Sumber foto: YouTube

Perang Satelit Luar Angkasa: Amazon Tantang Starlink dengan Ribuan Satelit Cepat!

Tanggal: 8 Apr 2025 20:02 wib.
Persaingan antar dua raksasa teknologi dunia, Jeff Bezos dan Elon Musk, kini memasuki babak baru di luar angkasa. Setelah cukup lama menjadi wacana, Amazon akhirnya resmi memulai fase peluncuran awal satelit internet untuk proyek ambisius mereka, Project Kuiper. Peluncuran tahap pertama ini dijadwalkan akan dilakukan pekan depan dengan total 27 satelit yang akan meluncur ke orbit rendah Bumi (LEO).

Proyek ini menjadi batu loncatan besar bagi Amazon dalam menciptakan konstelasi internet luar angkasa yang mampu menyaingi layanan Starlink milik SpaceX. Totalnya, Amazon menargetkan 80 misi peluncuran untuk menyebarkan lebih dari 3.200 satelit dalam beberapa tahun ke depan. Satelit-satelit ini nantinya akan membentuk sistem internet global yang dapat menjangkau seluruh dunia—baik daerah terpencil, pelosok, hingga perkotaan yang padat.

Rajeev Badyal, Wakil Presiden Project Kuiper, menyatakan bahwa peluncuran pertama ini baru permulaan dari perjalanan panjang yang akan dijalani oleh Amazon. “Kami siap untuk terus belajar dan beradaptasi di setiap peluncuran, karena ini bukan proyek jangka pendek—ini proyek masa depan,” katanya kepada The Verge, Jumat (4/4/2025).

Mengenal Satelit KA-01 dan Roket Atlas V

Gelombang pertama peluncuran satelit yang diberi nama KA-01, singkatan dari Kuiper Atlas 1, akan dilakukan dengan menggunakan roket Atlas V dari United Launch Alliance (ULA). Peluncuran ini dijadwalkan berlangsung pada Rabu, 9 April, tepat pukul 12 siang waktu setempat.

Peluncuran ini menjadi bagian penting dari strategi Amazon untuk mempercepat adopsi internet berbasis satelit. Seiring meningkatnya kebutuhan konektivitas global, terutama di wilayah-wilayah tanpa infrastruktur jaringan darat yang memadai, layanan seperti ini diyakini bisa menjadi solusi nyata untuk jangka panjang.

Teknologi Terminal Canggih ala Amazon

Untuk dapat menikmati layanan internet satelit dari Kuiper, pengguna akan memerlukan perangkat khusus berupa antena terminal. Amazon telah mendesain beberapa jenis terminal dengan fitur unggulan dan kecepatan tinggi.

Antena terkecil yang dirancang Amazon berbentuk persegi dengan ukuran tujuh inci dan berat hanya satu pon (sekitar 0,45 kg). Meski mungil, perangkat ini mampu menyediakan kecepatan internet hingga 100 Mbps. Inovasi ini dimaksudkan untuk menjadi alternatif terjangkau dari Starlink Mini milik SpaceX.

Selain itu, Amazon juga tengah mengembangkan terminal berukuran lebih besar untuk kebutuhan rumah tangga dan perusahaan yang dapat mencapai kecepatan hingga 1 Gbps. Dengan harga target di bawah US$400 (sekitar Rp6,3 juta), Amazon berharap perangkat ini bisa bersaing di pasar secara lebih kompetitif. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bahwa harga tersebut nantinya akan disubsidi demi menarik lebih banyak pelanggan.

Performa Satelit Kuiper vs Starlink

Menurut Amazon, sistem generasi pertama Kuiper akan terdiri dari 3.236 satelit orbit rendah yang semuanya akan terbang dengan kecepatan luar biasa: 17.000 mil per jam (setara dengan 27.359 km/jam) di ketinggian 392 mil (sekitar 630 km) di atas permukaan Bumi. Setiap satelit akan mengorbit planet ini hanya dalam waktu 90 menit.

Jika berhasil, konstelasi ini akan menjadi kekuatan besar di ranah komunikasi global berbasis ruang angkasa. Namun, mereka masih memiliki jalan panjang untuk bisa menyaingi dominasi Starlink milik SpaceX yang saat ini telah memiliki lebih dari 7.000 satelit aktif di orbit, dengan peluncuran pertamanya dimulai sejak 2019.

Persaingan yang Menentukan Masa Depan Konektivitas Global

Ambisi Jeff Bezos melalui Amazon untuk menembus pasar internet satelit global bukanlah tanpa tantangan. Starlink yang lebih dulu terjun ke industri ini telah mengumpulkan banyak pelanggan di berbagai belahan dunia, dari komunitas terpencil hingga organisasi militer. Namun dengan strategi peluncuran bertahap, harga perangkat yang kompetitif, serta dukungan teknologi dari Amazon Web Services (AWS), Project Kuiper punya peluang besar untuk menjadi penantang serius.

Jika persaingan ini terus berkembang, maka dunia kemungkinan besar akan menyaksikan revolusi konektivitas di masa depan. Teknologi internet satelit akan menjadi lebih cepat, lebih terjangkau, dan lebih luas jangkauannya. Bukan tidak mungkin, dalam beberapa tahun ke depan, akses internet berkualitas tinggi bisa menjadi hak semua orang—tanpa bergantung pada kabel atau infrastruktur darat.

Namun, selain manfaat besar, muncul pula kekhawatiran akan polusi luar angkasa akibat banyaknya satelit yang diluncurkan. Pengawasan internasional dan regulasi ketat akan menjadi faktor penting untuk memastikan bahwa ekspansi ini tetap aman dan bertanggung jawab.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved