Starlink Kurang Fleksibel, Sulit Gantikan 4G dan 5G?
Tanggal: 13 Jun 2024 04:39 wib.
Starlink, yang merupakan layanan satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO), diklaim mampu memberikan kecepatan internet hingga 300 Mbps per titik, lebih cepat dari kecepatan ideal 4G dan 5G yang hanya sekitar 100 Mbps per titik. Meskipun demikian, kecepatan tinggi yang ditawarkan Starlink menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan layanan ini untuk menggantikan peran 4G dan 5G di masa depan, terutama dalam industri seluler.
Ketua Umum Indonesia Digital Empowering Community (Idiec) Tesar Sandikapura menyoroti bahwa masyarakat masih menghadapi euforia terhadap layanan Starlink. Kecepatan internet yang ditawarkan oleh Starlink mencapai lebih dari 200 Mbps per titik, sebuah angka yang bahkan melampaui rata-rata kecepatan 5G di Indonesia. Namun, dia menegaskan bahwa meskipun Starlink menawarkan kecepatan yang sangat tinggi, layanan ini masih sulit bersaing dengan teknologi seluler lainnya, termasuk 4G. Selain itu, Teknologi Starlink dinilai masih kurang fleksibel, dengan kemampuannya yang lebih cocok digunakan untuk posisi tetap, seperti di rumah, dan bukan untuk digunakan secara mobile seperti layanan 4G dan 5G.
Hal ini mengakibatkan pengguna seluler harus membawa perangkat Starlink ke mana-mana jika ingin tetap menikmati kecepatan internet 300 Mbps. Keterbatasan ini membuat penggunaan Starlink kurang fleksibel bagi para pengguna.
Untuk diketahui, layanan internet berbasis satelit membutuhkan alat penangkap sinyal yang harus terus terhubung dengan sumber tenaga atau listrik. Tanpa pasokan listrik yang stabil, maka alat penangkap sinyal tidak dapat berfungsi. Disamping itu, alat penangkap sinyal juga harus terpapar secara langsung, dan tidak dapat terhalang oleh bangunan tinggi atau objek yang berada di atas posisi perangkat Starlink. Oleh karena itu, perangkat Starlink cenderung lebih efektif digunakan untuk keperluan maritim.
Sementara itu, layanan seluler dapat langsung digunakan di mana saja tanpa memerlukan alat penangkap sinyal berukuran besar maupun pasokan listrik seperti yang dipersyaratkan oleh koneksi satelit. Alat penangkap sinyal seluler telah tertanam langsung di smartphone, sehingga tidak memerlukan peralatan tambahan untuk tetap terhubung dengan jaringan.
Keberadaan Starlink yang kurang fleksibel dan sulit digunakan secara mobile menunjukkan bahwa layanan tersebut masih belum dapat sepenuhnya menggantikan 4G dan 5G dalam memberikan koneksi internet yang cepat, terutama untuk kebutuhan mobile. Meskipun Starlink menawarkan kecepatan yang tinggi, namun jika aspek fleksibilitas dan kenyamanan bagi pengguna tidak dapat dipenuhi, maka sulit bagi layanan tersebut untuk menggantikan peran 4G dan 5G sebagai penyedia layanan internet yang paling efektif dan efisien.
Dalam konteks ini, meskipun teknologi Starlink telah memberikan kemajuan yang signifikan dalam bidang konektivitas internet, namun masih diperlukan inovasi lebih lanjut agar layanan ini dapat menjadi pilihan yang lebih kompetitif dalam menghadapi layanan 4G dan 5G, terutama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mobilitas dan fleksibilitas penggunaan internet di era digital yang terus berkembang.
Dengan begitu, perlu adanya upaya terus menerus dari industri teknologi, baik dari segi pengembangan infrastruktur maupun inovasi layanan, agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan koneksi internet yang cepat, handal, dan fleksibel, tanpa mengesampingkan aspek keberlanjutan dan ketersediaan akses yang merata untuk semua lapisan masyarakat di berbagai wilayah, khususnya di Indonesia yang memiliki karakteristik geografis yang beragam.