Salt Typhoon: Serangan Siber China yang Buat AS Kewalahan
Tanggal: 8 Des 2024 18:35 wib.
Serangan siber yang masif dari China ke Amerika Serikat membuat pemerintah AS kewalahan. Presiden Joe Biden bersama tim Gedung Putih dikatakan terus berupaya menghadapi aksi para hacker yang menargetkan penyedia telekomunikasi di AS. Beijing dianggap masih bisa berhasil memata-matai banyak warga AS, seperti dilansir dari Politico pada Jumat (6/12/2024).
Menurut Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Siber dan Teknologi Berkembang Gedung Putih, Anne Neuberger, tim respons spesial Gedung Putih telah melakukan pertemuan harian untuk membahas isu peretasan yang dilakukan oleh China. Koordinasi juga dilakukan dengan setidaknya 8 penyedia telekomunikasi yang telah dilaporkan menjadi korban serangan dari hacker China yang diidentifikasi sebagai kelompok 'Salt Typhoon'.
AS juga mengaktifkan satuan tugas pertahanan siber yang melibatkan NSA, Pentagon, dan Lembaga Keamanan Siber dan Infrastruktur untuk menghadapi ancaman serangan siber dari China. Meskipun telah melakukan berbagai upaya, belum ada satu pun penyedia telekomunikasi di AS yang mampu sepenuhnya mengusir hacker China dari jaringan mereka, menurut Neuberger.
Hal ini menyebabkan warga AS masih rentan terhadap aksi mata-mata dari China. Neuberger menekankan bahwa dampak risiko dari serangan siber China akan sangat besar, terutama karena China memiliki akses yang luas dalam hal mengakses komunikasi sehari-hari warga AS.
Sebelumnya, dilaporkan bahwa kelompok Salt Typhoon telah berhasil membobol infrastruktur beberapa perusahaan telekomunikasi dan mendapatkan akses ke komunikasi rahasia di ponsel para pejabat senior pemerintah serta metadata pengguna ponsel di AS. Politico juga melaporkan bahwa Salt Typhoon telah melakukan aksi mata-mata terhadap nama-nama besar seperti Presiden AS terpilih Donald Trump dan Wakil Presiden AS terpilih JD Vance.
Pada awal pekan ini, pejabat senior FBI dan CISA mengungkapkan bahwa mereka telah mendeteksi pembobolan yang dilakukan oleh China sejak musim semi. Namun, lembaga federal pada waktu itu belum segera berkoordinasi untuk melakukan investigasi lanjutan. Pada November, investigator federal mengonfirmasi bahwa hacker China telah mencuri data seluler, menelepon, dan pesan singkat dari beberapa orang penting, serta menyalin data sensitif dari beberapa perusahaan.
Neuberger menjelaskan bahwa semua korban serangan ini adalah perusahaan swasta, dan bahwa serangan China tidak hanya mengincar AS, tetapi juga beberapa negara lain di seluruh dunia. Dia juga mengungkapkan bahwa praktik keamanan siber akan sulit dieksekusi namun mudah dipulihkan secara umum.
Dalam menghadapi serangan siber yang semakin meningkat, pihak AS harus terus meningkatkan kewaspadaan dan melakukan langkah-langkah yang lebih efektif dalam melindungi jaringan telekomunikasi mereka. Ini termasuk dalam hal peningkatan kemampuan teknologi siber, kerja sama antarlembaga, serta pelatihan dan peningkatan kesadaran terhadap ancaman siber bagi semua pihak terkait. Terlebih lagi, kerja sama internasional juga sangat penting dalam mengatasi serangan siber yang tidak terbatas oleh batasnegara.