Sumber foto: Jogja Yogyakarta istimewa

Persaingan Ketat! 7 Ojek Online yang Pernah Berjaya Kini Tinggal Kenangan

Tanggal: 16 Mar 2025 14:11 wib.
Tampang.com | Sekitar satu dekade lalu, pasar transportasi berbasis aplikasi di Indonesia dipenuhi oleh berbagai pemain, baik lokal maupun internasional. Melihat potensi pasar yang sangat besar, banyak perusahaan berlomba untuk memperkenalkan layanan ojek online (ojol) di Tanah Air. Namun, seiring dengan ketatnya persaingan, tak sedikit dari mereka yang akhirnya harus menyerah dan gulung tikar. 

Salah satu nama besar yang memutuskan untuk angkat kaki dari Indonesia adalah Uber, perusahaan ojek online yang terkenal di seluruh dunia. Uber pertama kali memasuki pasar Indonesia pada tahun 2014, memberikan angin segar bagi layanan transportation di wilayah ini. Namun, perjalanan mereka tidak bertahan lama. Pada bulan April 2018, Uber resmi tutup di Indonesia setelah menjual seluruh operasinya kepada Grab. Keputusan ini membuat banyak mitra pengemudi Uber berpindah ke platform Grab dan Gojek yang lebih mapan dan sudah memiliki pangsa pasar yang lebih besar.

Daftar Perusahaan Ojol yang Telah Tutup

Berikut ini adalah rangkuman dari beberapa aplikasi ojek online yang tidak lagi terdengar namanya setelah berjuang di tengah persaingan ketat:

1. Call Jack  

   Calljack adalah aplikasi ride hailing yang berasal dari Yogyakarta. Menawarkan layanan serupa seperti Gojek dan Grab dengan dua pilihan, Calljack dan O'Jack, namun sayangnya aplikasi ini tak pernah bisa mengukir popularitas yang dapat bertahan lama. Nama Calljack lenyap seiring dengan perkembangan zaman, dan kini hanya menjadi kisah nostalgia bagi penggunanya.

2. Ojekkoe  

   Dikenal karena tarif yang sangat terjangkau, Ojekkoe pernah memiliki sekitar 500 mitra pengemudi. Aplikasi ini diluncurkan oleh Katon Muchtar sebagai bagian dari tugas akhir studinya. Meskipun menawarkan biaya yang rendah, yaitu Rp 2.500 per hari untuk setiap penumpang, Ojekkoe tidak mampu mempertahankan keberlangsungan layanan dan akhirnya harus berhenti beroperasi.

3. Topjek  

   Saat diluncurkan, TopJek membanggakan tarif yang kompetitif serta fitur chat room yang masih jarang ditemui di layanan lain. Dengan seleksi ketat, mereka membatasi jumlah pengemudi hingga 10.000. Sayangnya, meskipun terlihat menjanjikan, Topjek tidak dapat bertahan dalam kompetisi yang semakin ketat dan akhirnya memilih untuk tutup.

4. Uber  

   Seperti yang telah disebutkan, Uber harus meninggalkan pasar Indonesia pada tahun 2018 setelah menjual semua bisnisnya kepada Grab. Hal ini mengakibatkan banyak pengemudi Uber beralih ke Grab dan Gojek, menjadikan kompetisi semakin sengit di antara para penyedia layanan transportasi online.

5. LadyJek  

   Spesial untuk kaum hawa, LadyJek menjadi fenomena ketika diluncurkan dengan pengemudi wanita. Dengan hampir 3.300 pengemudi, LadyJek sempat terlihat sukses. Namun, kurangnya modal dan dukungan finansial membuat mereka tidak dapat bertahan dalam jangka panjang.

6. Blujek  

   Dikenal sebagai rival utama dari Gojek dan Grab, Blujek hadir dengan armada berwarna biru. Namun, meskipun memiliki visi yang jelas untuk bersaing dengan dua raksasa tersebut, Blujek akhirnya juga harus menutup layanannya karena sulitnya bertahan dalam persaingan yang sengit.

7. OjekArgo  

   Terakhir, ada OjekArgo yang sudah tidak aktif sejak tahun 2017. Berbeda dari aplikasi lainnya, OjekArgo menawarkan cara yang unik bagi penggunanya, yaitu dengan mengunduh aplikasi tanpa perlu membuat akun terlebih dahulu. Meskipun inovatif, OjekArgo tidak mampu menarik perhatian pasar yang lebih luas.

Berbagai faktor menjadi penyebab utama kebangkrutan dan tutupnya aplikasi-aplikasi ini, mulai dari kurangnya modal, strategi pemasaran yang kurang efektif, hingga persaingan yang sangat ketat. Para pemain besar seperti Gojek dan Grab terus berinovasi dan memperluas layanannya, sehingga membuat posisi pemain kecil dayanya semakin terjepit. 

Kondisi ini menunjukkan betapa dinamisnya industri transportasi online di Indonesia yang padat dan kompetitif, yang menuntut setiap penyedia layanan untuk selalu beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan. Keberhasilan dalam mempertahankan eksistensi dalam pasar ini bukan hanya tergantung pada layanan yang diberikan, tetapi juga bagaimana mereka memanfaatkan teknologi, pemasaran, dan hubungan dengan pengguna serta mitra pengemudi mereka. 

Selama dekade terakhir, banyak perubahan terjadi di sektor ini, dengan munculnya banyak aplikasi baru dan hilangnya yang lain. Semua ini menandakan bahwa pasar ojek online di Indonesia masih sangat berpotensi untuk berkembang, dengan tantangan dan peluang yang terus muncul.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved