Produsen Mobil dan Asosiasi Teknologi Desak Pemerintah AS Percepat Regulasi Mobil Otonom!
Tanggal: 19 Mar 2025 20:37 wib.
Pemerintahan Donald Trump kini berada dalam tekanan dari sejumlah produsen mobil terkemuka dan asosiasi teknologi untuk segera mempercepat pengaturan terkait kendaraan tanpa pengemudi atau yang lebih dikenal sebagai autonomous vehicle (AV). Dalam beberapa waktu terakhir, Aliansi Inovasi Otomotif Amerika Serikat mengirimkan surat resmi kepada Menteri Transportasi, Sean Duffy, untuk mendorong kebijakan yang mendukung adopsi dan pengembangan teknologi ini di Amerika Serikat.
Dalam surat yang ditujukan kepada Duffy, mereka mengajukan permohonan kepada pemerintah AS agar segera merumuskan dan menerapkan kerangka kerja nasional yang berbasis pada kinerja. Selain itu, mereka memberikan penekanan bahwa seluruh regulasi yang berkaitan dengan perangkat keras, perangkat lunak, serta operasi mobil otonom perlu diatur sepenuhnya oleh Administrasi Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional atau National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA). Pendekatan ini diharapkan dapat menghilangkan ketidakpastian yang ada dan memberikan kepastian hukum bagi industri.
Selain Aliansi Inovasi Otomotif, asosiasi lainnya seperti Asosiasi Teknologi Konsumen dan Asosiasi Industri Kendaraan Otonom mitra-mitra lain, turut menandatangani surat yang sama. Mereka sangat menyadari bahwa jika pemerintah federal tidak cepat dalam mengadaptasi kebijakan yang mendukung perkembangan kendaraan otonom, hal tersebut berpotensi akan mengendalikan sektor industri yang sangat strategis ini kepada negara lain, khususnya China.
Dalam suratnya, mereka menyatakan dengan tegas, "Jika pemerintah federal gagal bertindak untuk memajukan kebijakan AV yang masuk akal, kita akan menyerahkan keunggulan di sektor yang sangat penting secara ekonomi ini kepada China." Pernyataan tersebut diambil dari laporan yang dipublikasikan oleh Reuters pada Rabu, 19 Maret 2025, menggambarkan kekhawatiran yang mendalam terhadap dominasi Tiongkok dalam teknologi kendaraan otonom.
Saat ini, tingkat pengembangan kendaraan otonom semakin meningkat di China, di mana banyak perusahaan teknologi besar sedang giat mengembangkan armada kendaraan tanpa pengemudi. Negara tirai bambu ini bahkan menduduki posisi strategis dalam inovasi dan adopsi teknologi AV, yang berpotensi meninggalkan AS di belakang. Oleh sebab itu, langkah proaktif dari pemerintah AS sangat dibutuhkan untuk menjaga daya saing di arena global.
Salah satu isu yang menjadi perhatian adalah adanya perbedaan dalam regulasi antar negara bagian di AS. Berbagai lembaga dan rezim peraturan di masing-masing negara bagian menciptakan peraturan yang tidak konsisten, yang tentunya dapat mengakibatkan potensi kesenjangan keamanan. Keadaan ini juga dapat mengikis kepercayaan publik terhadap keselamatan kendaraan otonom. Misalnya, jika salah satu negara bagian menerapkan regulasi yang lebih ketat sementara yang lain tidak, hal ini berpotensi menimbulkan kebingungan bagi konsumen serta menghambat kemajuan industri secara keseluruhan.
Kelompok-kelompok yang mendukung kendaraan otonom ini juga meminta agar pemerintah tidak memaksa adanya pengemudi manusia di dalam kendaraan komersial tanpa pengemudi. Mereka menegaskan pentingnya untuk mengklarifikasi bahwa penumpang yang akan menggunakan kendaraan otonom tidak perlu memiliki surat izin mengemudi. Langkah ini diambil untuk memudahkan akses masyarakat terhadap teknologi baru dan mendorong adopsi lebih luas.
Namun, industri kendaraan otonom di AS saat ini tengah menghadapi tantangan yang signifikan terkait masalah keselamatan. Kasus terbaru yang mencuri perhatian masyarakat adalah insiden pada Oktober 2023, di mana seorang pejalan kaki mengalami luka parah akibat ditabrak oleh kendaraan otonom milik General Motors. Peristiwa ini menambah rasa skeptis di kalangan publik dan mengharuskan perusahaan untuk lebih ketat dalam menerapkan standar keselamatan.
Bukan hanya General Motors, beberapa perusahaan lain yang aktif dalam pengembangan kendaraan otonom juga telah mengalami insiden yang sama. Kasus-kasus tersebut menimbulkan pertanyaan besar mengenai sejauh mana teknologi ini benar-benar aman untuk digunakan di jalan raya, terutama untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas, yang menjadi salah satu tujuan utama dari pengembangan kendaraan tanpa pengemudi.
Dengan demikian, krisis yang melanda industri ini tidak hanya sekadar menjadi tantangan bagi produsen mobil, tetapi juga menyiratkan perlunya kerjasama antara pihak pemerintah, industri otomotif, serta organisasi keselamatan publik. Saat ini, industri kendaraan otonom harus berjuang untuk membangun kepercayaan masyarakat, sambil tetap berusaha mengejar ketertinggalan di tengah ancaman yang semakin dekat dari negara lain, terutama China.
Ke depan, bagaimana strategi pemerintah dan pelaku industri untuk mendorong perkembangan teknologi ini, sambil memastikan keselamatan dan keamanan publik, akan sangat berpengaruh dalam menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kemajuan dalam bidang transportasi. Hal ini jelas menjadi tantangan bagi pemerintahan Trump untuk bertindak cepat dan tepat dalam mengatasi setiap keraguan dan tantangan yang ada di industri kendaraan otonom ini.