Rencana Robotaxi Tesla Diganjal di Detik Terakhir: Ancaman Inovasi atau Bahaya yang Tersembunyi?
Tanggal: 23 Jun 2025 10:54 wib.
Proyek ambisius Elon Musk untuk menghadirkan layanan taksi otomatis (robotaxi) Tesla di Austin, Texas, kembali menghadapi hambatan. Rencana peluncuran yang dijadwalkan berlangsung pada 22 Juni 2025 tersebut kini terganjal permintaan dari otoritas lokal untuk ditunda. Langkah ini dipicu oleh kekhawatiran regulasi serta tekanan politik yang semakin memanas.
Kelompok anggota parlemen dari Partai Demokrat Texas mengajukan permintaan resmi kepada Tesla untuk menunda peluncuran robotaxi hingga September 2025, yaitu saat undang-undang baru tentang pengoperasian kendaraan otonom mulai diberlakukan. Dalam surat yang dikutip oleh Reuters, mereka menyampaikan bahwa pihak Tesla perlu memberikan penjelasan mendetail terkait bagaimana perusahaan akan memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang masih dalam proses finalisasi.
Sebagai gambaran, berdasarkan aturan yang saat ini berlaku, perusahaan kendaraan otonom sebenarnya dapat menjalankan operasinya di seluruh wilayah Texas tanpa batasan lokasi. Namun, kendaraan harus telah terdaftar dan memiliki asuransi dasar yang sesuai. Undang-undang baru nantinya akan mengharuskan setiap perusahaan mengantongi izin operasi khusus sebelum menggelar layanan kendaraan otonom.
Meski telah disahkan oleh badan legislatif negara bagian, aturan tersebut masih menunggu tanda tangan dari gubernur Texas untuk mulai berlaku secara resmi. Hingga kini, Tesla belum memberikan tanggapan terhadap surat permintaan penundaan tersebut.
Impian Lama Elon Musk Kembali Terancam?
Proyek robotaxi bukanlah ide baru dari Elon Musk. Bahkan sejak 2020, Musk telah menyatakan akan mengoperasikan satu juta unit kendaraan robotaxi. Sayangnya, target tersebut tidak terealisasi. Kini, dengan peluncuran yang direncanakan di Austin, Tesla disebut telah menyiapkan 10 unit kendaraan sebagai tahap awal, dengan rencana ekspansi besar-besaran ke kota-kota lainnya jika peluncuran perdana berjalan sukses.
Namun bukan hanya otoritas lokal yang menyuarakan keberatan. Warga Austin pun telah menunjukkan penolakan mereka secara langsung. Pada Kamis (12/6), massa yang terdiri dari berbagai kelompok aktivis keselamatan jalan, pemerhati teknologi, dan warga biasa berkumpul di pusat kota untuk menyuarakan keprihatinan mereka terhadap robotaxi Tesla.
Ketakutan Akan Hilangnya Profesi dan Ancaman Keselamatan
Para pendemo menyuarakan kecemasan utama mereka, yakni potensi hilangnya lapangan kerja bagi sopir transportasi online serta dugaan ketidakamanan sistem pengemudian otomatis milik Tesla. Selain itu, keterlibatan Elon Musk dalam dunia politik, terutama hubungan masa lalunya dengan mantan Presiden AS Donald Trump, turut menjadi sorotan dalam unjuk rasa tersebut.
Kelompok-kelompok seperti The Dawn Project, Tesla Takedown, dan Resist Austin berada di garis depan aksi ini. Mereka mengklaim bahwa sistem Full Self-Driving (FSD) milik Tesla masih memiliki banyak kelemahan, bahkan telah terlibat dalam berbagai kecelakaan lalu lintas—sebagian di antaranya fatal, berdasarkan data dari National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA).
Untuk diketahui, Tesla menjual mobil dengan dua paket fitur otomatis: Autopilot standar dan FSD premium. FSD memungkinkan mobil untuk berpindah jalur, mengemudi secara otomatis, dan parkir mandiri. Namun, teknologi ini belum 100% otonom dan masih dalam tahap pengembangan serta pengujian.
Demonstrasi Menegangkan: Robotaxi Tesla Tabrak Manekin Anak
Dalam upaya mengedukasi masyarakat Austin, kelompok The Dawn Project melakukan demonstrasi menggunakan Tesla Model Y yang telah dilengkapi FSD versi terbaru (v13.2.9). Dalam simulasi tersebut, mobil Tesla melaju dan menabrak sebuah manekin berbentuk anak kecil yang sengaja ditempatkan di depan kendaraan, tak jauh dari sebuah bus sekolah dengan rambu berhenti.
Demonstrasi ini semakin memperkuat kekhawatiran publik terhadap keselamatan penggunaan robotaxi Tesla yang beroperasi tanpa supervisi manusia. Dan O'Dowd, pendiri The Dawn Project sekaligus CEO Green Hills Software—yang juga merupakan pemasok teknologi untuk perusahaan otomotif pesaing seperti Ford dan Toyota—menegaskan bahwa teknologi FSD belum siap untuk dilepas ke jalan raya.
Keterbukaan Tesla Dipertanyakan
Stephanie Gomez, salah satu peserta demo, menyatakan bahwa ketidaksukaannya pada peluncuran robotaxi Tesla bukan hanya karena faktor politik, melainkan lebih kepada minimnya transparansi perusahaan terhadap publik. Ia mengatakan bahwa Tesla tidak pernah menyampaikan secara terbuka data uji coba, tingkat keberhasilan FSD, maupun standar keamanan yang diterapkan.
Pendemo lainnya, Silvia Revelis, menyuarakan keprihatinan serupa. Ia menganggap Elon Musk tidak menghormati proses hukum dan hanya mengandalkan popularitas untuk mendorong proyek-proyek berisiko tinggi seperti robotaxi. “Masyarakat belum melihat hasil pengujian keamanan yang layak. Musk tampaknya percaya dirinya berada di atas hukum,” kata Silvia.
Tesla Melaju Terlalu Cepat?
Kendati inovasi ini bisa menjadi masa depan transportasi yang efisien dan minim emisi, proses peluncuran teknologi semestinya dijalankan secara bertahap, transparan, dan berbasis bukti ilmiah yang kuat. Dengan berbagai insiden yang melibatkan sistem autopilot Tesla, kepercayaan publik menjadi faktor penentu keberhasilan proyek robotaxi ini.
Seiring tekanan dari masyarakat dan regulasi yang lebih ketat menanti, langkah Tesla untuk mewujudkan jaringan robotaxi dalam waktu dekat tampaknya akan mengalami penundaan. Pertanyaan utamanya kini bukan hanya soal mampu atau tidak, tetapi siap atau belum siapkah masyarakat dan infrastrukturnya untuk menyambut era kendaraan tanpa supir?