Raja Ecommerce Tutup di RI, Begini Nasibnya Sekarang
Tanggal: 8 Mar 2025 13:59 wib.
Raksasa e-commerce asal China, Peningkatan ini tidak terlepas dari strategi agresif yang diambil oleh perusahaan, termasuk penerapan diskon besar-besaran serta subsidi dari pemerintah. Langkah ini jelas terbukti efektif mendorong minat pelanggan untuk berbelanja, memberikan lonjakan signifikan dalam aktivitas e-commerce yang kompetitif.
Saham JD.com yang terdaftar di pasar Amerika Serikat (AS) pun mengalami kenaikan lebih dari 5% pada awal perdagangan, setelah perusahaan ini mampu melebihi ekspektasi pasar dalam laporan pendapatan untuk kuartal keempat. Ini menggambarkan betapa kuatnya kinerja perusahaan meskipun berada di tengah persaingan yang sangat ketat dengan pemain lain seperti Alibaba.
Dalam persaingan tersebut, baik JD.com maupun Alibaba harus menyesuaikan harga jual untuk menarik perhatian pembeli, yang semakin dimudahkan oleh berbagai inisiatif promosi. Selain itu, dukungan dari pemerintah China melalui peningkatan stimulus fiskal bertujuan untuk menghidupkan kembali konsumsi domestik menjadi sangat membantu.
Insentif yang diberikan termasuk program trade-in pada barang-barang konsumen, yang berhasil menarik pelanggan untuk membeli berbagai kebutuhan rumah tangga. Data yang dipublikasikan oleh Reuters pada 7 Maret 2025 menunjukkan bahwa stimulus ini efektif dalam meningkatkan pembelian barang-barang rumah tangga.
JD.com, dikenal sebagai salah satu peritel terbesar untuk peralatan rumah tangga di China, percaya bahwa tahun ini akan menyaksikan tren konsumsi yang lebih sehat. Hal ini didorong oleh meningkatnya permintaan serta pengembangan pengalaman pelanggan yang bertambah baik, yang semakin didukung oleh penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI). Pengutipan dari pihak manajemen perusahaan pun menunjukkan optimisme yang menyeluruh terkait perjalanan bisnis mereka ke depan.
Perusahaan yang pernah meramaikan pasar Indonesia ini melaporkan total pendapatan mencapai 346,99 miliar yuan, setara dengan sekitar Rp 778 triliun untuk kuartal terakhir. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 13,4% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yang jelas menunjukkan bahwa perusahaan ini berada dalam jalur pertumbuhan yang kuat. Analis memperkirakan pendapatan akan mencapai sekitar 332,35 miliar yuan berdasarkan data yang dikumpulkan oleh LSEG, mencerminkan kehandalan prediksi pasar yang telah dilakukan.
Menariknya, analis dari M Science, Vinci Zhang, menggambarkan hasil yang diperoleh oleh JD.com sebagai performa yang kuat, meskipun ada catatan penting terkait ketergantungan perusahaan terhadap produk elektronik dan peralatan rumah tangga yang mendapat dukungan subsidi dari pemerintah China. Zhang mengungkapkan keraguan mengenai sejauh mana peningkatan pendapatan tersebut terjadi secara organik, menjadikan pertanyaan ini relevan dalam evaluasi kinerja finansial JD.com.
Selain dari bisnis inti mereka, JD.com juga mengembangkan sayap usaha ke bidang-bidang baru. Pada bulan Februari, perusahaan ini mengumumkan rencana untuk memasuki pasar layanan pengiriman makanan. Zhang menjelaskan bahwa sektor bisnis pesan-antar makanan merupakan pelengkap yang ideal bagi struktur bisnis yang ada saat ini. Dengan kekuatan dalam pengelolaan pergudangan dan logistik, memperkenalkan layanan pesan-antar makanan menjadi langkah strategis yang sejalan dan dapat diintegrasikan dengan mudah ke dalam operasional yang sudah ada.
Sebagai informasi tambahan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham biasa JD.com untuk kuartal Oktober hingga Desember berada di angka 9,9 miliar yuan, menggambarkan lonjakan signifikan dibandingkan dengan laba bersih sebesar 3,4 miliar yuan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Perlu dicatat bahwa JD.com pernah menjajaki pasar Indonesia pada November 2015 dengan peluncuran JD.ID. Dalam operasionalnya, JD.ID menawarkan beragam produk yang mencakup kebutuhan ibu dan anak, smartphone, perangkat elektronik, hingga barang-barang mewah. Namun, meskipun memiliki beragam penawaran, JD.ID terpaksa menutup layanan di Indonesia pada 31 Maret 2023. Keputusan penutupan tersebut meninggalkan banyak pertanyaan dan spekulasi di kalangan pelaku industri terhadap kondisi pasar e-commerce di Indonesia dan bagaimana persaingan dengan platform lainnya seperti Tokopedia dan Bukalapak.
Dengan tutupnya JD.ID, pergeseran ini menunjukkan perubahan signifikan dalam lanskap e-commerce Indonesia, dimana berbagai pemain lokal diperkirakan akan semakin mendominasi pasar. Kini, perhatian tertuju pada bagaimana JD.com akan melanjutkan pertumbuhan di pasar domestiknya, sambil menjaga relevansi di kancah global yang semakin kompetitif. Sementara itu, mereka tetap menghadapi tantangan serupa di pasar internasional, termasuk bagaimana mendorong pertumbuhan di sektor-sektor yang baru mereka masuki, seperti layanan pengiriman makanan.