Robot AI Saingi Dokter Bedah: Inovasi atau Ancaman untuk Profesi Manusia?
Tanggal: 2 Jan 2025 16:59 wib.
Tampang.com | Profesi dokter telah lama dianggap sebagai salah satu profesi yang paling aman dari ancaman penggantian oleh teknologi. Namun, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini menunjukkan bahwa bahkan profesi ini tidak luput dari ancaman.
Sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh tim peneliti dari Johns Hopkins University berhasil menunjukkan kemampuan robot AI dalam melakukan tugas dokter, memicu kekhawatiran akan masa depan profesi medis.
Menurut peneliti Johns Hopkins University, robot AI telah dilatih untuk menonton video operasi yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah. Setelah melalui proses pelatihan, robot tersebut mampu melakukan prosedur operasi serupa tanpa bantuan manusia sama sekali.
Dalam suatu wawancara, peneliti senior Axel Krieger menyatakan, "Model ini sangat ajaib. Yang perlu kami lakukan hanya menancapkan kamera untuk memprediksi pergerakan robot yang dibutuhkan untuk operasi." Hal ini tentu saja menandai langkah signifikan dalam pengembangan robot medis, menurut Krieger.
Keberhasilan robot AI dalam melakukan prosedur operasi menjadi sorotan dalam Konferensi Pembelajaran Robot di Munich. Tim peneliti yang terlibat dalam proyek ini, termasuk peneliti dari Stanford University, menggunakan pembelajaran imitasi untuk melatih robot dengan sistem yang dinamai 'da Vinci Surgical'.
Hasilnya, robot mampu melakukan beberapa prosedur penting seperti memanipulasi jarum, mengangkat jaringan tubuh, dan menjahit. Hal ini menandakan adanya peningkatan kemampuan robot dalam melakukan tugas medis yang sebelumnya dianggap sebagai kemampuan eksklusif manusia.
Model sistem yang digunakan dalam pelatihan robot medis ini menggabungkan pembelajaran imitasi dan machine learning, dengan arsitektur inti yang mirip dengan layanan ChatGPT buatan OpenAI. Perbedaannya terletak pada cara kerjanya; ChatGPT bekerja dengan kata-kata, sementara robot AI melakukan tugasnya dengan prinsip kinematik.
Para peneliti melatih robot dengan ratusan video operasi yang direkam dari kamera pada pergelangan tangan robot selama proses operasi berlangsung. Video-video tersebut direkam oleh dokter bedah ahli dari seluruh dunia.
Dalam perkembangan lainnya, hampir 7.000 sistem da Vinci kini digunakan di berbagai belahan dunia, dengan lebih dari 50.000 ahli bedah dilatih menggunakan sistem ini. Hal ini menghasilkan arsip data yang besar, yang dapat digunakan untuk melatih robot AI dalam melakukan imitasi tugas-tugas medis.
Menurut peneliti Ji Woong 'Brian' Kim, "Kami hanya perlu memberikan masukan gambar, lalu sistem AI akan menemukan aksi yang tepat untuk melakukan operasi."
Meskipun keberhasilan robot AI dalam melakukan tugas dokter menimbulkan kekhawatiran akan terancamnya profesi dokter, beberapa pihak optimis bahwa kehadiran teknologi ini dapat menjadi alat bantu yang memudahkan manusia dalam menyelesaikan tugasnya.
Meski begitu, penting untuk terus memantau perkembangan teknologi dan memastikan bahwa penggunaannya tetap sesuai dengan etika dan standar medis yang berlaku.
Pengembangan teknologi AI dalam bidang medis juga menuntut perlunya kerja sama antara ahli teknologi dan praktisi medis, untuk memastikan bahwa teknologi ini benar-benar membantu meningkatkan kualitas layanan kesehatan tanpa menghilangkan peran penting dokter dan tenaga medis lainnya.
Dengan demikian, diharapkan bahwa kehadiran teknologi AI dalam bidang medis dapat menjadi sebuah kemajuan yang positif bagi kesehatan manusia, tanpa merusak profesi dokter yang telah lama menjadi tulang punggung dalam penyediaan layanan kesehatan.
Dalam hal ini, para dokter dan tenaga medis perlu mempersiapkan diri dengan meningkatkan kompetensi dan kecakapan dalam memanfaatkan teknologi AI untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam praktek medis mereka.
Seiring dengan itu, para lembaga pendidikan medis dan organisasi profesi juga perlu terus mengembangkan kurikulum dan pedoman etika yang sesuai, agar para calon dokter dapat siap menghadapi perubahan dan tantangan yang akan datang, sehingga profesi dokter tetap relevan dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju.