Sumber foto: iStock

Nasib TikTok di Ujung Tanduk: Bagaimana Trump Selamatkan Aplikasi Favorit Jutaan Pengguna?

Tanggal: 22 Jan 2025 11:05 wib.
Presiden Donald Trump baru saja menandatangani perintah eksekutif pada Senin (20/1) yang memberikan penundaan selama 75 hari terhadap larangan operasi TikTok di Amerika Serikat. Sebelumnya, aplikasi video pendek populer ini dijadwalkan untuk dihentikan pada 19 Januari 2025. Langkah ini memberikan napas tambahan bagi TikTok, yang sebelumnya sempat terancam oleh undang-undang yang mengharuskan ByteDance, perusahaan asal Cina yang memiliki TikTok, untuk menjual asetnya di AS.

Namun, Trump juga memberikan usulan kontroversial. Ia menyarankan agar pemerintah Amerika Serikat memperoleh 50% saham TikTok sebagai syarat agar aplikasi tersebut tetap dapat beroperasi di negara itu. Usulan ini menunjukkan adanya campur tangan besar pemerintah AS dalam masalah bisnis, dengan alasan keamanan nasional yang menjadi dasar utama larangan awal.

Pada Sabtu (18/1), TikTok sempat tidak dapat diakses oleh pengguna AS hanya beberapa jam sebelum undang-undang resmi berlaku. Undang-undang tersebut mengharuskan ByteDance menjual TikTok kepada perusahaan lokal AS. Namun, akses aplikasi segera dipulihkan pada Minggu (19/1), setelah Trump memberikan jaminan bahwa TikTok dan mitra-mitranya tidak akan dikenakan denda besar untuk menjaga operasional mereka tetap berjalan.

Meski demikian, TikTok tetap tidak tersedia untuk diunduh di toko aplikasi Apple dan Google hingga Senin. Dalam sebuah pernyataan, TikTok berterima kasih kepada Trump atas langkah tersebut yang memberikan waktu lebih untuk mempertimbangkan solusi terbaik.

Perintah Eksekutif Trump

Perintah eksekutif yang ditandatangani Trump hanya beberapa jam setelah pelantikannya menjadi presiden menciptakan kesempatan baru untuk membahas kelanjutan operasional TikTok. Dalam perintah tersebut, Trump meminta agar tim jaksa AS diberikan waktu untuk menilai tindakan yang paling sesuai terhadap aplikasi ini. Langkah tersebut mengakhiri 48 jam penuh ketegangan yang diwarnai intrik politik dan perdebatan hukum.

Para pengguna TikTok, yang sempat khawatir kehilangan akses ke aplikasi favorit mereka, kini dapat bernapas lega. Namun, mereka tetap menanti kepastian nasib TikTok di AS.

Ketegangan Hubungan AS-Cina

Isu TikTok muncul di tengah hubungan bilateral yang sedang memanas antara AS dan Cina. Trump secara terbuka menyatakan niatnya untuk memberlakukan tarif baru terhadap Cina, tetapi di sisi lain ia menunjukkan keinginan untuk berdialog langsung dengan pemimpin negara tersebut.

Pemerintah Cina sendiri menunjukkan kesediaan untuk mencari solusi agar TikTok dapat beroperasi dengan aman di AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Mao Ning, dalam sebuah konferensi pers menyebutkan bahwa TikTok telah menjadi aplikasi yang sangat populer di AS dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian negara itu, termasuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan konsumsi.

Mao Ning menambahkan bahwa operasi dan akuisisi bisnis seharusnya diputuskan oleh perusahaan secara independen, sesuai dengan prinsip pasar. Selain itu, jika menyangkut perusahaan Cina, hukum dan regulasi Cina tetap harus menjadi panduan utama dalam proses pengambilan keputusan.

TikTok dan Masa Depannya

Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah menjadi aplikasi yang tidak hanya digemari anak muda tetapi juga berbagai kalangan di AS. Dengan 170 juta pengguna aktif, aplikasi ini memainkan peran penting dalam budaya digital modern. Namun, ancaman larangan operasi menunjukkan bagaimana teknologi asing kerap menjadi titik rawan dalam politik internasional.

TikTok kini dihadapkan pada tantangan besar untuk mempertahankan operasinya di AS. Apakah mereka akan setuju untuk memberikan saham sebesar 50% kepada investor AS, atau menemukan jalan tengah yang tetap menghormati kepentingan nasional kedua negara? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved