Switch 2 Terancam Gagal di AS? Ini Dampak Serius Tarif Trump bagi Nintendo dan Sony
Tanggal: 10 Apr 2025 20:09 wib.
Pasar saham Tokyo diguncang hebat pada hari Senin dengan penurunan signifikan di sektor teknologi dan ekspor, setelah pernyataan kontroversial dari mantan Presiden AS, Donald Trump, mengenai kebijakan tarif impor. Dua raksasa industri hiburan asal Jepang, Nintendo Co dan Sony Group Corp, mengalami pukulan telak dengan anjloknya saham mereka lebih dari 10%. Aksi jual besar-besaran ini tidak hanya dipicu oleh ketidakpastian global, tetapi juga oleh potensi ancaman serius terhadap kelangsungan bisnis ekspor teknologi Jepang, terutama ke pasar Amerika Utara.
Penurunan harga saham ini terjadi tak lama setelah Nintendo mengumumkan produk unggulan terbarunya, Switch 2, yang digadang-gadang sebagai konsol generasi berikutnya dengan inovasi signifikan. Namun, peluncuran ini justru menjadi bumerang karena sebagian besar pendapatan Nintendo—lebih dari 40% selama kuartal liburan—bersumber dari Amerika Utara. Dengan adanya ancaman tarif baru, peluncuran Switch 2 di AS menjadi tidak pasti.
Pihak Nintendo bahkan dikabarkan menunda pembukaan pre-order di Amerika Serikat, sambil meninjau ulang dampak potensial dari tarif impor tersebut terhadap strategi pemasaran dan distribusi mereka. Perangkat keras konsol Switch sebagian besar diproduksi di China dan Vietnam, dua negara yang kini berisiko dikenai tarif masuk oleh AS hingga 46% atau lebih. Tarif setinggi itu tentunya akan memukul margin keuntungan, meningkatkan harga jual di pasar, dan bahkan bisa menurunkan daya saing produk.
Sementara itu, pernyataan Trump yang dilontarkan saat berada di atas Air Force One juga ikut menyulut kekhawatiran. Ia menyatakan keinginannya untuk mencapai keseimbangan perdagangan dengan semua negara mitra dagang AS. Dalam kata-katanya, “Defisit adalah kerugian. Kita harus punya surplus atau setidaknya impas.” Pernyataan ini secara tidak langsung menegaskan bahwa Trump tidak akan mencabut tarif yang sudah diberlakukan kecuali terjadi perubahan fundamental dalam hubungan dagang.
Pernyataan ini memberikan efek domino ke berbagai sektor. Perusahaan-perusahaan Jepang yang memiliki eksposur tinggi terhadap pasar AS—baik di bidang teknologi, ekspor, maupun keuangan—turut tertekan. Misalnya, Rakuten Group Inc. dan SoftBank Group Corp., dua raksasa digital Jepang, masing-masing kehilangan lebih dari 12% nilai sahamnya hanya dalam sehari perdagangan.
Lebih parah lagi, perusahaan-perusahaan yang berada di rantai pasok industri semikonduktor seperti Advantest Corp. dan Disco Corp., juga mencatatkan penurunan harga saham yang lebih tajam. Padahal, semikonduktor adalah salah satu komponen krusial dalam hampir semua perangkat elektronik modern, termasuk konsol game, smartphone, dan komputer. Ketergantungan industri ini pada ekspor ke AS membuat sektor ini sangat rentan terhadap gejolak perdagangan global.
Dalam konteks yang lebih luas, langkah Trump bukanlah hal baru. Selama masa kepresidenannya, ia telah berulang kali menggunakan tarif sebagai alat negosiasi untuk menekan negara-negara mitra dagang, termasuk Tiongkok, Meksiko, dan tentu saja Jepang. Namun, dampak langsung dari pernyataannya kali ini terlihat begitu cepat—mencerminkan betapa rentannya pasar global terhadap perubahan kebijakan dagang dari negara ekonomi terbesar di dunia tersebut.
Dari sudut pandang investasi, penurunan saham Nintendo dan Sony bisa mencerminkan kepanikan jangka pendek pasar, tetapi juga memberi sinyal penting bahwa ketergantungan terhadap pasar AS perlu diwaspadai oleh perusahaan global, terutama dalam industri teknologi dan hiburan. Terlebih lagi, meningkatnya proteksionisme dan tekanan geopolitik membuat perusahaan perlu mempertimbangkan diversifikasi pasar serta strategi manufaktur dan logistik yang lebih fleksibel.
Sementara itu, investor dan analis kini menunggu langkah selanjutnya dari Nintendo. Apakah mereka akan memindahkan sebagian proses produksi dari China dan Vietnam ke negara-negara yang lebih aman secara politik dan ekonomi? Ataukah mereka akan menyerap sebagian beban tarif untuk menjaga harga tetap kompetitif di pasar AS?
Apa pun keputusannya, jelas bahwa peluncuran Switch 2 kini tidak lagi sekadar soal teknologi atau inovasi, tetapi juga tentang strategi bisnis global dan kemampuan adaptasi menghadapi tekanan politik internasional. Konsumen di AS mungkin juga akan terkena imbasnya dalam bentuk kenaikan harga atau penundaan peluncuran produk.
Di sisi lain, Sony pun tidak berada dalam posisi yang lebih aman. Sebagai salah satu eksportir utama perangkat elektronik dan hiburan ke AS, mereka juga menghadapi risiko serupa, terutama jika tarif diberlakukan secara lebih luas ke sektor teknologi Jepang. Tekanan ini bisa mempengaruhi lini produk seperti PlayStation, kamera digital, dan komponen sensor gambar mereka yang sangat bergantung pada ekspor.
Krisis ini menjadi pengingat bahwa dalam dunia yang semakin terhubung secara ekonomi, satu pernyataan politik bisa memicu gelombang besar di pasar finansial dan industri global. Dan kali ini, Nintendo dan Sony berada di pusat badai itu.