Penemuan Mengejutkan di Luar Angkasa: Bakteri Baru Asal Bumi Muncul di Stasiun Tiangong, Benarkah Tidak Berbahaya?
Tanggal: 1 Jun 2025 15:21 wib.
Dunia sains kembali dikejutkan oleh sebuah temuan yang tidak biasa. Stasiun luar angkasa milik China, Tiangong, dilaporkan telah menjadi lokasi penemuan bakteri misterius yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya di Bumi. Penemuan ini memicu banyak pertanyaan, baik dari kalangan ilmuwan maupun masyarakat umum: Apakah bakteri ini benar-benar aman? Dari mana asalnya? Dan apa dampaknya bagi masa depan eksplorasi luar angkasa?
Menurut laporan resmi, bakteri tersebut berhasil diidentifikasi oleh tim gabungan dari Shenzhou Space Biotechnology Group dan Beijing Institute of Spacecraft System Engineering. Hasil penelitian mereka telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah internasional International Journal of Systematic and Evolutionary Microbiology, menandai langkah besar dalam studi mikroba luar angkasa.
Bakteri Luar Angkasa atau Hanya 'Penumpang Gelap' dari Bumi?
Meskipun penemuan ini terdengar seperti berasal dari dunia fiksi ilmiah, para peneliti menyebut bahwa bakteri tersebut kemungkinan besar berasal dari Bumi dan terbawa ke luar angkasa melalui aktivitas manusia. Hal ini masuk akal mengingat setiap misi luar angkasa membawa risiko kontaminasi mikroba dari planet asal kita. Namun yang membuat bakteri ini luar biasa adalah kemampuannya untuk bertahan hidup dan berevolusi dalam kondisi ekstrem luar angkasa, termasuk stres oksidatif dan paparan radiasi tinggi.
Bakteri yang diberi nama Niallia tiangongensis ini menunjukkan kemampuan unik untuk bertahan hidup melalui mekanisme perbaikan diri. Tidak hanya itu, mikroba ini juga dapat memanfaatkan gelatin sebagai sumber karbon dan nitrogen, yang berfungsi sebagai perlindungan terhadap lingkungan keras di luar angkasa.
Menurut laporan yang dikutip dari Science Alert pada Selasa (27/5/2025), kemampuan tersebut membuat bakteri ini bukan hanya tangguh, tetapi juga adaptif, menjadikannya objek penelitian penting dalam konteks kehidupan mikroba di luar Bumi.
Tidak Berbahaya, Tapi Perlu Dipantau Ketat
Sampai saat ini, Niallia tiangongensis belum menunjukkan tanda-tanda membahayakan kehidupan di Stasiun Tiangong, termasuk para astronaut yang tinggal dan bekerja di sana. Para peneliti menyatakan bahwa bakteri ini tidak membawa patogen atau sifat menular yang berpotensi mengancam manusia.
Namun demikian, temuan ini tetap mendapat perhatian serius karena kerabat dekatnya, Niallia circulans, dikenal sebagai mikroba yang dapat menyebabkan infeksi serius seperti sepsis pada individu dengan sistem imun yang lemah. Ini menjadi pengingat bahwa mikroba bisa sangat beragam, bahkan antar spesies yang tampaknya mirip.
Oleh karena itu, studi lanjutan akan terus dilakukan guna memastikan keamanan jangka panjang dari keberadaan mikroba ini dalam lingkungan luar angkasa yang tertutup dan penuh risiko.
Kenapa Temuan Ini Penting untuk Eksplorasi Antariksa?
Bagi para ilmuwan, memahami karakteristik mikroba di luar angkasa bukan hanya soal penelitian semata. Ini menyangkut keselamatan dan keberlangsungan misi luar angkasa jangka panjang, terutama saat manusia mulai menjajaki rencana tinggal lebih lama di orbit Bumi atau bahkan menuju Mars dan planet lainnya.
"Memahami karakteristik mikroba dalam misi jangka panjang penting dalam upaya menjaga kesehatan dan keselamatan astronaut serta memastikan pesawat berfungsi dengan baik," jelas tim peneliti dalam pernyataannya.
Mikroba seperti Niallia tiangongensis dapat memberikan petunjuk penting tentang bagaimana mikroorganisme bertahan di lingkungan ekstrem, serta bagaimana sistem pendukung kehidupan di pesawat luar angkasa perlu dirancang untuk meminimalkan risiko kontaminasi biologis.
NASA Juga Pernah Temukan Kasus Serupa
China bukan satu-satunya negara yang pernah menemukan bakteri baru di luar angkasa. Sebelumnya, NASA juga mengumumkan penemuan bakteri jenis Enterobacter bugandensis di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Mikroba ini dikenal tahan terhadap berbagai jenis obat, dan di luar angkasa, ia menunjukkan kemampuan beradaptasi dan bermutasi menjadi varian baru yang lebih kuat.
Kasus NASA dan Tiangong menjadi cermin bahwa kehidupan mikroba bisa berkembang bahkan di lingkungan paling ekstrem yang dikenal manusia. Ini memberikan peluang besar untuk penelitian bioteknologi ruang angkasa, tetapi sekaligus mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan ketat terhadap ekosistem mikroba yang mungkin terbentuk di luar Bumi.