Sumber foto: Merdeka.com

Sunita Williams dan Barry Wilmore Akhirnya Kembali ke Bumi Setelah 9 Bulan Terjebak di Luar Angkasa: Kisah Perjalanan yang Penuh Tantangan

Tanggal: 19 Mar 2025 20:44 wib.
Setelah menghadapi masa tinggal yang lebih lama dari yang direncanakan di luar angkasa, dua astronaut NASA, Sunita Williams dan Barry 'Butch' Wilmore, akhirnya berhasil kembali ke Bumi. Kepulangan mereka menandai akhir dari perjalanan panjang selama sembilan bulan di luar angkasa sejak keberangkatan mereka pada Juni 2024. Pada Selasa sore waktu setempat, keduanya mendarat dengan selamat di Teluk Meksiko menggunakan kapsul SpaceX Dragon. Momen tersebut merupakan hasil dari perjalanan penurunan yang berlangsung selama 17 jam.

Dalam misi kembali ini, Williams dan Wilmore tidak sendirian. Mereka ditemani oleh astronaut Amerika Serikat lainnya, Nicholas Hague, serta kosmonot Rusia, Aleksandr Gorbunov. Empat astronaut tersebut sebelumnya tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada bulan September lalu. Salah satu momen yang menyentuh terjadi ketika suara dari pusat kontrol misi menyampaikan sambutan hangat, "Dan mendarat. Crew-9 kembali ke Bumi. Nick, Aleksandr, Butch, dan Suni, atas nama SpaceX, selamat datang di rumah," seperti dilansir oleh The Guardian pada Rabu, 19 Maret 2025.

Sebelum mendarat, keempat astronaut ini mulai lepas landas dari ISS pada Senin pagi waktu setempat. Mereka dilepas oleh Anne McClain, seorang astronaut dari NASA yang bertugas di pos terdepan luar angkasa pada saat itu. Dalam momen perpisahan, McClain memberikan ucapan perpisahan yang menyentuh, "Kami akan merindukanmu, namun selamat menempuh perjalanan pulang."

Perjalanan Williams dan Wilmore ke ISS mengikuti alur yang seharusnya berlangsung sekitar 10 hari saja. Namun, ketidakpastian menerpa misi mereka. Keduanya tiba di ISS pada 6 Juni 2024, tetapi harus bertahan selama sembilan bulan karena permasalahan teknis yang terjadi pada Starliner buatan Boeing yang seharusnya mengangkut mereka kembali. Selama berada di ISS, Starliner mengalami kebocoran helium pada sistem propulsinya dan juga penurunan kinerja pada lima mesin jet pendorongnya. Akhirnya, karena serangkaian masalah ini, Starliner terpaksa pulang ke Bumi tanpa keberangkatan Williams dan Wilmore.

Meski kesejahteraan mereka menjadi prioritas, NASA sempat merencanakan kepulangan William dan Wilmore lebih awal. Pada bulan September, bersamaan dengan misi Starliner, NASA telah mengirimkan kapsul Crew-9 Dragon dan meninggalkan dua kursi kosong untuk keduanya dalam rencana pulang. Sayangnya, rencana itu terpaksa ditunda, dan baru pada akhir Maret ini mereka berhasil kembali ke rumah.

Kepulangan ini tidak sepenuhnya bebas dari kontroversi. Elon Musk, pendiri SpaceX, mengungkapkan kemarahan melalui wawancara televisi, mengklaim bahwa Williams dan Wilmore ditinggalkan di luar angkasa atas keputusan pemerintah Joe Biden. Menurut Musk, "Kami mempercepat kembalinya mereka, yang tertunda terlalu lama. Mereka ditinggalkan di atas sana untuk alasan politik, ini tidak baik." Pernyataan ini mengundang perhatian luas dan menimbulkan pertanyaan mengenai proses pengambilan keputusan di NASA dan bagaimana kelangsungan misi ini terpengaruh oleh faktor eksternal.

Namun, dalam sebuah konferensi pers dari ISS, Wilmore menanggapi klaim tersebut dengan tegas, menyatakan bahwa mereka tidak menerima informasi apapun terkait tawaran Musk untuk memfasilitasi kepulangan mereka. "Apa yang ditawarkan, atau tidak ditawarkan, ditawarkan ke siapa, prosesnya seperti apa, kami tak punya informasi soal itu," ujarnya. Hal ini menunjukkan ketidakjelasan di antara SpaceX dan NASA mengenai komunikasi dan rencana kepulangan astronaut.

Sementara itu, Bill Nelson, pemimpin NASA di bawah pemerintahan Biden, juga membantah bahwa ada tawaran dari Musk. Ia menjelaskan bahwa NASA memutuskan untuk menggunakan pesawat Crew Dragon sebagai pengganti Starliner yang mengalami masalah. Namun, Crew Dragon tidak dapat segera berangkat ke Bumi hingga pesawat baru SpaceX siap. Keterlambatan ini menjadi lebih rumit karena astronaut pengganti yang seharusnya berangkat pada Februari juga mengalami penundaan.

Keterlambatan tersebut diakibatkan oleh kebutuhan untuk melakukan persiapan teknis tambahan, yang membuat NASA tidak memiliki dana untuk menggunakan Dragon tambahan hanya untuk menjemput Williams dan Wilmore dengan cepat. Nelson pun menjelaskan situasi ini, mengatakan, "Kami punya rotasi [kru] dalam waktu dekat," yang menunjukkan adanya rencana dan sistem manajemen yang telah disiapkan oleh NASA.

Ketegangan yang muncul di antara Elon Musk dan astronaut lainnya semakin meningkat, terutama setelah Andreas Mogensen, seorang astronaut badan antariksa Eropa dan mantan komandan ISS, memberikan tanggapan sinis terhadap komentar Musk melalui media sosial. Mogensen menanggapi, "Bohong, kebohongan dari orang yang selalu rewel mengeluhkan soal kejujuran media," yang menunjukkan adanya perdebatan dan ketidaksepakatan di kalangan astronaut internasional dan masyarakat tentang tanggung jawab dalam misi luar angkasa.

Musk tidak tinggal diam, dan ia membalas komentar Mogensen dengan kata-kata yang cukup emosional. "Anda orang terbelakang. SpaceX seharusnya sudah membawa mereka pulang berbulan-bulan lalu. Saya menawarkannya langsung ke pemerintah Biden dan mereka menolak. Ditunda untuk alasan politik. Idiot," ungkap Musk melalui akun media sosialnya, menegaskan posisinya mengenai situasi yang dihadapi astronaut yang terjebak di luar angkasa.

Dalam konteks yang lebih luas, perjalanan kembali dua astronaut ini menyoroti tantangan dan kompleksitas yang dihadapi oleh misi luar angkasa, baik dari segi teknologi maupun administrasi. Ini menjadi pengingat bahwa meskipun kemajuan telah dicapai dalam eksplorasi luar angkasa, ada banyak variabel yang harus dikelola untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan misi. Sebagai bagian dari upaya terus menerus untuk memajukan pemahaman manusia akan luar angkasa, kepentingan akan kolaborasi dan komunikasi yang jelas antara berbagai pihak menjadi sangat penting.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved