Stabilitas Regulasi Jadi Kendala, Investasi Teknologi Lari ke Vietnam dan Malaysia
Tanggal: 4 Jan 2025 14:36 wib.
Kehadiran nama-nama besar di industri teknologi cenderung beralih dan berinvestasi di negara-negara tetangga Indonesia seperti Vietnam dan Malaysia. Hal ini telah menarik perhatian Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia yang menyoroti hal ini dengan menyuarakan berbagai permasalahannya.
Rendy Maulana Akbar, Ketua Asosiasi Cloud dan Hosting Indonesia, menekankan bahwa stabilitas regulasi merupakan hal yang sangat penting dalam menarik investasi.
Sebagai contoh, kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk barang-barang mewah yang diumumkan hanya beberapa jam sebelum pergantian tahun 2025 menjadi salah satu contoh yang ditekankan oleh Rendy.
"Dilihat dari sisi kestabilan regulasi di sini, itu menjadi perhatian utama bagi kami," ujar Rendy dalam Profit CNBC Indonesia pada Jumat (3/1/2025). Dia juga menunjukkan perbedaan dalam beban pajak antara transaksi di dalam negeri dan di luar negeri, serta dampaknya terhadap konsumen.
Selain itu, produk digital juga akan dikenakan pajak yang pada akhirnya akan diteruskan kepada konsumen. "Pajak untuk produk digital ini secara operasional akan menambah beban kepada konsumen. Jika seseorang bertransaksi di luar negeri, dia tidak akan dikenakan pajak karena sifatnya yang borderless," jelasnya.
Rendy juga menekankan bahwa Indonesia perlu memanfaatkan peluang yang ada. Menurutnya, raksasa teknologi tertarik untuk berbisnis di Indonesia karena tidak dapat melakukan hal yang sama di negara-negara tetangga.
Regulasi terkait pembangunan pusat data baru, harga listrik, dan harga lahan adalah beberapa contoh yang disebutkan Rendy. "Dari sisi daya, mungkin harga lahan tidak seharga yang ada di Singapura. Ini menjadi nilai tambah yang dimiliki oleh Indonesia, terutama dalam bisnis pusat data," paparnya.
Penyertaan modal asing dalam bisnis teknologi juga menghadapi tantangan dalam hal perbedaan pasar dan bahasa. Pemain lokal diharapkan untuk memberikan layanan terbaik guna bersaing dengan kehadiran pemain global.
Rendy menyoroti bahwa para pemain lokal di Indonesia harus bersaing dari segi pelayanan. "Sebagai contoh, jika pelanggan Indonesia berlangganan di perusahaan besar di luar negeri, pelayanan email mereka mungkin baru dibalas dalam tiga hari. Sementara di Indonesia, hanya dalam 5 menit jika tidak ada balasan email, konsumen sudah memprotes," tambahnya.
Dalam menanggapi tema ini, Pemerintah Malaysia telah merespons dengan langkah-langkah cepat untuk menarik investasi asing. Para pemimpin di Kuala Lumpur menyadari pentingnya stabilitas regulasi dan kepastian investasi.
Pada saat yang sama, mereka juga memperhatikan berbagai kebijakan yang memungkinkan peningkatan investasi di bidang teknologi dan bisnis digital. Hal ini merupakan salah satu strategi yang mereka terapkan untuk menarik lebih banyak perhatian dari para pengusaha dan investor asing.
Di samping itu, Malaysia terus meningkatkan infrastruktur teknologi, memudahkan regulasi bisnis, dan memperkuat kerjasama dengan negara-negara tetangga.
Dampaknya terhadap bisnis teknologi Malaysia telah terlihat dengan meningkatnya minat para raksasa teknologi dalam berinvestasi di negara ini, sekaligus menarik perhatian dari pengusaha Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga perlu bergerak cepat untuk memberikan kepastian dan stabilitas dalam regulasi dan kebijakan investasi agar dapat bersaing dan menarik lebih banyak perhatian dari para investor asing.
Semakin baik persiapan dan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, semakin besar peluang bagi Indonesia dalam menarik investasi asing di bidang teknologi dan bisnisdigital.