Nasib Pekerja di Era AI Jadi Perhatian Paus Leo XIV
Tanggal: 13 Mei 2025 23:43 wib.
Paus Leo XIII dikenal vokal dalam memperjuangkan hak-hak pekerja selama masa Revolusi Industri. Dalam ensikliknya yang terkenal, Rerum Novarum, Leo XIII menegaskan pentingnya keadilan sosial dan perlindungan hak-hak pekerja. Dokumen ini menjadi landasan bagi banyak pergerakan buruh dan membantu membentuk pandangan gereja mengenai dunia kerja. Kini, di tengah kemajuan pesat teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), warisan pemikiran Leo XIII kembali relevan, karena tantangan baru muncul bagi para pekerja di seluruh dunia.
Dalam pidato pertamanya di hadapan kardinal, Paus Leo XIV menyinggung soal kecerdasan buatan dan tantangan yang dihadapi oleh pekerja dalam dunia yang semakin tergantung pada teknologi ini. AI menawarkan berbagai keuntungan, seperti efisiensi dan produktivitas yang tinggi. Namun, di sisi lain, implementasi teknologi ini juga memunculkan kekhawatiran akan hilangnya pekerjaan dan ketidakpastian di kalangan pekerja. Paus Leo XIV menyadari bahwa perubahan cepat ini membutuhkan perhatian serius untuk memastikan bahwa hak-hak pekerja tetap terjaga.
Salah satu poin kunci yang disampaikan oleh Paus Leo XIV adalah perlunya kesadaran dan tanggung jawab moral dalam mengadopsi teknologi baru. Ia menekankan bahwa meskipun teknologi dapat membawa kebaikan, pengabaian terhadap dampaknya terhadap kondisi kerja dapat menimbulkan ketidakadilan sosial. Dalam konteks ini, Paus Leo XIV mengajak semua pihak, termasuk pengusaha, pemerintah, dan masyarakat, untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan kerja yang adil dan manusiawi.
Paus Leo XIII dalam Rerum Novarum menegaskan pentingnya perlindungan hak-hak pekerja dan penanggulangan eksploitasi. Pandangan ini sejalan dengan peringatan Paus Leo XIV mengenai pekerjaan yang terancam oleh otomatisasi dan AI. Ketika semakin banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin, pertanyaan muncul tentang bagaimana nasib para pekerja yang menghadapi kehilangan mata pencaharian. Paus Leo XIV menekankan pentingnya mendiskusikan solusi yang adil dan inklusif untuk semua pihak yang terdampak.
Diskursus mengenai AI dan pekerja tidak dapat dipisahkan dari masalah pelatihan dan pengembangan keterampilan. Paus Leo XIV menekankan perlunya upaya bersama dalam memberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai kepada para pekerja agar mereka siap beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Hal ini sejalan dengan pemikiran Paus Leo XIII yang mendorong peningkatan keterampilan dan pemberdayaan pekerja untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Paus Leo XIV juga mengingatkan bahwa teknologi seharusnya melayani manusia, bukan sebaliknya. Dalam perspektif sosial Katolik, kemajuan teknologi harus dipandang sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan sebagai ancaman. Untuk mencapai itu, dibutuhkan adanya regulasi yang melindungi hak-hak pekerja dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan meskipun dalam era di mana AI semakin mendominasi.
Ketika melihat kembali warisan Paus Leo XIII dan pernyataan Paus Leo XIV, jelas bahwa isu-isu terkait hak-hak pekerja dan keadilan sosial tetap menjadi perhatian utama bagi Gereja Katolik. Keduanya mengajukan tantangan bagi dunia modern untuk merenungkan bagaimana teknologi, dalam hal ini kecerdasan buatan, dapat digunakan untuk mendukung dan memperkuat posisi para pekerja, bukan justru merugikan mereka. Dalam konteks ini, pesan moral dan ajakan untuk bertindak menjadi semakin relevan di tengah perubahan yang terus berlangsung.