Sumber foto: Goggle

Starlink Membawa Risiko Baru Bagi Industri Seluler, ATSI Usulkan Pengurangan Harga Lelang 700 MHz

Tanggal: 11 Jun 2024 14:38 wib.
Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) membawa pandangan baru terkait dengan kehadiran satelit orbit rendah milik Elon Musk, Starlink, yang dianggapnya sebagai risiko besar bagi industri telekomunikasi bergerak. Hal ini memicu usulan ATSI kepada pemerintah untuk memangkas harga dasar lelang spektrum 700 MHz dan 26 GHz sebagai langkah mengantisipasi risiko yang semakin meningkat dalam menjalankan bisnis seluler.

Menurut Sekjen ATSI, Marwan O Baasir, Starlink memperkenalkan sebuah risiko baru bagi industri seluler karena pasar Starlink dan operator seluler memiliki pelanggan yang tumpang tindih, terutama di sektor pelanggan ritel. Starlink menawarkan layanan internet dengan harga bulanan sekitar Rp750.000, menargetkan pelanggan di daerah perkotaan maupun pedesaan yang saat ini menjadi pangsa pasar potensial bagi operator seluler.

Marwan memperingatkan bahwa Starlink memberikan risiko yang signifikan bagi bisnis operator seluler, terutama di tengah biaya regulasi industri telekomunikasi yang sudah cukup tinggi. Rasio biaya regulasi terhadap pendapatan operator seluler saat ini mencapai 12,3%, angka yang jauh melampaui standar global sebesar 7%. 

Menurut Marwan, ketika pertumbuhan Starlink terus meningkat, nilai dari spektrum 700 MHz juga akan turun. Oleh karena itu, ATSI mendorong pemerintah untuk tidak menaikkan harga lelang spektrum tersebut, karena hal ini dapat menimbulkan risiko baru bagi bisnis operator seluler.

Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengumumkan bahwa lelang spektrum frekuensi 700 MHz dan 26 GHz untuk jaringan 5G mundur dari jadwal yang sebelumnya direncanakan. Penundaan ini memperlihatkan kehati-hatian pemerintah dalam menangani perubahan dinamis dalam industri telekomunikasi, terutama terkait dengan dampak dari kehadiran Starlink.

Pertumbuhan pesat teknologi satelit seperti Starlink memang membawa dampak yang signifikan bagi industri seluler, khususnya dalam hal persaingan harga, penetrasi pasar, dan keunggulan kompetitif. Kehadiran teknologi ini mendorong industri seluler untuk terus berinovasi dalam menghadapi tantangan baru. Terlebih lagi, kebijakan harga lelang spektrum oleh pemerintah juga akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas bisnis operator seluler di masa mendatang. 

Sebagai hasil dari memiliki banyak peserta operator jaringan seluler dapat menyebabkan tidak tercapainya keseimbangan fisik, seperti masalah interferensi yang dapat mengganggu kinerja jaringan yang ada. Selain itu, adanya operator seperti Starlink yang menawarkan harga lebih murah memaksa operator lain untuk menekan harga jasa layanan mereka, yang pada akhirnya dapat mengganggu keuntungan perusahaan dan kualitas layanan yang ditawarkan.

Melalui pengamatan ini, diharapkan pemerintah dapat mempertimbangkan ulang kebijakan harga lelang spektrum 700 MHz dan 26 GHz, serta merumuskan strategi yang mengakomodasi kehadiran teknologi baru seperti Starlink. Hal ini perlu dilakukan untuk memastikan keberlangsungan bisnis operator seluler di tengah persaingan yang semakin ketat dan perubahan dinamis dalam industri telekomunikasi. Langkah-langkah ini juga akan memungkinkan operator seluler untuk terus berinvestasi dalam meningkatkan jaringan dan layanan mereka, sejalan dengan transformasi digital yang terus berlanjut di Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved