruhi berbagai wilayah di seluruh dunia. Adanya pencairan es karena pemanasan global telah membuka sejarah manusia di Bumi, di mana peninggalan selama berabad-abad lalu kini terungkap. Penemuan-penemuan ini memberikan gambaran tentang kehidupan manusia di masa lalu, sekaligus memberikan pemahaman baru tentang perubahan iklim yang terjadi.
Salah satu penemuan arkeolog yang menarik adalah penemuan jasad manusia yang terawetkan selama ribuan tahun, seperti penemuan Otzi di pegunungan Alpen pada tahun 1991. Penemuan ini memberikan kesempatan bagi para ilmuwan untuk mempelajari material-material dari masa lalu, termasuk serat tanaman, kayu, dan kulit, yang kini dapat diteliti lebih lanjut.
Selain itu, bukti mengenai kehidupan manusia ribuan tahun lalu juga ditemukan melalui penelitian bongkahan es di Eropa, Amerika Utara, dan Asia. Misalnya, penemuan jejak manusia yang berburu dan menggembalakan rusa kutub sejak 6.000 tahun lalu di Norwegia, menunjukkan betapa kuatnya dampak perubahan iklim pada kehidupan manusia di masa lalu.
Dengan adanya pencairan es yang terjadi akibat pemanasan global, banyak artefak kuno dan sisa-sisa kehidupan manusia masa lalu yang dulunya tersembunyi oleh lapisan es kini terungkap. Temuan-temuan ini memberikan wawasan yang sangat berharga bagi pemahaman sejarah manusia dan dampak perubahan iklim secara global.
Dari dua contoh di atas, dapat dilihat bahwa perubahan iklim bukanlah isu yang terbatas pada satu wilayah tertentu, namun telah menjadi perhatian global yang melampaui batas-batas geografis. Untuk itu, langkah-langkah konkret dan kolaboratif baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata ini.