Rekening Bank Pemimpin Negara Bocor, Pelakunya Ternyata Orang Dalam
Tanggal: 24 Okt 2024 09:50 wib.
Pada tahun 2024, terjadi kebocoran data yang menggemparkan di salah satu bank terbesar di Italia, Intesa Sanpolo. Seorang karyawan cabang di kota Bitonto, dekat Bari wilayah Puglia, diduga secara ilegal mengakses data dari ribuan akun nasabah. Pelaku adalah seseorang yang seharusnya dapat dipercaya, sehingga kejadian ini menarik perhatian jaksa di Bari, Italia bagian selatan, yang terus menyelidiki kasus tersebut.
Menurut laporan media lokal ANSA, salah satu korban dari kebocoran data ini adalah Perdana Menteri Giorgia Meloni. Bukan hanya Meloni, tetapi juga pendahulunya, Mario Draghi, dikabarkan menjadi korban serupa. Dugaan akses ilegal terhadap data nasabah dilaporkan terjadi antara Februari 2022 hingga April 2024.
Terkait masalah keamanan siber, pihak Intesa Sanpolo menyatakan bahwa sistem keamanan bank tidak mengalami kebocoran. Namun demikian, kasus ini tetap menjadi sorotan karena melibatkan ribuan akun nasabah termasuk tokoh-tokoh penting di Italia.
Proses penyelidikan juga mengungkap bahwa beberapa karyawan memang memiliki akses ke data nasabah. Mereka diberikan otorisasi untuk melihat dan mengevaluasi reputasi kredit para nasabah. Sistem yang dibangun oleh Intesa sendiri sebenarnya telah dilengkapi dengan fitur untuk mendeteksi anomali, seperti ketika ada karyawan yang secara berlebihan mengakses data nasabah dalam kurun waktu tertentu.
Pelaku diketahui telah melakukan akses ilegal sebanyak 6.600 kali terhadap sekitar 3.500 akun nasabah selama 500 hari kerja. Namun, menurut pihak bank, tidak ada data yang di-download oleh pelaku selama melakukan akses ilegal tersebut. Intesa juga menyatakan bahwa ketika sistem memberikan peringatan terkait aktivitas karyawan, mereka akan segera menjalani proses audit.
Dalam menghadapi kasus ini, Intesa Sanpolo telah memberikan sanksi tegas terhadap pelaku dengan memecatnya atas "mengulangi pelanggaran aturan internal secara serius". Tindakan ini dilakukan setelah sang karyawan diskors dari pekerjaannya dan pihak bank telah mengoordinasikan dengan otoritas perlindungan data Italia terkait perkembangan kasus tersebut.
Pada 13 Oktober 2024, Intesa Sanpolo melakukan publik apology atas kejadian ini. Mereka juga telah membentuk divisi keamanan baru dengan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang. Langkah ini diambil sebagai upaya nyata untuk memperbaiki sistem keamanan dan menegaskan komitmen mereka dalam melindungi data pribadi para nasabah.
Kasus kebocoran data di Intesa Sanpolo menjadi peringatan bagi bank-bank lainnya untuk meningkatkan pengawasan terhadap akses data karyawan. Etika kerja dan kepatuhan terhadap aturan perlu menjadi perhatian utama guna mencegah insiden serupa terjadi di masa depan. Kejadian ini juga menegaskan betapa pentingnya perlindungan data pribadi nasabah, terutama dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan kebutuhan akan sistem perbankan yang aman dan terpercaya.