Sumber foto: iStock

Perang Sunyi WhatsApp vs Telegram: Siapa yang Akan Menguasai Dunia Pesan Instan?

Tanggal: 5 Mei 2025 20:40 wib.
Dalam dunia aplikasi pesan instan yang semakin kompetitif, WhatsApp tampaknya masih memegang kendali sebagai raja tak terbantahkan. Terbaru, platform besutan Meta Platforms Inc. ini mencatatkan 3 miliar pengguna aktif bulanan, meninggalkan jauh pesaing utamanya, Telegram, yang baru mencapai angka 1 miliar pengguna.

Namun, di balik angka tersebut, terdapat perang strategi, visi teknologi, dan perbedaan pendekatan yang semakin memperjelas arah masa depan layanan pesan global.

WhatsApp Dominan di Dunia, Telegram Tumbuh Agresif

WhatsApp tidak hanya menjadi aplikasi pesan paling banyak digunakan di dunia, tetapi juga memperkuat posisinya melalui pengembangan lini bisnisnya seperti WhatsApp Business, yang berhasil menyumbang besar terhadap pendapatan Meta.

Dari total pemasukan US$510 juta yang dihasilkan oleh keluarga aplikasi Meta, sebagian besar ternyata berasal dari WhatsApp Business. Ini menunjukkan bahwa WhatsApp tak hanya mendominasi secara jumlah pengguna, tetapi juga mulai menancapkan kuku dalam model bisnis berkelanjutan yang menguntungkan.

Sementara itu, Telegram, meskipun tertinggal jauh secara jumlah pengguna, mulai menunjukkan laju pertumbuhan yang signifikan. Dalam kurun waktu kurang dari satu tahun, Telegram berhasil menambah sekitar 50 juta pengguna, dari 950 juta menjadi 1 miliar pada Maret 2025.

Telegram juga mencatatkan keuntungan fantastis sebesar US$547 juta sepanjang tahun lalu, menurut sang CEO Pavel Durov. Perusahaan asal Uni Emirat Arab ini juga bangga menyatakan bahwa mereka tetap independen secara finansial dan politik, tidak tunduk pada tekanan pemerintah maupun kepentingan korporasi besar.

Meta AI: Senjata Baru WhatsApp

Salah satu keunggulan terbaru WhatsApp adalah integrasi teknologi kecerdasan buatan bernama Meta AI. Meta telah meluncurkan fitur ini secara luas di WhatsApp, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi langsung dengan AI, baik secara pribadi maupun dalam grup.

Dalam wawancara yang dikutip dari Tech Crunch (2 Mei 2025), pihak Meta mengungkapkan bahwa penggunaan Meta AI paling tinggi terjadi di WhatsApp, menjadikannya sebagai saluran distribusi utama untuk teknologi ini.


“Kami melihat keterlibatan pengguna sangat tinggi dengan Meta AI, dan WhatsApp menjadi platform yang paling aktif dalam hal ini,” ujar perwakilan Meta.


Tak hanya itu, CEO Meta Mark Zuckerberg turut menegaskan ambisinya untuk menguasai pasar AI, terutama di Amerika Serikat. Menurutnya, kehadiran Meta AI dalam bentuk aplikasi mandiri akan menjadi langkah krusial untuk membangun kepemimpinan AI pribadi di negara asalnya.

Telegram: Inovatif dan Bebas Intervensi

Sementara WhatsApp semakin mengintegrasikan AI, Telegram menonjolkan keunggulannya dalam hal independensi, privasi, dan inovasi fitur. CEO Pavel Durov bahkan menyebut bahwa WhatsApp selama ini hanya berusaha mengejar ketertinggalan dari Telegram dengan “meniru fitur” dan membakar uang untuk mempertahankan posisi pasar.


“WhatsApp hanyalah layanan murah yang berusaha menyalin Telegram. Mereka gagal menghentikan kami,” kata Durov tegas.


Salah satu bukti kesuksesan Telegram adalah layanan berbayar Telegram Premium, yang kini telah memiliki 10 juta pelanggan berlangganan secara global. India menjadi pasar terbesar Telegram, dengan 45% pengguna berasal dari negara tersebut, sedangkan Amerika Serikat hanya menyumbang 9% pengguna.

Strategi ini menunjukkan bahwa Telegram tidak hanya mengejar pertumbuhan pengguna, tetapi juga membangun model bisnis yang berkelanjutan dan mandiri—tanpa harus menggantungkan diri pada pendanaan eksternal atau tekanan politik.

Perbedaan Filosofi dan Masa Depan Layanan Pesan

Pertarungan antara WhatsApp dan Telegram bukan hanya tentang jumlah pengguna atau pendapatan semata. Ini adalah perang filosofi: satu pihak mengedepankan dominasi sistem tertutup dengan integrasi dalam ekosistem Meta (WhatsApp), sementara pihak lain menekankan pada kebebasan, transparansi, dan privasi pengguna (Telegram).

WhatsApp unggul dalam penetrasi global dan infrastruktur bisnis yang kuat. Sementara Telegram mengandalkan daya tarik sebagai platform netral yang melindungi privasi dan independen dari pengaruh politik.

Dengan adopsi AI yang semakin agresif, WhatsApp mungkin akan menjelma menjadi “asisten pribadi digital” di masa depan, bukan hanya aplikasi pesan biasa. Namun, Telegram tampaknya akan terus mempertahankan posisinya sebagai platform alternatif bagi mereka yang mencari kebebasan berekspresi dan fitur-fitur eksperimental.

Kedua platform memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Keputusan pengguna akan sangat dipengaruhi oleh preferensi pribadi terhadap privasi, teknologi, dan kenyamanan.

Yang pasti, di era digital seperti sekarang, kompetisi layanan pesan akan semakin menentukan arah komunikasi global ke depan. Siapakah yang akan keluar sebagai pemimpin sejati?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved