Sumber foto: iStock

Pesawat Boeing Kembali ke Bumi, Astronaut NASA Ditinggal di Luar Angkasa

Tanggal: 9 Sep 2024 05:48 wib.
Pesawat luar angkasa Starliner milik Boeing berhasil meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada hari Jumat (6/9/2024), menyelesaikan misi uji coba yang dipenuhi dengan berbagai masalah teknis. Kapsul ini melakukan perjalanan tanpa awak kembali ke Bumi setelah sebelumnya membawa astronaut NASA, Butch Wilmore dan Suni Williams, dalam uji coba yang semula direncanakan hanya 8 hari namun diperpanjang menjadi 8 bulan.

Pada saat yang bersamaan, Wilmore dan Williams tetap berada di ISS bersama tujuh astronaut lainnya. Keduanya memiliki rencana untuk kembali ke Bumi menggunakan SpaceX pada Februari 2025 setelah NASA mengumumkan perpanjangan misi mereka minggu lalu.

Selama misi ini, Starliner mengalami beberapa kendala signifikan, termasuk kegagalan lima dari 28 pendorong manuvernya. Masalah tersebut muncul ketika Wilmore dan Williams mendekati ISS pada bulan Juni, yang menyebabkan penundaan uji coba serta memperpanjang misi mereka di luar rencana awal.

Disamping itu, sistem propulsi Starliner mengalami kebocoran helium, gas yang digunakan untuk memberi tekanan pada pendorong. Meski kapsul berhasil berlabuh di ISS pada 6 Juni, masalah ini mendorong penyelidikan selama berbulan-bulan oleh Boeing dengan bantuan NASA, yang dilaporkan telah merugikan perusahaan sebesar US$125 juta.

Menurut analisis Reuters, total biaya tambahan pada program Starliner sejak 2016 kini mencapai lebih dari US$1,6 miliar.

Setelah mengunggah perangkat lunak baru yang memungkinkan kapsul untuk kembali ke Bumi tanpa awak, perjalanan pulang ini menjadi ujian penting bagi kemampuan Starliner. Starliner akan segera memulai proses penurunan orbitnya dan memasuki atmosfer Bumi. Pendaratan dengan bantuan parasut dijadwalkan terjadi pada pukul 12:03 dini hari waktu setempat di White Sands Space Harbor, New Mexico.

Namun, bagian Starliner yang memuat pendorong, yang disebut "modul layanan," akan terlepas dari kapsul sebelum memasuki atmosfer dan terbakar di udara. Dengan demikian, Boeing akan mengandalkan uji simulasi untuk menentukan penyebab kegagalan pendorong di luar angkasa, karena perangkat keras yang sebenarnya akan hancur selama masuk kembali ke Bumi.

Masalah yang dialami Starliner menambah daftar tantangan yang dihadapi Boeing dalam mempertahankan posisinya di sektor antariksa. Sebelumnya, pada uji coba tahun 2019, Starliner gagal mencapai ISS. Pada tahun 2022, kapsul ini berhasil melakukan misi ulangan, meskipun beberapa pendorongnya juga mengalami masalah.

Tantangan ini datang di tengah persaingan ketat dengan SpaceX, perusahaan milik Elon Musk yang telah berhasil menawarkan peluncuran satelit dan astronot dengan biaya lebih rendah. SpaceX juga telah mengubah cara NASA bekerja dengan perusahaan swasta, yang memberikan tekanan tambahan pada Boeing untuk memperbaiki masalah teknis dan mempertahankan relevansinya di industri antariksa.

Boeing berharap dapat memulihkan Starliner setelah pendaratan dan melanjutkan investigasi untuk menemukan penyebab kegagalan pendorong di luar angkasa.

Dengan Boeing masih berada dalam tahap memperbaiki masalah teknis pada Starliner, persaingan antara perusahaan antariksa semakin ketat. Perusahaan antariksa seperti SpaceX, Virgin Galactic, dan Blue Origin semakin menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam teknologi antariksa mereka. SpaceX, misalnya, berhasil mengirimkan misi berawak ke ISS dan sukses melakukan pendaratan kembali di Bumi.

Sementara SpaceX telah menjadi pemimpin dalam kemajuan teknologi antariksa, perusahaan seperti Blue Origin dan Virgin Galactic juga berusaha untuk bersaing di sektor ini. Blue Origin, perusahaan milik pendiri Amazon, Jeff Bezos, telah melakukan uji coba pendaratan kembali dari pesawat ruang angkasa New Shepard. Sementara Virgin Galactic, yang dipimpin oleh Richard Branson, telah berhasil melakukan penerbangan suborbital dengan pesawat ruang angkasa SpaceShipTwo.

Kehadiran perusahaan-perusahaan baru dalam industri antariksa menunjukkan bahwa persaingan di sektor ini semakin memanas. Dengan banyaknya pesawat luar angkasa baru yang dikembangkan, inovasi dan keamanan menjadi fokus utama dalam misi antariksa. Hal ini juga memperkuat kebutuhan untuk perbaikan yang berkelanjutan dalam teknologi antariksa, demi menjamin keselamatan astronot dan kemajuan eksplorasi luar angkasa.

Kemajuan teknologi antariksa juga memberikan dampak positif yang dapat dirasakan di Bumi, terutama dalam percepatan teknologi dan inovasi lainnya. Pengembangan teknologi antariksa telah mendorong penemuan dan pengembangan berbagai teknologi baru yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti pengembangan material yang lebih ringan namun lebih kuat, sistem navigasi yang lebih akurat, teknologi energi yang lebih efisien, dan berbagai teknologi kesehatan yang berdampak positif pada kehidupan manusia.

Selain itu, eksplorasi antariksa telah membuka banyak peluang baru dalam penelitian ilmiah. Banyak penemuan penting dalam ilmu fisika, astronomi, biologi, dan teknologi berasal dari hasil penelitian dan eksperimen yang dilakukan di luar angkasa. Dengan semakin berkembangnya teknologi antariksa, peluang penelitian dan eksplorasi di luar angkasa juga semakin meningkat, memberikan kontribusi besar dalam pemahaman manusia tentangalam semesta.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved