Robotaxi Mengaspal di Hong Kong: Era Kendaraan Tanpa Sopir Kian Dekat
Tanggal: 9 Jan 2025 08:19 wib.
Layanan robotaxi atau taksi tanpa driver semakin meramaikan industri transportasi di Asia. Layanan ini nampaknya semakin mendekat ke Indonesia dengan adanya perkembangan terbaru di beberapa negara tetangga.
Salah satunya adalah perusahaan Pony.ai Inc yang berbasis di Guangzhou, China. Mereka baru saja meluncurkan layanan robotaxi di Hong Kong, bersamaan dengan upaya perusahaan penggerak otonom ini untuk memperluas operasinya secara global. Pony.ai bergabung dengan Baidu dalam persaingan ketat untuk menyediakan layanan robotaxi di kota tersebut.
Pony.ai, yang terdaftar di Nasdaq, berencana untuk menyediakan layanan perjalanan robotaxi untuk staf bandara di Bandara Internasional Hong Kong sebelum memperluas layanannya ke daerah perkotaan lain di kota tersebut. Meskipun belum ada rincian waktu pasti terkait peluncurannya, perusahaan ini memiliki rencana untuk memperluas operasinya di kawasan tersebut.
Raksasa kecerdasan buatan asal China, Baidu, juga tengah mengincar peluncuran layanan taksi tanpa sopir di Hong Kong. Pemerintah Hong Kong telah menyetujui permohonan Baidu untuk melakukan uji coba di Lantau Utara pada November 2024.
Hal ini menunjukkan minat yang tinggi dari perusahaan teknologi untuk menguji dan mengembangkan layanan robotaxi di wilayah tersebut.
Sementara Pony.ai telah mendapatkan lisensi layanan robotaxi di Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Shenzhen. Mereka juga tengah menjajaki penyebaran bisnis mengemudi otonom di Korea Selatan, Luksemburg, Timur Tengah, dan negara-negara lain. Hal ini menunjukkan ambisi perusahaan untuk memperluas jangkauan layanannya secara global.
Selain itu, sejumlah kendaraan tanpa sopir juga telah terlihat di jalanan Singapura. Perusahaan China, WeRide, telah meluncurkan minibus otonom yang mampu melaju sejauh 1,2 kilometer dengan empat pemberhentian.
Meskipun terdapat pengemudi keselamatan di bagian depan kendaraan, hal ini menandakan kemajuan teknologi otonom di negara tersebut.
Uji coba kendaraan tanpa sopir di Singapura telah dilakukan sejak 2015 dan belakangan ini penggunaannya telah meningkat secara signifikan. Selain minibus otonom, kendaraan otonom pengangkut barang juga telah beroperasi di sana. Bahkan Bandara Changi telah melakukan uji coba bus otonom pengangkut pekerja selama dua tahun.
Meskipun begitu, kendaraan otonom ini tetap memerlukan pengawasan manusia. Meskipun pengawasannya jauh lebih minimal, hal ini menunjukkan bahwa teknologi otonom masih membutuhkan keterlibatan manusia dalam pengawasan operasional.
Sebastian Yee, direktur pengembangan bisnis WeRide Singapura, menyatakan bahwa Singapura cenderung menerima teknologi tanpa pengemudi dengan baik.
Masyarakatnya memiliki tujuan produktivitas yang jauh lebih besar untuk penggunaan teknologi ini. Menurutnya, teknologi otonom telah berevolusi dengan cepat, dan saat ini menjadi waktu yang tepat untuk menerapkannya secara lebih luas.
Kehadiran layanan robotaxi dan kendaraan otonom di berbagai negara tersebut menunjukkan bahwa teknologi ini semakin mendekat ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Meskipun belum ada kejelasan terkait peluncuran layanan tersebut di Indonesia, namun tren global ini menunjukkan bahwa kemungkinan layanan taksi tanpa sopir akan segera meramaikan pemandangan transportasi di Indonesia.
Hal ini tentu menjadi sorotan menarik karena akan memberikan dampak signifikan terhadap industri transportasi dan mobilitas di Indonesia. Dengan potensi untuk meningkatkan efisiensi, keselamatan, dan kenyamanan transportasi, kemunculan layanan robotaxi di Indonesia tentunya menjadi sebuah harapan yang menarik untukdiamati.