Sumber foto: Google

Penipuan APK Masih Marak, Mengapa Masyarakat Mudah Tertipu? Begini Cara Menghindarinya

Tanggal: 10 Mei 2025 11:48 wib.
Tampang.com | Dalam beberapa bulan terakhir, penipuan digital melalui file APK kembali meresahkan masyarakat Indonesia. Modus yang digunakan semakin canggih, menyasar korban lewat pesan WhatsApp, SMS, hingga aplikasi pengiriman fiktif. Meski peringatan demi peringatan telah sering disampaikan, jumlah korban terus bertambah. Mengapa masyarakat masih begitu mudah tertipu?

Modus Lama, Korban Baru

Para pelaku kejahatan siber mengirimkan file APK yang menyamar sebagai aplikasi penting—seperti undangan pernikahan, bukti transfer, atau jasa ekspedisi. Begitu diinstal, file tersebut diam-diam mencuri data penting dari ponsel korban: mulai dari password, PIN, hingga akses ke mobile banking.

“Yang bikin berbahaya adalah, korban sering kali tak sadar saat aplikasi palsu ini sudah mulai bekerja di latar belakang,” jelas Aldo Pratama, analis keamanan siber dari Digital Trust Indonesia.

Kurangnya Literasi Digital Jadi Pemicu

Banyak pengguna ponsel di Indonesia masih belum memahami bahwa menginstal file APK dari luar Play Store sangat berisiko. Di luar kota besar, edukasi soal keamanan digital masih minim.

“Orang sering percaya saja saat menerima file dari nomor tak dikenal. Kadang justru karena rasa penasaran, bukan karena ketidaktahuan teknis,” tambah Aldo.

Menurut survei Kominfo tahun 2024, hanya 38% pengguna internet di Indonesia yang memahami cara memeriksa keamanan file sebelum menginstalnya.

Pemerintah Sudah Bertindak, Tapi Belum Cukup

Pemerintah melalui Kominfo dan BSSN telah melakukan berbagai upaya: kampanye anti-penipuan, pemblokiran situs/aplikasi ilegal, dan pelaporan cepat ke platform seperti Google. Namun penegakan hukum dan edukasi digital masih belum merata.

“Kalau hanya mengandalkan kampanye online, efeknya tidak akan maksimal. Perlu pendekatan komunitas, edukasi berbasis RT/RW, bahkan lewat sekolah,” kata Maya Rachmawati, penggiat literasi digital dari Jaringan Warga Netral.

Kerugian Tidak Hanya Uang, Tapi Kepercayaan

Selain kerugian materi, korban penipuan APK mengalami trauma digital. Banyak yang kehilangan akses ke rekening bank, bahkan identitas mereka disalahgunakan untuk pinjaman online.

“Setelah saya klik APK itu, dua jam kemudian tabungan saya habis Rp12 juta. Saya merasa sangat bodoh dan takut,” ungkap Sari (27), korban penipuan APK dari Surabaya.

Solusi: Sistem Perlindungan Harus Lebih Agresif

Pengamat menilai bahwa sistem keamanan perangkat lunak dan perbankan perlu ditingkatkan. Beberapa negara sudah mewajibkan notifikasi aktif saat data pengguna diakses oleh aplikasi.

“Indonesia perlu mempercepat regulasi proteksi data pribadi, sekaligus membuat pengamanan default lebih kuat, terutama di perangkat Android,” kata Aldo.

Selain itu, kolaborasi antara bank, provider, dan platform digital mutlak diperlukan untuk melacak dan memutus jaringan penipuan secara lebih cepat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved