Rusia Siap Kembangkan Konsol Game Sendiri, Tantangan Kedaulatan Teknologi di Tengah Sanksi
Tanggal: 9 Jan 2025 08:18 wib.
Rusia kabarnya tengah merencanakan untuk mengembangkan konsol video game buatannya sendiri. Informasi ini diungkapkan oleh Wakil Ketua Komite Kebijakan Informasi Duma Negara, Anton Gorelkin.
Menurutnya, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Rusia sedang aktif mengembangkan konsol game domestik yang akan menggunakan prosesor Elbrus dan ditenagai oleh Aurora atau Alt Linux, keduanya merupakan fork Rusia dari sistem operasi Linux yang populer.
Prosesor Elbrus sendiri dikembangkan oleh Moscow Center of SPARC Technologies dan dirancang khusus untuk keperluan pertahanan, infrastruktur penting, dan aplikasi lainnya.
Peerusahaan ini bukanlah sebanding dengan produk-produk yang diproduksi oleh Intel, AMD, dan Arm saat ini, dan tentu saja tidak akan mencapai tingkat setara dengan PS5 atau Xbox.
Meskipun demikian, Gorelkin menegaskan bahwa konsol ini tidak direncanakan untuk memainkan game-game lama, melainkan akan didesain untuk memainkan produk video game dalam negeri. Hal ini menunjukkan bahwa Rusia juga akan membutuhkan komunitas pengembang game sendiri guna merancang permainan-permainan ini.
Selain konsol yang sedang dikembangkan, ada juga konsol lain yang disebut Fog Play, yang sebagian bisa disebut sebagai perangkat game cloud. Pengguna yang memiliki komputer canggih dapat menyewakannya kepada pemilik Fog Play, yang kemudian dapat memainkan game di komputer tersebut melalui cloud.
Berbicara mengenai kedaulatan teknologi Rusia yang lebih luas, sejak menghadapi sanksi Barat dan mencita-citakan kemandirian, Rusia juga telah berusaha untuk menguatkan teknologinya sendiri. Namun, upayanya dihadang oleh isolasi digital yang mengakibatkan keberlanjutan pembangunan teknologinya terhambat.
Penggunaan Astra Linux di komputer pemerintah, intelijen, militer, dan bahkan komputer pendidikan merupakan upaya lain Rusia untuk mengembangkan teknologi sendiri.
Selain itu, Rusia juga berusaha untuk mengganti pemindai file dan situs web VirusTotal (milik Google) dengan platform Multiscanner miliknya sendiri karena khawatir akan penyusupan pemerintah AS.
Namun, meskipun telah melakukan upaya-upaya tersebut, Rusia masih sangat bergantung pada teknologi China. Smartphone merek China masih sangat populer di Rusia, dan elektronik serta teknologi Tiongkok lainnya terus masuk ke Rusia meskipun Tiongkok telah mengekspor produk-produknya ke AS.
Hal ini mengindikasikan bahwa Rusia mungkin sulit untuk mencapai kedaulatan teknologi yang sesungguhnya, apalagi dalam hal produksi chip setingkat PS5 atau Xbox, karena terlalu bergantung pada Tiongkok dan memiliki keterbatasan dalam kemampuan produksinya tersebut.
Dua konsol video game yang sedang dikembangkan oleh Rusia menjadi contoh yang baik dari tantangan yang dihadapi negara ini akibat hubungannya yang buruk dengan negara adidaya di dunia.
Sama seperti prosesor Elbrus yang tidak akan benar-benar bersaing dengan konsol terbaik, Rusia mungkin akan terus berjuang untuk mendapatkan kedaulatan teknologi.
Di tengah perkembangan konflik teknologi antara negara-negara besar, mendorong kemandirian teknologi menjadi suatu aspek yang penting bagi negara, namun tantangan yang dihadapi menjadi tidak mudah.
Rusia sebagai negara besar dengan pengaruh geopolitik global juga tidak luput dari masalah tersebut. Bagaimanapun, upaya untuk mengurangi ketergantungan Rusia pada teknologi luar negeri masih perlu terus digalakkan.
Dengan begitu banyak tekanan yang dihadapi oleh negara-negara besar, termasuk Rusia, langkah-langkah inovatif dan kolaboratif diperlukan untuk dapat mencapai kedaulatan teknologi yang sesungguhnya.
Inisiatif Rusia mengembangkan konsol video game serta upaya lain dalam pengembangan teknologi sendiri merupakan langkah yang patut untuk dikawal dan diteladani oleh negara-negara lain dalam upaya mengurangi ketergantungan pada teknologi asing.