Sumber foto: iStock

Populasi Bumi Bisa Tersisa 100 Juta Jiwa pada 2300: Benarkah Kecerdasan Buatan Jadi Biangnya?

Tanggal: 8 Jun 2025 14:38 wib.
Ketika kita membicarakan tentang kemajuan teknologi, khususnya kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), kebanyakan dari kita akan langsung berpikir soal efisiensi kerja atau transformasi digital. Namun, tahukah kamu bahwa para ilmuwan memperkirakan teknologi ini bisa menjadi penyebab menurunnya populasi Bumi secara drastis di masa depan?

Salah satu tokoh akademik yang cukup vokal mengenai hal ini adalah Subhash Kak, penulis buku The Age of Artificial Intelligence dan profesor di Oklahoma State University. Dalam wawancaranya yang dikutip dari New York Post pada Kamis (5/6/2025), ia menyampaikan prediksi yang mencengangkan: pada tahun 2300, jumlah penduduk Bumi bisa menyusut hingga hanya tersisa 100 juta orang.

AI Akan Menggantikan Peran Manusia, Tapi Tidak Akan Pernah Punya Kesadaran

Menurut Kak, teknologi AI tidak akan memiliki kesadaran seperti manusia. Namun, mereka bisa mengambil alih hampir seluruh tugas yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dari pekerjaan kantor, layanan pelanggan, transportasi, hingga tugas-tugas domestik, sebagian besar dapat dilakukan oleh robot atau komputer.

“Robot tidak memiliki kesadaran, tetapi bisa menggantikan hampir semua aktivitas manusia karena kebanyakan dari aktivitas kita bersifat mekanis dan bisa diotomatisasi,” ungkap Kak.

Inilah yang memicu kekhawatiran para pakar. Ketika semakin banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin cerdas, manusia akan semakin sulit bersaing di dunia kerja. Hal ini bukan lagi prediksi fiksi ilmiah, tetapi sudah menjadi realita di berbagai sektor industri.

Ketakutan Menjadi Orang Tua di Era AI

Salah satu dampak paling tidak terduga dari dominasi AI adalah menurunnya keinginan masyarakat untuk memiliki anak. Kak menjelaskan, banyak orang mulai ragu untuk membangun keluarga karena mereka khawatir akan masa depan anak-anak mereka.

Bayangkan, siapa yang ingin membesarkan anak jika prospek kerja di masa depan semakin suram akibat persaingan dengan robot? Ditambah lagi, biaya hidup yang semakin tinggi juga menjadi pertimbangan besar.

“Kebanyakan orang kini mempertimbangkan faktor ekonomi dan ketidakpastian masa depan sebelum memutuskan untuk punya anak,” tambahnya.

Populasi Menurun, Kota Besar Terancam Jadi Kota Hantu

Jika tren penurunan angka kelahiran terus berlanjut, maka populasi global akan mengalami penurunan drastis dalam jangka panjang. Kak memperkirakan bahwa pada tahun 2300, hanya akan ada sekitar 100 juta orang yang tersisa di Bumi.

Akibatnya, kota-kota besar seperti New York, London, atau Tokyo bisa berubah menjadi kota mati. Tanpa generasi penerus yang cukup, pusat-pusat peradaban ini akan kehilangan vitalitasnya dan menjadi bayangan dari kejayaan masa lalu.

Bukan sekadar teori semata, Kak mengaku memiliki data yang mendukung klaimnya. “Ini bukan hanya opini pribadi. Saya punya data untuk mendukung semua ini,” ujarnya dengan yakin.

Tren Penurunan Populasi Sudah Terlihat di Berbagai Negara

Peringatan Kak bukan tanpa dasar. Saat ini, beberapa negara besar seperti Jepang, Korea Selatan, China, hingga banyak wilayah di Eropa sudah mencatat penurunan jumlah penduduk. Tingkat kelahiran terus menurun, sementara harapan hidup meningkat, menciptakan ketidakseimbangan demografi yang mengkhawatirkan.

“Kita sudah melihat tren ini. Dan walaupun tidak ada yang bisa memastikan bahwa tren ini akan berlangsung selamanya, sangat sulit untuk membalikkan arah,” kata Kak. Ia juga menekankan bahwa keputusan untuk punya anak kini sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial dan ekonomi.

Elon Musk dan Mimpi Hidup di Planet Lain

Menariknya, Elon Musk termasuk tokoh dunia yang sejalan dengan kekhawatiran ini. CEO Tesla dan SpaceX ini telah berulang kali menyuarakan keprihatinan tentang menurunnya angka kelahiran global. Ia bahkan menggunakan alasan ini sebagai dorongan untuk menjelajahi planet lain dan membangun koloni manusia di luar Bumi, terutama di Mars.

“Kalau terjadi bencana besar di Bumi, umat manusia harus punya rencana cadangan. Itulah kenapa kita butuh koloni di luar angkasa,” ungkap Musk, yang kini semakin serius mengembangkan teknologi luar angkasa demi keberlangsungan peradaban manusia.

Kak juga merujuk pada gagasan Musk ini sebagai salah satu solusi alternatif. Jika memang populasi di Bumi tidak bisa diselamatkan karena tekanan teknologi dan sosial, maka membangun kehidupan di planet lain bisa menjadi opsi yang layak untuk kelangsungan spesies manusia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved