Oppo Geser Raja Smartphone Indonesia, Kuasai Pasar Asia Tenggara
Tanggal: 1 Des 2024 21:34 wib.
Pasar ponsel pintar di Indonesia mengalami pergeseran kuat dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini, Oppo berhasil mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin pasar dengan market share sebesar 22% pada kuartal III - 2024. Hal ini menjadikan Oppo sebagai vendor terbesar di Indonesia, mengatasnamakan diri dari para pesaing utamanya seperti Xiaomi, Transsion, Samsung, dan Vivo.
Prestasi Oppo di pasar Indonesia juga memberikan dampak positif di Asia Tenggara. Menurut laporan Canalys, Oppo berhasil memimpin pasar di Thailand dan Malaysia, sementara di Filipina dan Vietnam, Oppo berada di posisi kedua. Capaian tersebut menunjukkan dominasi yang konsisten di kawasan Asia Tenggara.
Melalui upaya dan strategi pemasaran yang efektif, Oppo mampu memperluas cakupan pasarnya dengan menargetkan pelanggan dari berbagai lapisan masyarakat. Canalys juga melaporkan bahwa Oppo meraih market share sebesar 21% di pasar Asia Tenggara, menunjukkan peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 18%. Pengiriman ponsel Oppo juga mengalami pertumbuhan yang substansial, dari 4 juta unit menjadi 5,1 juta unit, dengan pertumbuhan tahunan mencapai 29%.
Salah satu kunci kesuksesan Oppo adalah melalui model entry level yang mereka perkenalkan khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Dikabarkan bahwa model ponsel Oppo A3x dan A3 sukses menarik perhatian konsumen dengan harga yang terjangkau dan fitur-fitur yang menarik.
Hal ini sejalan dengan laporan Canalys yang menyebutkan bahwa pertumbuhan pasar ponsel di Asia Tenggara mencapai 15% dengan total pengiriman mencapai 25 juta unit, diiringi dengan penurunan harga jual rata-rata sebesar 4%.
Di segmen pasar ponsel dengan harga US$100-US$300, vendor seperti Oppo berupaya keras untuk bersaing dengan harga yang terjangkau. Hal ini menimbulkan ketergantungan yang tinggi terhadap promosi dan diskon guna mendorong penjualan. Namun, semakin banyaknya produk ponsel kategori menengah dan rendah yang membanjiri pasar menjadi penyebab turunnya harga rata-rata di pasar.
Canalys juga mencatat bahwa diskon besar pada model lama turut memperburuk masalah dengan menciptakan konflik harga pada peluncuran model baru. Analis di Canalys, Sheng Win Chow, menjelaskan bahwa biaya bahan baku yang meningkat dan inflasi biaya dalam aktivitas penjualan turut mengurangi profitabilitas perusahaan ponsel. Kendati demikian, perusahaan-perusahaan seperti Oppo terus berusaha untuk mengonsolidasikan produk entry level agar dapat mencapai biaya produksi yang lebih rendah.
Canalys juga merilis daftar lima besar ponsel di Asia Tenggara yang menunjukkan dominasi Oppo sebagai vendor terbesar dengan market share mencapai 21%. Diikuti oleh Samsung dan Transsion dengan masing-masing 16%, Xiaomi dengan 15%, dan Vivo dengan 10%.
Keberhasilan Oppo dalam menguasai pasar ponsel di Indonesia dan Asia Tenggara menjadi bukti bahwa perusahaan ini mampu beradaptasi dengan kebutuhan konsumen di kawasan ini. Dengan fokus pada ponsel entry level yang terjangkau dan kualitas yang terjamin, Oppo berhasil menempatkan diri sebagai pilihan utama bagi masyarakat Indonesia dan kawasan Asia Tenggara.
Sebagai pesaing utama dalam industri ponsel, langkah cerdas dari Oppo memberikan inspirasi bagi perusahaan-perusahaan lain untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas produk guna memenangkan hati konsumen.
Kesuksesan Oppo juga menandai pergeseran kultural dalam pilihan konsumen ponsel di Indonesia dan Asia Tenggara secara keseluruhan, menunjukkan bahwa kebutuhan pelanggan yang terus berkembang menjadi poin penting bagi kesuksesan bisnis di era digital ini.
Dengan terus mengikuti tren dan memberikan solusi yang tepat, perusahaan-perusahaan ponsel diharapkan dapat terus berinovasi dan memberikan nilai tambah bagi konsumen mereka. Mereka harus berfokus pada kepuasan konsumen dalam hal fitur, kualitas, dan harga.