SATRIA-1 Tembus Blank Spot! Strategi Rahasia Pemerintah Hadirkan Internet dan Literasi Digital di Daerah Terpencil
Tanggal: 10 Mei 2025 13:38 wib.
Pemerintah Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam memperluas jangkauan internet hingga ke pelosok negeri. Salah satu langkah strategis yang kini tengah digencarkan adalah pemanfaatan teknologi satelit untuk menjangkau wilayah 3T, yaitu tertinggal, terdepan, dan terluar. Melalui Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1), Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berupaya menjawab tantangan konektivitas yang selama ini menghambat kemajuan di wilayah-wilayah terpencil.
Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria, dalam kunjungannya ke Kabupaten Maluku Tengah, menegaskan bahwa pemerintah siap turun tangan langsung mengatasi persoalan blank spot atau area tanpa sinyal internet yang masih banyak ditemukan di sana. Dalam pertemuan dengan Bupati Maluku Tengah, Zulkarnain Awat Amir, Nezar menyatakan kesiapan Komdigi untuk memberikan solusi konkret lewat pemetaan titik-titik kritis yang membutuhkan layanan internet.
“Untuk wilayah blank spot, silakan konsultasikan titik-titiknya. Nanti bisa kami bantu, terutama kalau masuk kategori daerah 3T. Kalau tidak, berarti statusnya sudah komersial, dan itu bisa kita dorong operator seluler untuk membangun BTS,” ungkap Nezar dalam keterangannya pada Kamis (8/5/2025).
Salah satu solusi yang diandalkan pemerintah adalah peluncuran dan pengoperasian SATRIA-1, sebuah satelit milik Indonesia yang khusus dirancang untuk menjangkau daerah-daerah terpencil. SATRIA-1 disebut mampu menyediakan akses internet dengan kecepatan antara 3 hingga 4 Mbps, cukup untuk mendukung kegiatan dasar seperti pendidikan, layanan kesehatan, administrasi pemerintahan, dan bahkan keamanan nasional.
Layanan dari satelit ini akan dikoordinasikan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) yang bertugas untuk memetakan dan menentukan lokasi ground segment—titik darat yang akan menerima sinyal dari satelit dan mendistribusikannya ke berbagai lembaga atau fasilitas penting di daerah tersebut.
“Melalui SATRIA-1, kami ingin memastikan akses digital merata, terutama untuk layanan penting seperti sekolah, puskesmas, kantor pemerintahan, hingga pos keamanan. Titik-titik ini akan kami pelajari lebih lanjut untuk penempatan ground segment,” jelas Nezar.
Namun, akses internet semata tidak cukup. Komdigi memahami bahwa konektivitas tanpa kesiapan masyarakat bisa menimbulkan risiko baru, mulai dari penyebaran hoaks, misinformasi, hingga disinformasi yang dapat merusak stabilitas sosial dan informasi publik. Oleh karena itu, penguatan literasi digital menjadi prioritas berikutnya dalam strategi transformasi digital pemerintah.
“Literasi digital sangat penting, apalagi di daerah 3T yang belum terlalu familiar dengan teknologi informasi. Kita ingin masyarakat tidak hanya bisa mengakses internet, tapi juga tahu bagaimana menggunakannya secara bijak dan aman,” tegas Nezar.
Program literasi digital ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah informasi yang benar, memahami ancaman dunia maya seperti penipuan daring, dan melindungi privasi pribadi. Pemerintah ingin masyarakat menjadi pengguna internet yang cerdas dan kritis, bukan korban dari informasi palsu yang kian marak di era digital.
Selain itu, Komdigi juga menaruh perhatian pada peningkatan kapasitas digital aparatur pemerintah daerah. Dua program unggulan yaitu Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership sedang digencarkan sebagai bagian dari upaya mempercepat transformasi digital dalam sistem pemerintahan, khususnya melalui implementasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).
“Melalui program pelatihan ini, kami berharap aparatur negara di daerah mampu beradaptasi dengan tuntutan era digital dan memberikan pelayanan publik yang lebih efisien serta transparan,” ujar Nezar.
Langkah ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam menciptakan pemerataan pembangunan digital, memperkuat infrastruktur komunikasi nasional, dan menjadikan internet sebagai jembatan untuk mengurangi kesenjangan sosial, pendidikan, dan ekonomi antarwilayah.
Dengan kehadiran SATRIA-1, pemerintah Indonesia mencatatkan langkah maju dalam menyediakan layanan digital yang merata dan inklusif, terutama untuk wilayah yang selama ini tertinggal dalam arus perkembangan teknologi. Ini adalah bagian dari visi besar transformasi digital nasional yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat, dari pusat kota hingga pelosok pulau terpencil.
Bagi masyarakat di wilayah 3T, kabar ini tentu memberikan harapan baru. Tidak hanya membuka akses informasi dan pengetahuan yang selama ini terbatas, tetapi juga menjadi fondasi untuk meningkatkan kualitas hidup, pendidikan, dan layanan dasar lainnya.
Pemerintah berharap dengan infrastruktur yang dibangun dan program literasi yang diperluas, seluruh masyarakat Indonesia bisa menjadi bagian dari ekosistem digital yang sehat, produktif, dan inklusif. Internet bukan lagi sekadar fasilitas, melainkan hak dasar warga negara yang mendukung kemajuan bangsa secara keseluruhan.