Sumber foto: iStock

Perang Teknologi AS vs. China Memanas: Huawei dan Bos Teknologi China Siap Hadapi Tantangan

Tanggal: 22 Feb 2025 14:02 wib.
Tampang.com | Perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlangsung sengit. AS melancarkan aksi pembatasan ekspor chip dan alat pembuat chip canggih, serta menaikkan tarif barang impor dari China. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari strategi AS untuk menekan dominasi teknologi China, terutama dalam industri semikonduktor yang menjadi komponen kunci dalam berbagai perangkat elektronik modern.

Presiden China, Xi Jinping, merespons situasi ini dengan menggelar pertemuan dengan para bos industri teknologi terbesar di negaranya. Dalam pertemuan tersebut, kekhawatiran utama yang disorot adalah potensi kekurangan chip buatan dalam negeri akibat kebijakan ketat dari AS.

Namun, kepanikan ini segera diredam oleh pendiri Huawei, Ren Zhengfei. Ia menegaskan bahwa kecemasan terkait kurangnya teknologi inti seperti chip di China sudah bisa diatasi dengan inovasi dan strategi jangka panjang.

Huawei sebagai Andalan China dalam Teknologi Chip

"Saya yakin China yang lebih baik akan tiba," ujar Ren Zhengfei, seperti dilaporkan oleh People's Daily dan dikutip oleh Reuters pada Jumat (21/2/2025). Huawei menjadi salah satu perusahaan yang berada di garis depan dalam upaya China mengembangkan teknologi chip dalam negeri. Setelah mengalami tekanan berat akibat sanksi AS, Huawei berupaya memperkuat rantai pasokannya sendiri agar tidak bergantung pada teknologi asing.

Sejak AS menerapkan larangan ekspor chip canggih dan perangkat pendukungnya ke China, Huawei mulai berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan (R&D). Perusahaan ini juga telah menggandeng berbagai institusi akademik serta perusahaan lokal untuk menciptakan teknologi chip yang lebih mandiri. Huawei bahkan dikabarkan telah berhasil merancang chip canggih yang mampu bersaing dengan produk dari perusahaan semikonduktor besar seperti Qualcomm dan Intel.

Dukungan dari Industri Teknologi China

Selain pendiri Huawei, pertemuan yang digelar Xi Jinping juga dihadiri oleh bos-bos industri teknologi lainnya. Beberapa tokoh yang hadir antara lain Wang Chuangu dari BYD, Lei Jun dari Xiaomi, Jack Ma dari Alibaba, dan Liang Wenfeng dari DeepSeek. Mereka berbagi pandangan mengenai perkembangan industri masing-masing serta strategi untuk mengurangi ketergantungan China pada teknologi luar negeri.

Wang Chuangu dari BYD, misalnya, menyoroti bagaimana industri mobil listrik di China berkembang dari nol hingga kini mampu mencatat prestasi gemilang di kancah global. BYD sendiri telah menjadi salah satu produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dan berhasil mengekspor produknya ke berbagai negara.

Lei Jun dari Xiaomi juga memberikan pandangan serupa. Ia mengatakan bahwa meskipun situasi internasional terus berubah dan penuh tantangan, China tetap memiliki peluang besar untuk berkembang. "Selama Xi Jinping memimpin China, tak ada yang tak bisa diatasi," ujarnya.

Peningkatan Investasi dalam R&D dan Produksi Chip Lokal

Sebagai langkah konkret untuk mengatasi dampak pembatasan dari AS, pemerintah China telah meningkatkan investasi dalam industri semikonduktor. Dana miliaran dolar telah digelontorkan untuk mendukung pengembangan teknologi chip lokal. Salah satu langkah signifikan yang diambil adalah pendirian sejumlah pabrik semikonduktor canggih yang diharapkan mampu memproduksi chip dengan teknologi mutakhir dalam beberapa tahun ke depan.

Selain itu, China juga mendorong kolaborasi antara perusahaan teknologi dengan universitas dan lembaga riset untuk mempercepat inovasi. Dengan pendekatan ini, China berharap dapat mengembangkan teknologi chip yang tidak hanya mandiri, tetapi juga mampu bersaing di pasar global.

Tantangan yang Dihadapi China dalam Perang Teknologi

Meskipun China menunjukkan kemajuan dalam pengembangan teknologi chip, tantangan besar tetap ada. Salah satu hambatan utama adalah ketergantungan China pada mesin pembuat chip yang masih didominasi oleh perusahaan-perusahaan dari AS, Jepang, dan Belanda. Untuk memproduksi chip berkualitas tinggi, China masih membutuhkan peralatan dari perusahaan seperti ASML, yang saat ini membatasi ekspor teknologi mereka ke China.

Selain itu, perang teknologi ini juga memengaruhi rantai pasokan global. Banyak perusahaan teknologi besar, baik dari AS maupun China, mengalami gangguan dalam distribusi dan produksi mereka akibat ketegangan geopolitik ini. Beberapa perusahaan bahkan mulai memindahkan fasilitas produksinya ke negara lain guna menghindari dampak langsung dari kebijakan pembatasan yang diberlakukan oleh kedua negara.

Masa Depan Industri Teknologi China

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, industri teknologi China tampaknya tidak akan menyerah begitu saja. Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan strategi jangka panjang yang telah disusun, China diprediksi akan terus memperkuat posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri teknologi global.

Huawei, BYD, Xiaomi, Alibaba, dan perusahaan teknologi lainnya di China telah menunjukkan bahwa mereka mampu bertahan dan berinovasi meskipun mendapat tekanan dari AS. Dalam beberapa tahun ke depan, perkembangan industri semikonduktor di China akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah perang teknologi antara kedua negara ini.

Perang teknologi antara AS dan China kemungkinan besar akan terus berlanjut, namun yang jelas, China tidak akan tinggal diam. Dengan semakin kuatnya ekosistem teknologi dalam negeri, bukan tidak mungkin China akan mampu menciptakan terobosan baru yang dapat mengubah peta persaingan global di masa depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved