Sumber foto: Fortune

Pertarungan Dua Raksasa Teknologi: Elon Musk vs Bill Gates Soal Bantuan Luar Negeri, Siapa yang Benar?

Tanggal: 1 Jun 2025 10:07 wib.
Ketegangan antara dua tokoh besar dunia teknologi kembali mencuat ke permukaan. Elon Musk dan Bill Gates, dua miliarder yang kerap menjadi pusat perhatian publik, kini kembali berseteru. Perseteruan kali ini dipicu oleh isu sensitif mengenai pemangkasan bantuan luar negeri oleh pemerintah Amerika Serikat, yang memicu perdebatan tajam antara keduanya.

Isu tersebut bermula dari kritik tajam Bill Gates terhadap kebijakan pemotongan anggaran bantuan luar negeri yang dilakukan oleh Departemen Government Efficiency (DOGE), sebuah lembaga pemerintah yang saat ini berada di bawah kendali Elon Musk. Gates menilai pemangkasan anggaran itu berdampak buruk, terutama terhadap anak-anak di negara-negara berkembang yang sangat bergantung pada bantuan Amerika Serikat.

Dalam sebuah wawancara, Gates secara blak-blakan menyebut bahwa keputusan Musk telah menghentikan pengiriman obat-obatan dan vaksin ke wilayah-wilayah krisis seperti Afrika. Menurutnya, kebijakan tersebut dapat membahayakan nyawa anak-anak miskin yang sangat bergantung pada distribusi medis dari lembaga seperti USAID (US Agency for International Development). Gates menggambarkan kebijakan ini sebagai sesuatu yang memilukan.

Namun, Elon Musk tidak tinggal diam. Dalam forum ekonomi yang digelar di Qatar dan dilansir oleh New York Post pada Rabu (28/5/2025), Musk memberikan tanggapan keras terhadap tudingan tersebut. Ia mempertanyakan kredibilitas Gates dalam berbicara soal kesejahteraan anak-anak dan bahkan menantangnya untuk menunjukkan bukti konkret atas tuduhannya.

“Siapa Bill Gates berbicara soal anak-anak? Tunjukkan bukti, itu tidak benar,” ujar Musk tegas dalam forum Bloomberg Qatar Economic Forum.

Saling sindir antara dua tokoh ini pun semakin memanas. Gates mengklaim bahwa pemangkasan dana bantuan dilakukan berdasarkan teori konspirasi yang beredar di lingkaran dekat Musk. Salah satu teori yang dimaksud menyebut bahwa dana bantuan luar negeri digunakan untuk mengirimkan kondom ke kelompok Hamas di Gaza—sebuah klaim yang belum dapat dibuktikan dan cenderung kontroversial.

DOGE sendiri pada Februari 2025 lalu telah menyatakan bahwa sudah saatnya menghentikan USAID, dengan alasan efisiensi anggaran. Sejumlah program yang terdampak antara lain adalah bantuan kesehatan HIV, imunisasi anak-anak, serta pendidikan dasar di negara-negara miskin. Pemangkasan ini bukan hanya bersifat administratif, tapi benar-benar memotong jalur distribusi bantuan yang selama ini diandalkan oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Musk tampak merayakan keputusan tersebut dengan penuh semangat. Ia bahkan tampil di acara Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC) bersama Presiden Argentina, Javier Milei. Dalam kesempatan tersebut, mereka mengangkat gergaji mesin di atas panggung sebagai simbol pemangkasan anggaran yang dianggap berlebihan—sebuah aksi teatrikal yang mendapat sorotan luas dari media internasional.

Sementara itu, pihak Gedung Putih memberikan dukungan atas langkah Musk. Mereka menyebut pemangkasan anggaran bantuan luar negeri sebagai bentuk kepedulian terhadap efisiensi anggaran nasional dan upaya mengurangi pengeluaran negara yang dianggap tidak tepat sasaran. Namun bagi Gates, keputusan tersebut adalah bentuk pengabaian terhadap tanggung jawab global Amerika terhadap masyarakat paling rentan.

Perlu diketahui bahwa ini bukan kali pertama Gates dan Musk terlibat dalam konflik terbuka. Sejak tahun 2020, keduanya telah beberapa kali berseteru di depan publik mengenai berbagai isu penting, mulai dari teknologi kendaraan listrik, penanganan pandemi COVID-19, hingga persoalan investasi pribadi.

Pada tahun 2022, Musk pernah secara terbuka mengejek Gates karena diketahui melakukan short-selling saham Tesla—tindakan yang dianggap oleh Musk sebagai bentuk ketidakpercayaan terhadap perusahaan yang dipimpinnya. Di sisi lain, Gates pernah menyindir bahwa Musk terlalu banyak campur tangan dalam isu kesehatan masyarakat, padahal latar belakangnya bukan di bidang tersebut. Musk pun sempat melabeli Gates sebagai “knucklehead” alias orang bodoh yang tidak paham soal mobil listrik.

Konflik ini menggambarkan perbedaan pandangan yang sangat kontras antara dua tokoh berpengaruh. Di satu sisi, Musk dikenal sebagai inovator yang fokus pada efisiensi dan percepatan teknologi, namun kerap dituduh mengabaikan isu kemanusiaan. Di sisi lain, Gates yang kini banyak terlibat dalam kegiatan filantropi, menempatkan bantuan kemanusiaan sebagai prioritas, namun sering mendapat kritik karena pendekatannya yang dianggap terlalu konvensional.

Publik pun kini terbelah. Sebagian mendukung langkah Musk yang berusaha menertibkan pengeluaran negara, sementara yang lain menganggap Gates lebih peduli pada nilai-nilai kemanusiaan. Apakah kebijakan yang ditegakkan atas nama efisiensi bisa dibenarkan jika mengorbankan nyawa anak-anak miskin? Atau justru, apakah selama ini bantuan luar negeri benar-benar tepat sasaran dan efektif?

Pertarungan narasi antara Elon Musk dan Bill Gates kali ini bukan sekadar adu argumen pribadi. Ini adalah cerminan dari konflik ideologis yang lebih besar: antara efisiensi dan empati, antara inovasi bisnis dan tanggung jawab sosial. Dan selama keduanya terus berseberangan, dunia akan terus memperhatikan—dengan harapan, bukan hanya debat yang diperpanjang, tetapi solusi yang benar-benar menyelamatkan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved