Sumber foto: iStock

Proyek 'Reasoning AI' Menjadi Cara Baru Google untuk Bersaing dengan OpenAI

Tanggal: 3 Okt 2024 05:28 wib.
Google kini tengah mengembangkan sebuah perangkat lunak kecerdasan buatan (artificial intelligence) dengan kemampuan penalaran mirip manusia. Hal ini merupakan langkah strategis Google dalam bersaing dengan OpenAI, yang sebelumnya telah merampungkan sebuah model AI serupa yang dikenal sebagai "o1". Persaingan antara raksasa teknologi dan startup yang berkembang pesat semakin menjadi sorotan, karena keduanya tengah berlomba-lomba untuk menciptakan model AI yang lebih unggul.

Dalam beberapa bulan terakhir, tim-tim di Google yang merupakan bagian dari Alphabet Inc telah mencapai kemajuan signifikan dalam pengembangan perangkat lunak penalaran AI. Hal ini diketahui dari informasi yang diperoleh oleh pihak-pihak yang terkait dengan proyek ini. Program software model AI yang kini sedang dikembangkan lebih canggih dalam memecahkan masalah dalam bidang matematika dan pemrograman komputer. Para peneliti AI sedang memburu model penalaran yang dapat menjadi langkah maju signifikan dalam teknologi AI. 

Seperti OpenAI, Google mencoba mendekati penalaran manusia dengan menggunakan teknik yang dikenal sebagai chain-of-thought prompting, menurut dua orang sumber. Dalam teknik ini, yang dipelopori oleh Google, software memberikan respons setelah mempertimbangkan sejumlah perintah yang terkait dan kemudian merangkum respons yang paling sesuai. Meskipun demikian, Google menolak untuk memberikan komentar lebih lanjut mengenai upaya tersebut.

Raksasa teknologi seperti Google dan OpenAI terus berada dalam persaingan ketat untuk mendominasi bidang AI. Peluncuran ChatGPT oleh OpenAI, sebagai contoh, menimbulkan kekhawatiran dari beberapa investor bahwa produk tersebut dapat mengurangi kebutuhan akan pencarian Google. Sebagai tanggapan, Google telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mempertahankan posisinya, seperti menggabungkan laboratorium penelitiannya dengan Google DeepMind.

Namun, Google memperlambat rilis produk-produk AI baru sebagai pertimbangan etika dan kepercayaan publik terhadap brand perusahaan. Di sisi lain, OpenAI telah meluncurkan model AI yang diinternal disebut sebagai Strawberry, yang telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan para karyawan Google DeepMind. Meski demikian, Google berhasil membuat debutnya dengan beberapa karyanya sendiri yang cukup diapresiasi.

Menurut Oren Etzioni, seorang peneliti AI veteran yang mendirikan TrueMedia.org, kemampuan teknis Google dalam bidang AI selalu menjadi yang terbaik. Namun, Google terbilang lebih konservatif dalam merilis produk-produknya. Meskipun begitu, Google tetap menjadi pemain yang tangguh dalam lomba lari maraton ini.

Pada bulan Juli, Google memperlihatkan dua program AI unggulan, yaitu AlphaProof dan AlphaGeometry 2, yang masing-masing fokus pada penalaran matematika dan geometri. Keduanya berhasil menyelesaikan sebagian besar soal dalam Olimpiade Matematika Internasional, sebuah pencapaian luar biasa.

Google juga mengungkapkan tentang asisten AI bernama Astra, yang memiliki kemampuan menggunakan kamera ponsel untuk melihat dunia sekitarnya dan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Google memperkirakan bahwa fitur-fitur dari asisten AI ini kemungkinan akan hadir pada model AI andalan mereka, Gemini, menjelang akhir tahun ini.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved