Sumber foto: iStock

Perang Teknologi AI AS vs China: Raksasa AI Bergabung Memperkuat Posisi Amerika di Perlombaan Global

Tanggal: 10 Mei 2025 16:43 wib.
Tampang.com | Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang pesat, terutama di China, telah menimbulkan kekhawatiran yang mendalam bagi Amerika Serikat (AS). Menyikapi ancaman ini, beberapa petinggi perusahaan teknologi terkemuka di dunia seperti OpenAI, AMD, CoreWeave, dan Microsoft telah bersatu untuk menyuarakan strategi mereka guna mengalahkan China dalam perlombaan AI yang semakin ketat. Dalam sebuah sidang yang digelar di Senat AS, mereka menyampaikan kepada para anggota Senat mengenai pentingnya memperkuat infrastruktur AI di AS agar tetap unggul di hadapan Beijing.

Perlombaan AI: AS vs China

Sejak beberapa tahun terakhir, China terus mempercepat pengembangan teknologi AI, yang kini mulai mengancam dominasi AS di sektor ini. Perusahaan-perusahaan teknologi besar di China seperti Huawei telah menunjukkan kemampuan mereka dalam menciptakan chip AI canggih yang kompetitif, bahkan dapat menggantikan posisi Nvidia sebagai pemimpin pasar global dalam industri ini. Hal ini menjadi perhatian utama di Washington karena AI diyakini memiliki dampak besar terhadap kemajuan ekonomi dan keamanan nasional.

Dalam sidang dengar pendapat yang digelar pada 8 Mei 2025, beberapa petinggi perusahaan AI terkemuka AS, termasuk CEO OpenAI Sam Altman, CEO AMD Lisa Su, CEO CoreWeave Michael Intrator, dan Presiden Microsoft Brad Smith, memberikan kesaksian mengenai tantangan yang dihadapi AS dalam menjaga keunggulan teknologinya di tengah agresivitas China. Mereka menegaskan bahwa Washington perlu segera memperkuat infrastruktur dan kebijakan yang dapat membantu AS memimpin perlombaan teknologi AI ini.

Menanggapi Ancaman dari DeepSeek dan Huawei

Sebagai latar belakang, dunia teknologi baru-baru ini diguncang oleh kemunculan DeepSeek, platform AI asal China yang diprediksi dapat mengubah lanskap persaingan global. Selain itu, Huawei, yang selama ini telah menjadi target pembatasan oleh AS, juga meningkatkan produksinya dalam chip AI canggih untuk pasar domestik China. Langkah ini menambah kekhawatiran di kalangan para penggiat teknologi di AS, mengingat Huawei sudah lama dihadapkan pada pembatasan dari pemerintah AS, terutama terkait kemungkinan perangkatnya digunakan untuk kegiatan mata-mata.

Brad Smith, Presiden Microsoft, dalam sidang tersebut menyatakan bahwa faktor kunci dalam memenangkan perlombaan AI adalah siapa yang berhasil mendapatkan adopsi global untuk teknologinya. "Faktor nomor satu yang akan menentukan apakah AS atau China memenangkan perlombaan ini adalah teknologi siapa yang paling banyak diadopsi di seluruh dunia," tegasnya. Menurutnya, adopsi global menjadi sangat penting karena siapa pun yang menguasai teknologi AI akan memiliki keuntungan besar dalam ekonomi dan sektor keamanan dunia.

Rencana Perusahaan AI AS untuk Mengalahkan China

Para petinggi ini menyampaikan kekhawatiran mereka mengenai dominasi China dalam hal adopsi teknologi AI. Sam Altman dari OpenAI mengatakan bahwa untuk mengalahkan China, AS perlu fokus pada peningkatan investasi infrastruktur kritis seperti pusat data yang lebih besar dan lebih banyak. Infrastruktur ini akan memungkinkan pengembangan dan akselerasi teknologi AI yang lebih cepat, yang sangat dibutuhkan agar AS tetap berada di puncak persaingan.

Selain itu, mereka juga menyoroti pentingnya pelatihan talenta dan pendidikan dalam mendukung adopsi AI. Agar dapat menciptakan ekosistem yang kuat untuk AI, AS perlu memastikan bahwa ada cukup tenaga kerja terampil yang siap untuk memajukan teknologi ini. Selain pelatihan talenta, dukungan terhadap penelitian dan pengembangan AI juga menjadi bagian penting yang perlu didorong oleh pemerintah dan sektor swasta.

Smith lebih lanjut menambahkan bahwa pelajaran yang dapat diambil dari persaingan 5G dengan Huawei adalah siapa pun yang lebih dulu menguasai teknologi tersebut akan memiliki posisi yang sulit digantikan. Ia juga mengingatkan bahwa banyak orang yang khawatir tentang potensi penyalahgunaan data pribadi jika teknologi AI China, seperti DeepSeek, menyebar secara global.

Mengubah Kebijakan Ekspor Chip AI

Salah satu fokus penting yang dibahas dalam sidang tersebut adalah soal kebijakan ekspor chip AI. Perusahaan-perusahaan teknologi AS yang hadir dalam sidang tersebut meminta kepada pemerintah AS untuk melonggarkan pembatasan ekspor chip AI. Mereka berpendapat bahwa promosi penggunaan AI di seluruh dunia merupakan hal yang sangat penting untuk kepentingan nasional AS. Salah satu alasan di balik permintaan ini adalah agar AS bisa mempertahankan dominasi teknologinya dan mencegah China mengambil alih teknologi yang dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih besar.

Pemerintah AS sendiri telah mengambil langkah-langkah pembatasan ekspor chip AI ke China dalam beberapa tahun terakhir, dengan alasan untuk menjaga keunggulan teknologi dan menghindari potensi penyalahgunaan teknologi AI oleh pihak-pihak yang tidak diinginkan. Namun, dengan semakin pesatnya kemajuan AI di China, banyak pengamat yang berpendapat bahwa pembatasan ini justru bisa menghambat inovasi di AS dan membuka peluang bagi negara lain untuk memanfaatkan teknologi yang lebih maju.

Tantangan dan Harapan untuk Masa Depan

Melihat situasi ini, para petinggi AI AS berharap agar regulasi yang lebih pro-aktivitas dan mendukung inovasi dapat segera diterapkan. Mereka berpendapat bahwa teknologi AI bukan hanya alat untuk meningkatkan kemajuan ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari kekuatan nasional. Dengan meningkatkan investasi di sektor AI, pelatihan talenta, dan dukungan terhadap penelitian serta pengembangan, AS diharapkan dapat memimpin dunia dalam hal inovasi AI dan mengatasi ancaman dari China yang semakin kuat.

Namun, meskipun ada harapan besar terhadap potensi AI, masih banyak tantangan yang perlu dihadapi, termasuk masalah etika, privasi, dan potensi penyalahgunaan teknologi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan perusahaan-perusahaan teknologi untuk bekerja sama dalam menciptakan kebijakan yang tidak hanya mendorong kemajuan teknologi, tetapi juga menjaga agar teknologi ini digunakan untuk kebaikan bersama.

Kesimpulan

Persaingan global dalam teknologi AI antara AS dan China semakin memanas. Dalam sidang yang digelar di Senat AS, para petinggi teknologi terkemuka AS bersatu untuk menyuarakan pentingnya memperkuat posisi AS dalam perlombaan ini. Untuk itu, mereka mengusulkan investasi besar-besaran dalam infrastruktur, pendidikan, dan dukungan terhadap penelitian serta pengembangan AI. Persaingan ini bukan hanya soal siapa yang dapat menciptakan teknologi terbaik, tetapi juga siapa yang dapat memperoleh adopsi global terlebih dahulu. Mampukah AS mempertahankan posisinya sebagai pemimpin dalam teknologi AI? Hanya waktu yang akan memberi jawabannya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved