Satelit Uni Soviet Kosmos 482 Bakal Jatuh ke Bumi! Apakah Indonesia Jadi Lokasi Tumbukan?
Tanggal: 7 Mei 2025 20:51 wib.
Tampang.com | Dunia astronomi kembali dihadapkan pada fenomena luar angkasa yang menegangkan. Satelit buatan Uni Soviet bernama Kosmos 482, yang telah mengorbit Bumi selama lebih dari lima dekade, dikabarkan akan jatuh kembali ke permukaan planet ini. Informasi tersebut menimbulkan kekhawatiran, terutama karena hingga kini, belum ada kepastian mengenai lokasi pasti jatuhnya satelit tersebut.
Menurut penjelasan Profesor Thomas Djamaluddin, pakar astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), satelit yang diluncurkan pada tahun 1972 itu berpotensi jatuh di area yang sangat luas. "Lintasan orbitnya mencakup wilayah antara 52 derajat Lintang Utara hingga 52 derajat Lintang Selatan. Artinya, seluruh area di antara koordinat tersebut berpotensi menjadi lokasi jatuhnya serpihan antariksa ini," ujar Thomas kepada CNBC Indonesia, Selasa (6/5/2025).
Wilayah tersebut meliputi sebagian besar permukaan Bumi, termasuk kawasan Asia, Afrika, Eropa, Australia, dan tentu saja Indonesia. Thomas menekankan bahwa meski peluang jatuhnya di wilayah berpenduduk cukup kecil, masyarakat tetap perlu meningkatkan kewaspadaan karena ketidakpastian masih tinggi.
Kemungkinan Indonesia Terkena Dampak
Thomas menyatakan bahwa hingga saat ini kemungkinan jatuhnya serpihan satelit di wilayah Indonesia masih terbuka, meskipun prediksi yang lebih akurat baru dapat dilakukan beberapa hari ke depan. “Pada tanggal 10 Mei 2025, baru bisa dipastikan apakah Indonesia termasuk wilayah yang aman atau berpotensi terkena dampak kejatuhan,” ujarnya.
Mengingat orbit satelit yang luas, ada kemungkinan besar satelit akan jatuh di wilayah tidak berpenduduk seperti lautan, gurun, atau hutan. Namun tetap saja, risiko terhadap wilayah berpenghuni tidak bisa diabaikan.
“Wilayah berpenduduk tetap harus waspada karena ketidakpastian penentuan waktu dan lokasi jatuhnya masih sangat tinggi,” lanjut Thomas.
Sejarah Kosmos 482: Misi Gagal Menuju Venus
Kosmos 482 bukan satelit biasa. Ia adalah bagian dari program eksplorasi ruang angkasa Venera milik bekas Uni Soviet, yang bertujuan mengirimkan wahana antariksa ke planet Venus. Satelit ini merupakan "saudara" dari Venera 8, yang berhasil diluncurkan ke Venus pada Juli 1972. Sebelumnya, Venera 7 telah sukses mendarat di permukaan Venus, menjadi wahana pertama yang mengirimkan data dari permukaan planet lain ke Bumi.
Namun sayangnya, Kosmos 482 mengalami kerusakan sistem saat peluncuran dan gagal menempuh perjalanan menuju Venus. Akibat malfungsi tersebut, satelit terpecah menjadi dua bagian. Badan utama satelit telah jatuh ke Bumi pada tahun 1981, sedangkan bagian lainnya tetap berada di orbit rendah Bumi hingga sekarang—lebih dari 50 tahun lamanya.
Ancaman Sampah Antariksa yang Tak Terduga
Fenomena seperti ini bukan yang pertama kali terjadi. Sampah antariksa menjadi masalah global yang semakin mendapatkan perhatian, karena ribuan objek buatan manusia masih mengorbit di luar angkasa, mulai dari satelit yang sudah tidak aktif hingga pecahan roket.
Sebagian besar objek ini akan terbakar habis saat memasuki atmosfer Bumi. Namun, jika objek tersebut cukup besar dan memiliki struktur tahan panas, maka tidak menutup kemungkinan bagian dari satelit tersebut bisa mencapai permukaan tanah, menimbulkan risiko bagi manusia maupun lingkungan.
Live Science melaporkan bahwa bagian satelit yang masih mengorbit kemungkinan akan kembali memasuki atmosfer Bumi dalam waktu dekat. Namun karena kecepatannya yang tinggi dan orbitnya yang luas, sangat sulit untuk menentukan waktu dan lokasi pasti kejatuhan sebelum mendekati waktu masuknya ke atmosfer.
Langkah Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Pihak BRIN dan lembaga antariksa lainnya kini terus memantau lintasan satelit Kosmos 482 secara intensif. Informasi terbaru mengenai prediksi lintasan dan potensi dampaknya diharapkan akan diperoleh pada 10 Mei mendatang. Jika memang terdapat kemungkinan jatuh di wilayah Indonesia, pemerintah akan memberikan peringatan resmi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan.
Di sisi lain, fenomena ini menjadi pengingat penting bagi umat manusia mengenai perlunya tata kelola antariksa yang lebih baik, terutama dalam menghadapi ancaman sampah luar angkasa. Dengan meningkatnya aktivitas peluncuran satelit dan misi luar angkasa, jumlah objek yang berpotensi menjadi bahaya juga meningkat.
Para ilmuwan dan insinyur luar angkasa kini terus bekerja sama secara global untuk mengembangkan sistem pelacakan sampah antariksa serta teknologi penghancuran atau pengalihan orbit agar tidak membahayakan manusia di Bumi.
Menanti Detik-Detik Jatuhnya Satelit
Hingga saat ini, publik masih menunggu informasi lebih lanjut mengenai kejatuhan Kosmos 482. Dengan usianya yang telah mencapai 53 tahun, satelit ini kini menjadi simbol peninggalan sejarah eksplorasi ruang angkasa, sekaligus pengingat bahwa jejak manusia di luar angkasa bisa membawa konsekuensi jangka panjang di Bumi.
Apakah Indonesia akan menjadi salah satu wilayah yang terdampak? Ataukah serpihan Kosmos 482 akan berakhir di lautan atau gurun yang luas? Jawabannya mungkin akan segera terungkap beberapa hari ke depan. Yang pasti, peristiwa ini menambah panjang daftar insiden sampah antariksa yang semakin menuntut perhatian global.