Sumber foto: storystartup.com

Startup Pendidikan Byju: Dulu Nilainya Rp 340 T, Kini Tak Bernilai

Tanggal: 19 Okt 2024 08:27 wib.
Startup pendidikan asal India, Byju, sebelumnya sempat menjadi sorotan dunia sebagai startup paling mahal dengan valuasi US$22 miliar atau setara Rp 340 triliun. Namun, dalam kurun waktu satu tahun, kondisi perusahaan berubah drastis. Manajer investasi kelas kakap BlackRock mengungkapkan bahwa startup tersebut kini sudah tidak memiliki nilai apapun.

Menurut laporan terbaru, sebanyak 27.000 karyawan Byju telah berbulan-bulan tidak menerima upah, yang membuat mereka terdampar dalam ketidakpastian. Bahkan, 280 pegawai Byju telah mengadu ke pemerintah karena pajak yang dipotong oleh perusahaan dari gaji mereka tidak dibayarkan ke negara.

Byju pun kini dikendalikan oleh petugas serupa PKPU di Indonesia, menyusul kebangkrutan yang sedang dihadapi. Namun, di tengah kekacauan tersebut, pendiri dan CEO Byju, Byjy Raveendran, tiba-tiba muncul ke publik dengan sebuah penjelasan yang mengejutkan.

Dalam sebuah konferensi pers virtual, Raveendran menegaskan bahwa dirinya tidak kabur ke Dubai, melainkan sedang menemani sang ayah yang menjalani perawatan di sana. Raveendran menyatakan bahwa dia siap kembali ke India dan menyelesaikan sejumlah masalah yang melilit perusahaannya. Ia bahkan berjanji akan mengembalikan semua uang dari kreditur jika mereka bersedia bekerja kembali dengan dirinya.

Dalam konferensi virtual berdurasi 2,5 jam, Raveendran juga menyalahkan tiga investor utama Byju atas kegagalan startup tersebut, yaitu XV Ventures, Prosus, dan Chan Zuckerberg Initiative. Ia mengungkapkan bahwa ketiganya telah membuat Byju kesulitan dalam mendapatkan pendanaan yang dibutuhkan.

Raveendran juga mengklaim bahwa beberapa investor, termasuk Prosus, tidak melakukan investasi sepeser pun dalam 4-5 tahun terakhir. Ia berjanji untuk kembali ke India dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaannya, serta mengembalikan semua uang kepada para krediturnya.

Selain itu, HSBC juga menyatakan bahwa harga saham Byju nyaris tak memiliki nilai. Dalam risetnya, HSBC menilai kepemilikan Prosus atas 10% saham Byju sudah tak layak untuk diperhitungkan.

Akar masalah dari kejatuhan Byju sebagian besar disebabkan oleh kegagalan perusahaan dalam mengelola dana yang telah mereka galang sebelumnya. Diketahui bahwa Byju telah menggalang dana lebih dari US$5 miliar (Rp 78,89 triliun) dari investor-investor terkemuka, namun penggunaan dana tersebut tidak efektif dan tidak terkelola dengan baik.

Sejumlah investor juga menyebutkan bahwa manajemen perusahaan tidak jujur terkait dengan penggalangan dana US$200 juta yang diumumkan tahun ini. Para pemegang saham juga mengecam manajemen perusahaan karena tidak mengindahkan saran dari pihak investor.

Akibatnya, salah satu perusahaan konsultan akuntansi, yaitu Deloitte, yang ditugaskan untuk melakukan audit, telah mundur karena Byju terus menunda penerbitan laporan keuangan dan tidak menyediakan dokumen keuangan yang diminta.

Perlu diingat bahwa kejatuhan Byju juga berdampak besar pada para pegawainya. Banyak karyawan yang tidak menerima upah, serta pajak yang dipotong dari gaji mereka tidak dibayarkan ke negara. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan perusahaan yang efektif dan transparan, agar tidak merugikan pihak-pihakterkait.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved