Konsumen Global Beralih dari Mobil Listrik ke Mobil Konvensional
Tanggal: 19 Jul 2024 15:16 wib.
besar masyarakat dunia yang telah mengenal dan menggunakan mobil listrik di negaranya rupanya memiliki keinginan untuk beralih kembali ke mobil konvensional. Hal ini merupakan hasil dari sebuah studi yang dilakukan oleh lembaga survei asal Amerika Serikat (AS), yaitu McKinsey & Co.
Berdasarkan laporan dari Teslarati, dari 30 ribu responden yang sering menggunakan mobil untuk mobilitas, sebanyak 29 persen di antaranya menyatakan keinginan untuk kembali menggunakan mobil dengan mesin bakar internal (ICE). Angka ini bahkan lebih tinggi di Amerika Serikat, mencapai 46 persen. McKinsey & Co. menjelaskan bahwa hasil survei yang cukup mengejutkan ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama berkaitan dengan infrastruktur pengisian daya yang belum memadai hingga saat ini.
Salah satu alasan utama yang disoroti adalah masalah infrastruktur pengisian daya yang masih kurang memadai dan biaya total kepemilikan kendaraan listrik yang cenderung tinggi. Disamping itu, pola mengemudi di jalan raya dan kebutuhan untuk melakukan perjalanan jarak jauh juga menjadi pertimbangan utama bagi para pengguna mobil. Namun, masalah infrastruktur pengisian daya mulai dapat diatasi dengan peningkatan jumlah stasiun pengisian daya listrik di berbagai lokasi secara luas.
Di Amerika Serikat contohnya, perusahaan Tesla telah membangun banyak stasiun pengisian daya listrik umum di seluruh negeri, di luar dari fasilitas serupa yang dibangun oleh perusahaan pihak ketiga. Meskipun begitu, para pendukung mobil listrik merasa skeptis terhadap hasil survei tersebut. Menurut mereka, tidak ada kendala yang signifikan dalam penggunaan mobil listrik sehari-hari seperti yang dibeberkan oleh McKinsey & Co.
Salah satu aspek penting terkait kendaraan listrik adalah anggapan bahwa pengguna mobil listrik cenderung tidak kembali ke mobil konvensional atau ICE setelah menggunakan mobil listrik. Bahkan, pemimpin Pusat Mobilitas Masa Depan McKinsey, Philipp Kampshoff, mengungkapkan kejutannya terhadap hasil survei tersebut. Ia menyatakan bahwa sebelumnya ia percaya bahwa setelah seseorang membeli mobil listrik, mereka tidak akan kembali ke mobil konvensional.
Di Amerika Serikat, jaringan pengisian daya ulang listrik umum sebenarnya tidak terlalu sedikit. Pada Mei 2024, negara tersebut telah memiliki sekitar 183 ribu titik stasiun pengisian daya listrik umum. Pemerintah AS bahkan telah mengalokasikan dana sebesar USD 5 miliar dalam bentuk hibah untuk meningkatkan jumlah stasiun pengisian daya listrik super cepat. Namun, implementasinya tidak selalu berjalan mulus karena dihadapkan pada banyak peraturan lokal.
Selain itu, survei McKinsey juga menunjukkan bahwa sebagian besar konsumen mobil masih memiliki minat pada kendaraan listrik, di mana 38 persen responden global yang saat ini tidak menggunakan kendaraan listrik menyatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) atau hibrida plug-in (PHEV) sebagai pengganti mobil konvensional.
Jika kita merinci lebih lanjut terkait konsumen di Amerika Serikat, ada beberapa faktor lain yang juga membuat konsumen ingin beralih kembali ke mobil konvensional selain dari masalah infrastruktur pengisian daya. Diantaranya adalah kurangnya fasilitas pengisian daya listrik umum (35%), biaya kepemilikan yang tinggi (34%), kesulitan perencanaan perjalanan jauh (32%), tidak memiliki kemampuan untuk mengisi daya ulang listrik di rumah (24%), kekhawatiran menjaga daya baterai mobil listrik (21%), dan ketidaknyamanan dalam penggunaan mobil listrik sebesar (13%).
McKinsey & Co. juga melakukan survei terhadap pemilik mobil konvensional atau ICE yang sedang mempertimbangkan untuk pindah ke mobil listrik atau BEV. Survei ini menunjukkan bahwa sebanyak 45 persen responden menyatakan bahwa mobil listrik masih terlalu mahal, 33 persen menyatakan masih enggan untuk diharuskan mengisi daya listrik ke mobilnya, dan 29 persen meragukan daya tempuh mobil listrik jika harus diisi ulang.
Adanya perubahan dalam pertimbangan konsumen ini ternyata tidak terlepas dari pengaruh kondisi ekonomi yang melambat. Sebanyak 44 persen responden menyatakan menunda rencana membeli mobil listrik atau bahkan 58 persen menyatakan belum bersedia menjual mobil yang mereka miliki saat ini.
Selain itu, 53 persen responden juga menyatakan keinginan untuk membeli mobil baru dengan skema tukar tambah agar bisa mendapatkan harga lebih rendah. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa sebagian konsumen masih menaruh minat tinggi terhadap mobil konvensional atau ICE.