Starlink: Melayani Pengguna di Ukraina dan Menantang Eksistensi Putin
Tanggal: 1 Jan 2025 11:08 wib.
Starlink, perusahaan milik Elon Musk yang bergerak di bidang layanan internet satelit, baru-baru ini mengumumkan kemampuan sambungan internet langsung ke perangkat seluler, atau dikenal dengan istilah direct-to-cell.
Dengan demikian, perusahaan ini mengklaim bahwa pelayanan tersebut akan hadir dengan fitur terbatas untuk pesan teks pada akhir tahun 2024. Sementara itu, kemampuan lebih lengkap, termasuk layanan suara dan data, diproyeksikan akan diluncurkan pada tahun 2025 mendatang.
Sejumlah operator telekomunikasi di berbagai negara juga sudah bekerjasama dengan Starlink dalam merealisasikan layanan direct-to-cell. Dalam perkembangan terbaru, Starlink telah menjalin kemitraan dengan operator seluler Kyivstar di Ukraina untuk memberikan layanan direct-to-cell kepada pengguna di negara tersebut.
Kemitraan antara Starlink dan Kyivstar di Ukraina menjadi titik perdebatan menarik karena Ukraina merupakan negara musuh besar Vladimir Putin, Presiden Rusia. Dengan adanya kemitraan ini, Starlink akan melayani masyarakat di negara yang tengah berkonflik dengan Rusia.
Kyivstar sendiri telah menargetkan layanan direct-to-cell untuk fungsi pesan teks akan diluncurkan pada kuartal keempat tahun 2025 mendatang. Setelahnya, operator tersebut akan memperluas layanan untuk suara dan data pada tahap-tahap berikutnya.
Meskipun begitu, rincian nilai kesepakatan antara Starlink dan Kyivstar belum diumumkan kepada publik. Namun demikian, kerja sama ini menunjukkan upaya Starlink dalam memperluas jangkauan pelayanan direct-to-cell ke berbagai negara, bahkan ke negara-negara yang memiliki konflik politik dengan Rusia.
Hal ini menegaskan niat Starlink untuk turut berperan dalam menyokong konektivitas di wilayah-wilayah yang membutuhkan akses internet yang andal, termasuk dalam situasi konflik.
Sejak awal tahun ini, Starlink telah mencatat sejumlah langkah signifikan dalam pengembangan layanannya. Perusahaan ini bahkan meluncurkan paket satelit pertama yang ditujukan untuk kemampuan direct-to-cell.
Meskipun demikian, layanan ini sempat mendapat sorotan dan kontroversi dari berbagai pihak, karena dianggap dapat mengancam keberlangsungan bisnis operator mobile.
Namun, melalui negosiasi yang dilakukan oleh Elon Musk, pendiri dan pemilik SpaceX, Starlink mampu meyakinkan beberapa perusahaan telekomunikasi untuk menjalin kerja sama dalam menggelar layanan direct-to-cell.
Hingga saat ini, Starlink telah menjalin kerja sama dengan tujuh operator telekomunikasi di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Selandia Baru. Namun demikian, di Indonesia, Starlink masih belum bekerja sama dengan operator lokal untuk menggelar layanan direct-to-cell.
Pemerintah Indonesia juga menjelaskan bahwa izin yang diberikan kepada Starlink di Indonesia tidak mencakup layanan direct-to-cell, melainkan terbatas pada ISP (Internet Service Provider) dan Jartup Vsat.
Dalam konteks implementasi layanan Starlink di Indonesia, Direktur Telekomunikasi Ditjen PPI Kementerian Komunikasi dan Informatika, Aju Widya Sari, menyatakan bahwa PT Starlink Services Indonesia saat ini tidak dapat menyediakan layanan direct-to-cell secara langsung kepada pelanggan.
Hal ini mengindikasikan bahwa implementasi layanan direct-to-cell oleh Starlink di Indonesia masih akan membutuhkan proses perizinan dan persetujuan lebih lanjut dari pihak berwenang.
Dengan kesuksesan Starlink dalam menjalin kerja sama dengan sejumlah operator telekomunikasi di berbagai negara, diharapkan perusahaan ini dapat terus mengembangkan layanan direct-to-cell ke wilayah-wilayah yang membutuhkan konektivitas internet yang handal.
Kerja sama internasional ini juga dapat menjadi faktor yang mendukung peningkatan akses internet di berbagai negara, termasuk di wilayah konflik seperti Ukraina. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan telekomunikasi yang bekerja sama dengan Starlink juga diharapkan dapat memperoleh manfaat dari kerja sama ini, baik dalam hal peningkatan layanan maupun ekspansi pasar.
Dengan begitu, Starlink dapat diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan konektivitas internet di berbagai wilayah, bahkan di negara-negara yang tengah menghadapi situasi konflik politik.