Sumber foto: iStock

Proyek Kuiper Amazon Siap Tantang Dominasi Starlink Elon Musk, Siapa yang Akan Kuasai Internet Satelit Dunia?

Tanggal: 19 Jun 2025 09:59 wib.
Persaingan di langit makin memanas! Setelah selama bertahun-tahun mendominasi pasar internet berbasis satelit dengan layanan Starlink, kini Elon Musk harus bersiap menghadapi penantang serius: Amazon dengan proyek ambisiusnya yang dinamakan Project Kuiper. Perusahaan milik Jeff Bezos ini secara agresif mulai membangun jaringan satelitnya demi menyediakan konektivitas broadband global, dan langkah terbarunya menunjukkan bahwa ambisinya tak main-main.

Pada Senin, 16 Juni 2025, Amazon akan meluncurkan 27 satelit tambahan sebagai bagian dari gelombang kedua Project Kuiper. Peluncuran ini akan dilakukan dari Cape Canaveral, Florida, menggunakan roket Atlas V milik United Launch Alliance (ULA). Ini merupakan misi kedua Amazon setelah peluncuran perdana tujuh minggu sebelumnya yang juga mengirimkan jumlah satelit yang sama ke orbit rendah Bumi.

Menurut Rajeev Badyal, Wakil Presiden Project Kuiper, setiap peluncuran bukan hanya rutinitas teknis, melainkan langkah signifikan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas jaringan global mereka. Ia mengklaim bahwa satelit yang mereka kembangkan adalah salah satu yang tercanggih di dunia dalam hal komunikasi.


“Setiap peluncuran adalah peluang besar untuk meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan kami. Satelit-satelit ini adalah hasil dari teknologi komunikasi paling mutakhir yang pernah kami buat,” ujar Rajeev.


Starlink Masih di Puncak, Tapi...

Hingga saat ini, Starlink dari SpaceX memang masih berada jauh di depan. Dengan lebih dari 7.000 satelit aktif yang telah mengorbit dan menjangkau lebih dari 5 juta pelanggan di seluruh dunia, layanan ini telah membuktikan kekuatannya sejak pertama kali diluncurkan enam tahun silam. Starlink telah menjadi andalan bagi wilayah terpencil dan negara berkembang yang sebelumnya sulit dijangkau oleh infrastruktur internet konvensional.

Namun, keunggulan itu tidak berarti Amazon akan menyerah. Perusahaan raksasa yang dibangun oleh Jeff Bezos ini mulai menyusun langkah strategis untuk mengejar ketertinggalannya. Dalam fase awal Project Kuiper, Amazon menargetkan pembangunan konstelasi satelit sebanyak 3.200 unit, dengan setidaknya 80 misi peluncuran yang sudah masuk dalam rencana.

Jadwal Padat Amazon Menuju Langit

Sebagai bentuk keseriusannya, Amazon telah mengamankan berbagai jalur peluncuran dengan banyak mitra besar. Selain enam peluncuran menggunakan Atlas V, Amazon juga merencanakan 38 peluncuran dengan Vulcan Centaur, roket generasi baru dari ULA. Di luar itu, mereka juga menggandeng Arianespace untuk peluncuran di Eropa, Blue Origin milik Bezos sendiri, dan bahkan pesaing langsungnya, SpaceX Falcon 9, untuk meluncurkan sebagian satelit Kuiper ke orbit.

Jika semua misi berjalan sesuai rencana, layanan internet Kuiper akan mulai tersedia secara komersial pada akhir tahun 2025, dengan 1.000 satelit aktif sebagai tahap awal. Selanjutnya, jumlah tersebut akan ditingkatkan menjadi lebih dari 3.200 satelit untuk memastikan kestabilan dan kapasitas jaringan yang lebih luas dan mumpuni.

Orbit LEO: Medan Pertempuran Baru Raksasa Teknologi

Langkah Amazon ini memperjelas bahwa Low Earth Orbit (LEO) telah menjadi medan baru persaingan di dunia teknologi. Dengan kecepatan transmisi data yang lebih tinggi dan latensi yang lebih rendah dibandingkan satelit tradisional, teknologi LEO menjanjikan internet cepat di mana pun di dunia—termasuk di wilayah terpencil yang belum tersentuh jaringan fiber optic atau 5G.

Selama ini, Starlink telah memanfaatkan keuntungan sebagai pemain pertama (first mover) di sektor ini. Namun, kehadiran Amazon dengan dukungan finansial yang sangat kuat, serta jaringan peluncuran yang luas, bisa menjadi pengubah peta kekuatan di industri internet satelit global.

Sementara itu, Starlink juga tidak tinggal diam. Mereka terus memperbarui satelit generasi keduanya dengan kapasitas yang lebih besar dan kemampuan pemrosesan data yang lebih pintar. Beberapa satelit Starlink kini bahkan sudah dilengkapi dengan inter-satellite laser links, yang memungkinkan komunikasi langsung antar satelit tanpa harus melalui stasiun bumi.

Siapa yang Akan Menang?

Pertanyaannya kini bukan hanya siapa yang lebih cepat mengorbitkan ribuan satelit, tetapi juga siapa yang dapat menawarkan layanan paling stabil, cepat, dan terjangkau bagi masyarakat global. Konsumen, terutama di negara berkembang, akan menilai dari sisi harga, kecepatan, ketersediaan, serta pelayanan pelanggan.

Tak kalah penting, persaingan ini juga membawa dampak geopolitik. Negara-negara akan mulai mempertimbangkan infrastruktur internet mana yang lebih aman, netral, dan tidak bergantung pada satu kekuatan ekonomi global tertentu.

Selain itu, isu pengelolaan orbit rendah Bumi juga menjadi sorotan. Semakin banyak satelit yang diluncurkan, semakin tinggi risiko tabrakan dan polusi antariksa. Oleh karena itu, regulasi internasional dan kolaborasi lintas negara akan sangat menentukan keberlanjutan proyek-proyek raksasa ini.


Kesimpulan: Persaingan Teknologi di Langit, Peluang untuk Dunia

Kehadiran Amazon lewat Project Kuiper membawa warna baru dalam lanskap industri internet satelit. Di satu sisi, konsumen akan mendapat lebih banyak pilihan dan peningkatan kualitas layanan. Di sisi lain, hal ini menjadi panggung besar bagi persaingan dua miliarder teknologi paling berpengaruh di dunia: Elon Musk dan Jeff Bezos.

Dengan peluncuran demi peluncuran yang makin agresif, dunia akan segera menyaksikan revolusi konektivitas global yang bukan hanya akan mengubah cara kita mengakses informasi, tetapi juga akan membentuk masa depan komunikasi, pendidikan, perdagangan, bahkan pertahanan.

Kita tinggal menunggu, siapa yang akan menjadi raja di langit—dan lebih penting lagi, siapa yang akan memberi akses digital yang paling inklusif dan berkelanjutan untuk semua umat manusia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved