Taiwan Resmi Tekan Huawei dan SMIC: Apa Dampaknya bagi Perang Teknologi Global?
Tanggal: 19 Jun 2025 10:22 wib.
Ketegangan dalam dunia teknologi internasional kembali memanas. Kali ini, giliran Taiwan yang mengambil langkah tegas terhadap raksasa teknologi asal Tiongkok, yaitu Huawei Technologies dan Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC). Kedua perusahaan ini kini resmi masuk ke dalam daftar kontrol ekspor strategis Taiwan, yang semakin mempersempit ruang gerak industri teknologi China di tengah persaingan geopolitik yang sengit.
Langkah tersebut menambah daftar panjang negara-negara yang secara aktif menyusun strategi pembatasan terhadap perkembangan teknologi China, terutama dalam bidang semikonduktor dan kecerdasan buatan (AI). Jika sebelumnya tekanan datang dari Amerika Serikat, kini Taiwan — yang juga merupakan salah satu pusat manufaktur chip dunia — memilih berada di barisan yang sama.
Peraturan Baru Taiwan dan Dampaknya
Berdasarkan keterangan resmi dari Kementerian Ekonomi Taiwan, kebijakan baru ini mulai berlaku sejak 10 Juni 2025. Perusahaan-perusahaan Taiwan kini wajib mengajukan izin terlebih dahulu sebelum mengekspor produk atau teknologi tertentu kepada Huawei dan SMIC. Alasan yang dikemukakan pemerintah Taiwan cukup jelas: demi keamanan nasional dan upaya mencegah proliferasi senjata.
Bersama dua raksasa Tiongkok itu, Taiwan juga menambahkan total 601 entitas internasional dalam daftar hitam mereka. Entitas tersebut berasal dari berbagai negara yang dianggap berisiko, termasuk China, Rusia, Pakistan, Iran, dan Myanmar. Bahkan, kelompok ekstremis seperti Taliban dan Al-Qaeda juga berada dalam daftar tersebut.
Menurut pernyataan resmi kementerian yang dikutip oleh Reuters, produsen di Taiwan kini harus menjalankan verifikasi transaksi yang lebih ketat dan mengevaluasi risiko ekspor secara menyeluruh, terutama jika melibatkan pihak-pihak yang masuk dalam daftar tersebut.
Huawei dan SMIC: Simbol Ambisi Teknologi China
Bukan tanpa alasan Taiwan menjadikan Huawei dan SMIC sebagai target utama kebijakan ekspor terbaru ini. Keduanya merupakan simbol ambisi China dalam mengembangkan kemandirian teknologi, terutama dalam industri chip dan kecerdasan buatan.
Huawei selama ini dikenal sebagai perusahaan telekomunikasi terbesar di China, dengan investasi besar dalam AI, jaringan 5G, dan teknologi pemrosesan data. Sementara SMIC merupakan pemain utama dalam produksi chip di dalam negeri China, yang terus berusaha menyaingi dominasi perusahaan asing seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Namun, perkembangan keduanya tak lepas dari kontroversi. Amerika Serikat telah lebih dulu memblokir Huawei dari menerima pasokan teknologi dan chip berbasis teknologi Amerika, termasuk dari TSMC yang berbasis di Taiwan. Kini, dengan kebijakan Taiwan tersebut, Huawei dan SMIC semakin terkunci dari akses global terhadap teknologi semikonduktor paling canggih.
TSMC dan Tekanan Global
Taiwan bukan hanya sekadar tetangga geografis China, tapi juga rumah bagi TSMC, produsen chip kontrak terbesar di dunia. TSMC memasok chip untuk berbagai raksasa teknologi global, seperti Apple, AMD, dan Nvidia. Perusahaan ini memainkan peran krusial dalam rantai pasokan global untuk teknologi AI, perangkat mobile, hingga superkomputer.
Pada tahun lalu, Departemen Perdagangan Amerika Serikat sempat mengirim surat resmi ke TSMC untuk melarang ekspor chip jenis tertentu ke perusahaan China. Chip yang dimaksud adalah chip dengan teknologi 7 nanometer atau lebih canggih, yang biasanya digunakan sebagai prosesor AI dan unit pengolah grafis (GPU).
Kebijakan itu muncul setelah Tech Insights, perusahaan riset teknologi, berhasil membongkar sebuah chip dalam produk Huawei yang ternyata mengandung komponen buatan TSMC. Temuan ini dianggap sebagai pelanggaran nyata terhadap sanksi perdagangan AS terhadap China, yang semakin memicu ketegangan dalam industri global semikonduktor.
Perang Teknologi yang Semakin Kompleks
Kebijakan terbaru Taiwan menunjukkan bahwa perang teknologi global tidak lagi terbatas pada dua kekuatan besar — AS dan China. Negara-negara dengan posisi strategis dalam rantai pasok, seperti Taiwan, mulai mengambil langkah sendiri untuk menjaga stabilitas dan keamanan digital nasional mereka.
Bagi China, ini tentu menjadi pukulan telak. Akses terhadap teknologi semikonduktor tingkat tinggi adalah kunci bagi China untuk mengembangkan AI dan memperkuat industri pertahanannya. Tanpa akses terhadap peralatan litografi canggih, pasokan wafer, dan teknologi desain chip, ambisi tersebut akan sulit terwujud.
Risiko Geopolitik dan Masa Depan Inovasi
Langkah Taiwan memblokir ekspor ke Huawei dan SMIC menandai pergeseran besar dalam hubungan dagang teknologi global. Taiwan secara tidak langsung menunjukkan sikap bahwa mereka lebih memilih berpihak pada arus regulasi internasional yang dipimpin oleh AS, daripada membuka celah bagi ekspansi teknologi China.
Namun, keputusan ini juga membawa tantangan baru, termasuk potensi pembalasan ekonomi dari pihak Beijing, serta dampak jangka panjang terhadap stabilitas kawasan Asia Timur, terutama jika ketegangan lintas selat semakin memuncak.
Di sisi lain, kondisi ini membuka peluang bagi negara-negara lain — termasuk Indonesia — untuk memperkuat posisi sebagai alternatif manufaktur teknologi global. Kemandirian teknologi dan kedaulatan digital menjadi isu strategis yang kini tak bisa diabaikan oleh negara mana pun di tengah gejolak geopolitik yang kian tajam.