Sumber foto: Google

Percaya Ramalan ChatGPT, Wanita Ini Gugat Cerai Suaminya

Tanggal: 18 Mei 2025 12:05 wib.
Tampang.com | Seorang wanita asal Yunani membuat keputusan mengejutkan setelah mempercayai ramalan dari chatbot AI, ChatGPT. Bukan berdasarkan intuisi atau investigasi pribadi, ia justru mengajukan gugatan cerai kepada suaminya setelah menerima "hasil ramalan" dari AI yang diklaim menunjukkan tanda-tanda perselingkuhan.

Ramalan tersebut tidak muncul dari peramal tradisional, melainkan dari jawaban ChatGPT terhadap sebuah foto cangkir berisi sisa ampas kopi. Sang wanita dan suaminya mengirimkan gambar tersebut sebagai bagian dari eksperimen tasseografi—seni membaca masa depan dari pola yang terbentuk oleh ampas kopi atau daun teh.

Meski awalnya dilakukan untuk bersenang-senang, situasi berubah drastis saat sang istri menanggapi hasil "pembacaan" ChatGPT dengan sangat serius. Ia percaya bahwa AI tersebut telah mengungkap kebenaran tersembunyi dalam rumah tangganya.


AI Ungkap Fantasi dan Inisial Selingkuhan

Menurut laporan media lokal Greek City Times, dalam narasinya ChatGPT menyebutkan bahwa suaminya memiliki fantasi menjalin hubungan dengan wanita lain. Tak berhenti di situ, chatbot tersebut bahkan menyebutkan inisial perempuan yang dikaitkan dalam dugaan perselingkuhan—huruf “E”.

Respon AI ini sontak memperkuat keyakinan sang istri, yang menganggap bahwa isi ramalan sepenuhnya menggambarkan kondisi nyata rumah tangganya. Tanpa melakukan konfirmasi, ia langsung mengambil langkah tegas: meminta sang suami angkat kaki dari rumah dan memberi tahu anak-anak mereka tentang keputusan perceraiannya.

Tiga hari kemudian, sang suami menerima surat resmi gugatan cerai dari pengadilan. Ia mengaku kaget dan menyebut semua ini bermula dari "keisengan kecil" yang tidak disangka akan berujung pada perpisahan.


Ramalan AI Tak Bisa Jadi Bukti Hukum

Kisah unik ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah "ramalan AI" bisa digunakan sebagai dasar hukum? Menurut laporan Tech Radar, jawabannya jelas tidak. Hingga saat ini, belum ada regulasi yang mengakui hasil dari chatbot AI sebagai bukti sah di pengadilan.

Tasseografi sendiri adalah praktik kuno yang berasal dari budaya seperti Turki dan Cina. Namun, ChatGPT sebenarnya tidak dilatih untuk melakukan pembacaan ampas kopi. AI hanya menganalisis pola visual dari gambar lalu mengaitkannya dengan informasi dari berbagai sumber, menyusunnya dalam bentuk narasi meyakinkan.


ChatGPT Bisa “Halu” dengan Narasi Meyakinkan

Faktanya, ChatGPT memang dikenal mampu menyampaikan informasi yang tampak logis namun bisa jadi tidak benar—fenomena ini dikenal sebagai "hallucination" dalam konteks AI. OpenAI, pengembang ChatGPT, pun mengakui bahwa model seperti o3 dan o4-mini bisa menghasilkan informasi palsu atau spekulatif yang terdengar seolah-olah faktual.

Kasus ini menjadi contoh menarik—dan agak mengkhawatirkan—tentang bagaimana kecanggihan AI bisa mempengaruhi keputusan besar dalam hidup seseorang. Percaya pada teknologi adalah satu hal, tetapi sepenuhnya menggantungkan hidup pada "ramalan digital" jelas perlu dipikirkan ulang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved