Starlink Terancam? Eutelsat dan SpaceSail Siap Kuasai Internet Satelit Global
Tanggal: 16 Mar 2025 14:08 wib.
Tampang.com | Bisnis internet berbasis satelit kini semakin memanas dan menghadapi persaingan yang ketat. Dalam upaya untuk mengembangkan teknologi ini, negara-negara di seluruh dunia semakin banyak berinvestasi. Salah satu inisiatif yang menarik perhatian adalah dari China, yang meluncurkan proyek ambisius bernama SpaceSail.
Proyek ini berencana untuk meluncurkan 15.000 satelit ke orbit rendah Bumi (LEO) pada tahun 2030. Langkah ini menunjukkan bahwa China tidak hanya ingin menjadi pemain utama dalam bidang teknologi ruang angkasa, tetapi juga ingin mengambil posisi dominan dalam penyediaan layanan internet global.
Di sisi lain, Eutelsat, sebuah perusahaan satelit asal Prancis, berupaya untuk menggantikan dominasi Starlink yang dikelola oleh Elon Musk. Dalam beberapa waktu belakangan, saham Eutelsat bahkan mengalami lonjakan luar biasa, dengan kenaikan hampir 390% dalam minggu lalu, menurut laporan CNBC International. Perusahaan ini memanfaatkan roket dari SpaceX, juga milik Musk, serta perusahaan lain untuk meluncurkan satelit-satelitnya ke LEO dan orbit geostasioner (GEO).
Pada tahun 2023, Eutelsat mengumumkan penggabungan operasinya dengan OneWeb, sebuah firma satelit asal Inggris. Gabungan ini menjadikan Eutelsat sebagai operator satelit terbesar ketiga di dunia, jika dilihat dari segi pendapatan. Dalam konteks Ukraine, Eutelsat belakangan ini mulai membangun kehadirannya, berpotensi menggantikan layanan internet Starlink di negara yang sedang berkonflik tersebut. Sejak lama, Starlink telah memberikan bantuan konektivitas sebagai bagian dari upaya negara itu untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia.
Menariknya, hubungan antara Amerika Serikat dan Ukraina mengalami ketegangan setelah pemilihan Presiden Amerika. Donald Trump, yang menggantikan Joe Biden, mengadopsi pendekatan yang berbeda terhadap Ukraina dan Rusia, yang dinilai dapat memicu dampak pada dukungan militer yang diterima dari AS. Beberapa waktu lalu, Trump diketahui telah menangguhkan bantuan militer yang selama ini diberikan kepada Ukraina, terutama setelah terjadi konfrontasi yang sengit dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Kejadian ini sempat membuat banyak pihak was-was mengenai kelanjutan dukungan terhadap Ukraina dari AS.
Di tengah ketegangan tersebut, laporan menunjukkan bahwa pihak negosiator AS telah membuka kemungkinan untuk memutus akses Ukraina terhadap internet Starlink, khususnya jika kedua negara gagal mencapai kata sepakat mengenai masalah mineral tanah jarang yang dimiliki oleh Ukraina. Situasi ini menunjukkan betapa signifikan dan sensitifnya konfigurasi geopolitik serta teknologi yang berhubungan dengan layanan internet dalam konteks krisis di Ukraina.
Selanjutnya, pada awal Maret, Eutelsat menyatakan bahwa mereka telah berbicara dengan Uni Eropa untuk menyediakan akses internet tambahan bagi Ukraina. Sejak pengumuman tersebut, saham Eutelsat terus mengalami lonjakan karena perkembangan yang kemungkinan menjadikannya sebagai pengganti Starlink di masa mendatang.
Eva Berneke, CEO Eutelsat, bahkan menyatakan dalam wawancara dengan Bloomberg bahwa banyak pihak yang mempertanyakan apakah mereka mampu menggantikan sejumlah besar terminal Starlink yang saat ini ada di Ukraina. “Kami akan berupaya keras untuk mewujudkannya,” ungkapnya. Saat ini, Eutelsat diketahui memiliki 35 satelit di orbit geostasioner (GEO), ditambah dengan lebih dari 600 satelit di orbit rendah Bumi.
Tak lama setelah kabar ini muncul, Elon Musk merespons dengan menyatakan bahwa Ukraina bisa mengalami kerugian besar jika beralih dari Starlink, yang sebelumnya telah memberikan konektivitas vital bagi negara tersebut. Radoslaw Sikorski, Menteri Luar Negeri Polandia, melontarkan pernyataan bahwa negara mereka juga telah berinvestasi dalam layanan Starlink dan menegaskan komitmen Polandia untuk mendukung Ukraina melawan invasi Rusia. Polandia memang dikenal sebagai salah satu pendukung utama Ukraina, memberikan bantuan dalam berbagai bentuk, termasuk teknologi komunikasi.
Sebagai tanggapan, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membantah klaim yang menyatakan bahwa hubungan Ukraina dengan Starlink terancam putus. “Tidak ada ancaman yang diberikan untuk memutus hubungan Ukraina dengan Starlink,” katanya dengan tegas. Situasi ini semakin rumit ketika Musk menyebut Sikorski sebagai “orang kecil”, menandakan ketidakpuasan terhadap kritik yang dilontarkan.
Dalam konteks yang sama, Perdana Menteri Polandia, Donald Tusk, membela Menteri Luar Negerinya. Tusk menyebutkan bahwa Sikorski telah menjelaskan secara tenang posisi Polandia kepada pejabat negara lain, menunjukkan bahwa meskipun Musk memiliki pengaruh besar dalam dunia teknologi, isu geopolitik yang melibatkan Ukraina, Polandia, dan Rusia sangat kompleks dan melibatkan banyak kepentingan.
Di tengah persaingan yang semakin ketat ini, jelas bahwa Eutelsat dan perusahaan-perusahaan lain yang berupaya menggantikan Starlink akan terus menjadi perhatian banyak pihak, terutama ketika menyangkut keberlanjutan akses internet di daerah-daerah yang rentan seperti Ukraina. Perkembangan ini tentunya akan selalu dinantikan, baik oleh pemerintah negara terlibat maupun oleh masyarakat luas yang membutuhkan konektivitas yang andal dan stabil.