Perang Digital Memanas: Peretas Pro-Israel Rampok Kripto Rp1,4 Triliun dari Platform Nobitex Iran
Tanggal: 23 Jun 2025 11:43 wib.
Konflik antara Israel dan Iran kini tidak hanya berlangsung di medan tempur fisik, tetapi juga merambah dunia maya. Dalam eskalasi terbaru dari perang siber antara dua negara tersebut, sekelompok peretas yang diyakini pro-Israel berhasil melumpuhkan salah satu platform kripto terbesar milik Iran, Nobitex, dan mencuri aset digital senilai lebih dari US$90 juta atau setara Rp1,4 triliun.
Nobitex Jadi Target Perang Siber
Peretasan ini telah dikonfirmasi langsung oleh pihak Nobitex. Melalui pernyataan resminya, perusahaan menyatakan bahwa serangan siber tersebut berhasil menyusup ke infrastruktur internal dan hot wallet, tempat di mana sebagian besar aset kripto milik nasabah disimpan untuk transaksi harian.
Sebagai langkah awal pengamanan dan penyelidikan lebih lanjut, akses ke situs web dan aplikasi Nobitex saat ini telah ditutup sementara. Platform ini sendiri diketahui memiliki lebih dari 10 juta pengguna, menjadikannya sebagai salah satu bursa kripto terbesar di Iran.
Dana Hilang Tanpa Jejak
Firma analitik blockchain Elliptic mengonfirmasi bahwa aset digital yang dicuri langsung dikirim ke dompet yang tidak dapat diakses kembali, sebuah teknik yang sering digunakan untuk menghapus jejak transaksi dan menghindari pelacakan. Ini berarti bahwa dana senilai ratusan juta dolar tersebut kemungkinan besar telah hilang secara permanen dari sistem.
Situasi ini menimbulkan keprihatinan mendalam di kalangan pengguna Nobitex, karena menunjukkan rentannya sistem keamanan digital bahkan pada platform kripto yang sudah mapan sekalipun.
Kelompok Predatory Sparrow Mengaku Bertanggung Jawab
Kelompok peretas bernama Predatory Sparrow mengklaim telah melakukan serangan terhadap Nobitex. Melalui unggahan mereka di platform X (sebelumnya Twitter), kelompok ini menuduh Nobitex sebagai fasilitator pendanaan terorisme dan melanggar sanksi internasional untuk mendukung pemerintah Iran.
Predatory Sparrow sendiri bukan nama baru dalam dunia peretasan. Mereka dikenal aktif sejak tahun 2021 dan secara terbuka berpihak pada kepentingan Israel dalam perang siber global, terutama terhadap musuh-musuh strategis seperti Iran.
Rentetan Serangan Siber Terkoordinasi
Yang membuat situasi ini semakin mengkhawatirkan adalah fakta bahwa serangan terhadap Nobitex bukanlah aksi tunggal. Sehari sebelumnya, kelompok peretas yang sama juga melakukan peretasan terhadap Bank Sepah, salah satu lembaga keuangan milik pemerintah Iran.
Serangan itu mengakibatkan gangguan besar terhadap layanan perbankan publik, terutama sistem ATM yang sempat lumpuh di sejumlah wilayah Iran. Kedua serangan ini menandai peningkatan intensitas perang siber yang terkoordinasi, yang diduga merupakan bagian dari strategi Israel untuk melumpuhkan infrastruktur digital Iran.
Perang Siber Jadi Senjata Strategis
Menurut laporan dari media pemerintah Iran, IRIB, serangan-serangan tersebut dilihat sebagai bagian dari kampanye perang siber besar-besaran yang dilancarkan oleh Israel. Tujuannya tidak lain adalah menghancurkan sistem layanan publik, melemahkan ekonomi domestik Iran, dan menciptakan kekacauan internal yang menguntungkan posisi militer dan diplomatik Israel.
Perang siber kini menjadi komponen utama dalam konflik modern, di mana kerusakan dapat terjadi tanpa suara ledakan atau serangan fisik, namun berdampak besar pada stabilitas negara. Serangan ke platform kripto seperti Nobitex memperlihatkan bahwa uang digital pun kini menjadi target strategis dalam peperangan digital abad ke-21.
Apa Dampaknya bagi Pengguna dan Ekosistem Kripto?
Kejadian ini menyisakan pertanyaan besar tentang keamanan platform kripto, terutama di wilayah yang rawan konflik geopolitik. Nobitex, yang selama ini menjadi tulang punggung perdagangan aset digital di Iran, kini harus berhadapan dengan krisis kepercayaan dari penggunanya.
Tidak hanya kerugian finansial yang signifikan, pengguna Nobitex juga menghadapi ketidakpastian atas dana mereka, apalagi jika dana tersebut disimpan di hot wallet yang rentan diserang.
Di sisi lain, para pelaku pasar global juga mulai mempertimbangkan implikasi geopolitik terhadap keamanan aset digital, yang selama ini dianggap sebagai alternatif bebas risiko dari sistem keuangan tradisional.
Sinyal Bahaya untuk Negara Lain
Serangan ini juga menjadi peringatan serius bagi negara-negara lain yang masih mengandalkan sistem digital tanpa pertahanan siber yang kuat. Ketika platform keuangan digital menjadi medan pertempuran baru, perlindungan terhadap data, infrastruktur TI, dan aset digital harus menjadi prioritas nasional.
Dalam konteks Iran, serangan terhadap Nobitex bisa menjadi pukulan berat bagi upaya negara tersebut untuk membangun ekosistem kripto nasional sebagai solusi atas sanksi ekonomi internasional. Kini, dengan kehilangan miliaran rupiah dalam satu malam, harapan tersebut bisa buyar seketika.
Serangan siber terhadap Nobitex adalah bukti nyata bahwa perang modern tidak lagi hanya tentang rudal dan senjata berat, melainkan juga menyasar sistem digital yang menopang kehidupan sehari-hari masyarakat. Ketika platform kripto terbesar Iran bisa dibobol begitu saja, dunia pun harus membuka mata terhadap eskalasi bahaya di ranah siber.
Dengan meningkatnya konflik digital yang melibatkan negara-negara besar, keamanan siber harus menjadi agenda utama bagi pemerintahan, pelaku industri, hingga masyarakat umum, terutama dalam menjaga privasi, dana, dan keberlanjutan layanan digital yang semakin tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita.