Sumber foto: iStock

Serangan Aplikasi Palsu Mengintai Android: 2,5 Juta Perangkat Terinfeksi Setiap Bulan, Indonesia Termasuk Korban

Tanggal: 25 Mei 2025 01:05 wib.
Sebuah ancaman digital terbaru kini tengah mengincar jutaan perangkat Android di seluruh dunia. Serangan ini bukan berasal dari virus yang tersembunyi secara kompleks, melainkan dari aplikasi palsu yang terlihat sangat mirip dengan aplikasi resmi. Serangan ini dilaporkan oleh IAS Threat Labs dan dinamakan Kaleidoscope, sebuah modus baru penipuan iklan (ad fraud) yang menyusup ke perangkat Android melalui aplikasi tiruan.

Kaleidoscope menyusup bukan melalui Google Play Store secara langsung, tetapi melalui toko aplikasi pihak ketiga yang banyak tersedia di internet. Aplikasi palsu ini didesain menyerupai versi asli dari aplikasi yang tersedia di Play Store, sehingga sulit dibedakan oleh pengguna biasa. Ketika diinstal, aplikasi ini menyuntikkan adware yang mampu menampilkan iklan agresif dalam berbagai bentuk, tanpa interaksi pengguna.

IAS Threat Labs mengungkap bahwa penyebaran malware ini dilakukan melalui taktik manipulatif. Para pelaku kejahatan siber mengirimkan pesan langsung ke calon korban, atau menggunakan media sosial untuk membujuk pengguna agar mengunduh aplikasi palsu tersebut. Banyak pengguna yang tertipu karena nama dan tampilan aplikasi sangat menyerupai versi resminya, padahal aplikasi itu berasal dari sumber yang tidak terpercaya.

Begitu aplikasi palsu ini dipasang, adware akan mulai beroperasi dan menampilkan iklan secara agresif. Pengguna mungkin merasa bahwa aplikasi tersebut berjalan seperti biasa, tetapi mereka sebenarnya telah membuka pintu bagi malware yang bisa mengeksploitasi data dan sumber daya perangkat. Bukan hanya pengguna yang menjadi korban, melainkan juga para pengiklan yang percaya iklan mereka muncul di aplikasi sah, padahal justru sebaliknya.

Laporan dari Phone Arena menyebutkan bahwa adware yang ditanam dalam aplikasi ini memiliki kemampuan untuk menampilkan iklan gambar dan video secara penuh di layar ponsel, bahkan tanpa adanya klik atau interaksi apapun dari pengguna. Jenis iklan ini sangat mengganggu karena bisa muncul tiba-tiba, mengganggu aktivitas pengguna, dan memperlambat performa perangkat.

Yang lebih mengkhawatirkan, skala penyebaran Kaleidoscope sangat besar. Setiap bulan, diperkirakan ada lebih dari 2,5 juta perangkat Android yang menjadi korban serangan ini. Indonesia masuk dalam daftar negara yang paling terdampak, bersama dengan India, Filipina, dan Brasil.

Menurut laporan tersebut, sekitar 20% dari total korban berasal dari India, menjadikannya negara dengan jumlah perangkat terinfeksi terbesar. Namun, Indonesia juga berada dalam daftar negara yang secara aktif menjadi sasaran para pelaku kejahatan siber ini. Jumlah korban di Indonesia tidak disebutkan secara pasti, namun mengingat populasi pengguna Android yang tinggi, angka tersebut diyakini signifikan.

Penipuan iklan seperti ini merupakan masalah serius dalam ekosistem aplikasi Android. Tidak hanya merugikan pengguna secara langsung, tetapi juga menimbulkan kerugian besar bagi industri periklanan digital. Iklan yang ditayangkan pada aplikasi palsu tidak hanya menguras anggaran pemasaran, tetapi juga merusak reputasi pengiklan yang tanpa sadar menjadi bagian dari penipuan ini.

Serangan ini juga menunjukkan betapa rentannya toko aplikasi pihak ketiga terhadap penyalahgunaan. Berbeda dengan Google Play Store yang memiliki sistem keamanan dan kurasi ketat, toko aplikasi pihak ketiga sering kali lebih permisif terhadap unggahan aplikasi yang mencurigakan. Hal ini memberikan celah besar bagi pelaku untuk menyebarkan malware dengan menyamar sebagai aplikasi populer.

Untuk menghindari ancaman serupa, para pengguna Android disarankan untuk hanya mengunduh aplikasi dari sumber resmi seperti Google Play Store. Selain itu, penting juga untuk selalu memeriksa ulasan pengguna, jumlah unduhan, serta izin aplikasi sebelum menginstalnya. Langkah-langkah ini tampaknya sepele, namun dapat menjadi tameng awal yang kuat untuk mencegah perangkat terinfeksi malware.

Penting juga bagi pengguna untuk memahami tanda-tanda perangkat yang mungkin sudah terinfeksi. Gejala seperti iklan yang tiba-tiba muncul tanpa sebab, performa ponsel yang melambat drastis, konsumsi baterai yang tidak wajar, hingga aplikasi yang berjalan sendiri bisa menjadi indikator adanya adware atau malware. Jika menemui hal ini, segera lakukan pemeriksaan dengan aplikasi antivirus terpercaya atau reset pabrik jika perlu.

Dalam jangka panjang, kasus seperti Kaleidoscope ini mendorong perlunya edukasi digital yang lebih luas di masyarakat. Pemahaman tentang keamanan digital dan kebiasaan unduh aplikasi yang bijak bisa menjadi kunci utama dalam melindungi data dan perangkat pribadi dari ancaman-ancaman berbahaya yang terus berevolusi.

Ancaman seperti Kaleidoscope menjadi pengingat bahwa dalam dunia digital yang semakin terhubung ini, kewaspadaan menjadi hal yang tidak bisa ditawar. Satu klik pada aplikasi yang tampaknya tidak berbahaya bisa membuka celah besar bagi pelanggaran privasi dan kerugian finansial. Maka dari itu, tetaplah waspada, gunakan perangkat secara bijak, dan lindungi diri Anda dari jebakan siber yang makin canggih dan tersembunyi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved