Startup Geothermal: Solusi Energi Bersih untuk Data Center AI yang Boros Listrik
Tanggal: 21 Des 2024 12:31 wib.
Kebutuhan akan listrik yang tinggi dari data center kecerdasan buatan (AI) telah mendorong munculnya banyak startup di bidang geothermal. Dua raksasa teknologi, Meta (induk usaha Facebook, Instagram, dan WhatsApp) dan Alphabet (induk usaha Google), telah melakukan kerja sama dengan startup yang memproduksi energi geothermal guna memenuhi kebutuhan listrik data center mereka.
Selain itu, operator data center lainnya juga berlomba-lomba dalam memperebutkan pasokan energi bersih yang diperlukan untuk mendukung proses komputasi AI. Hal ini mengindikasikan bahwa geothermal menjadi semakin diakui sebagai salah satu alternatif untuk memproduksi listrik bersih secara cepat, efisien, dan berkelanjutan.
Teknologi geothermal telah dianggap sebagai cara yang lebih cepat untuk memproduksi listrik bebas karbon dibandingkan nuklir, serta tidak memiliki kekurangan yang dimiliki oleh sumber energi lainnya seperti energi angin dan surya. Namun, startup dalam bidang ini masih dihadapkan pada biaya awal yang tinggi, terutama untuk pengeboran serta perizinan yang memerlukan waktu yang cukup panjang.
Namun demikian, ada optimisme yang muncul terkait potensi geothermal. Investasi ke proyek panas bumi saat ini terus mengalami pertumbuhan, walaupun masih terbatas. Pada tahun 2020, analis memperkirakan bahwa hanya ada pembiayaan sekitar US$ 700 juta untuk proyek geothermal.
Sebaliknya, produsen shale oil, seperti Chevron, Diamondback Energy, dan Exxon Mobil, justru mendorong penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pembangkit listrik yang bebas emisi. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat keraguan dan konservatisme di kalangan industri energi terkait transisi ke sumber energi berteknologi tinggi seperti geothermal.
Namun, tidak semua perusahaan migas menunjukkan sikap yang sama. Perusahaan energi kecil dan menengah di sektor migas juga mulai menaruh minat dalam menggunakan energi panas bumi untuk kebutuhan pembangkit listrik sendiri, bukan untuk dijual ke publik. Perusahaan-perusahaan ini juga tertarik untuk berkolaborasi dengan startup-startup yang mengembangkan teknologi geothermal.
Dalam upaya untuk menarik minat investor dan meningkatkan kapasitas produksi, startup geothermal aktif dalam menggalang pendanaan. Salah satunya adalah Sage Geosystem, sebuah startup yang mengembangkan teknologi penyimpanan energi dan geothermal di lokasi jauh di bawah permukaan bumi. Mereka berhasil menggalang pendanaan sebesar US$ 30 juta dari produsen shale gas Expand Energy dan berencana untuk membuka ronde pendanaan Seri B pada Januari.
Pada Desember, Gradient Geothermal yang berbasis di Colorado, mengumumkan kerjasama dengan perusahaan migas Chord Energy untuk membangkitkan listrik di salah satu ladang migas mereka di North Dakota. Kerjasama semacam ini menunjukkan bahwa industri energi mulai melihat potensi kolaborasi dengan industri geothermal sebagai langkah strategis dalam mengurangi emisi karbon.
Bertambahnya jumlah startup di bidang geothermal menunjukkan bahwa minat terhadap sumber energi ini semakin meningkat. Direktur Eksekutif Geothermal Rising, Bryant Jones, mencatat bahwa sekitar 60 startup geothermal baru muncul dalam 2 tahun terakhir. Terdapat pula data yang menunjukkan bahwa 10 dari 22 startup geothermal yang didirikan di Amerika Serikat antara 2016 dan 2022 bermarkas di Texas.
Namun, tantangan utama yang dihadapi oleh startup geothermal adalah terkait dengan aspek finansial. Biaya pembangunan proyek panas bumi yang tinggi dapat menjadi penghalang bagi pertumbuhan industri ini.
Namun, dengan adanya minat dan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari produsen shale gas hingga perusahaan energi kecil dan menengah, industri geothermal diharapkan dapat terus berkembang dan terus berkontribusi dalam penyediaan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan data center AI maupun kebutuhan energi masyarakat secara luas.
Dengan demikian, semakin banyaknya investasi pada startup geothermal mencerminkan optimisme terhadap masa depan energi bersih. Diharapkan dengan dukungan yang terus dilakukan, geothermal dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi kebutuhan energi yang berkelanjutan dalam menjawab tantangan perubahan iklim.