Sumber foto: iStock

NASA di Ambang Krisis: Mimpi Luar Angkasa Amerika Kandas oleh Pemangkasan Anggaran Trump?

Tanggal: 19 Jun 2025 09:54 wib.
Masa depan NASA, lembaga antariksa paling prestisius di dunia, tengah berada di persimpangan jalan yang genting. Pemerintahan Donald Trump dikabarkan memangkas hampir setengah dari anggaran program ilmiah NASA, dengan total pemotongan dana sebesar 24% dari keseluruhan bujet. Langkah ini mengancam keberlanjutan berbagai proyek luar angkasa yang telah menjadikan Amerika Serikat sebagai pemimpin dalam eksplorasi kosmos.

Sejak keberhasilan besar seperti pendaratan manusia di Bulan hingga pemotretan galaksi jauh oleh teleskop Hubble dan James Webb, NASA telah menjadi pilar dalam pencapaian sains global. Namun, serangkaian kebijakan efisiensi dari Gedung Putih kini menempatkan organisasi ini dalam ketidakpastian ekstrem.


Pemangkasan Sepihak Tanpa Masukan NASA

Sumber dalam menyebut bahwa kebijakan pemotongan ini dilakukan tanpa banyak konsultasi dengan pihak NASA sendiri. Bahkan, pada 31 Mei 2025, hanya beberapa hari menjelang proses konfirmasi Senat, Trump secara tiba-tiba mencabut pencalonan Jared Isaacman sebagai calon administrator baru NASA. Isaacman dikenal sebagai pengusaha yang juga dua kali ikut serta dalam misi luar angkasa swasta—kombinasi unik antara penggemar antariksa dan pelaku bisnis teknologi.

Hingga kini, NASA belum menerima nama baru untuk menggantikan posisi tersebut, dan ini memicu kekhawatiran akan kekosongan arah kepemimpinan lembaga yang selama ini menjadi garda terdepan inovasi ilmiah Amerika.


Konflik Politik dan Masalah Internal Menghambat Arah NASA

Menurut Casey Dreier, kepala kebijakan luar angkasa dari Planetary Society, ketidakpastian di tubuh NASA saat ini diperparah oleh konflik politik antara Trump dan Elon Musk, CEO SpaceX yang juga menjadi mitra kontrak utama NASA dalam banyak misi luar angkasa dan proyek pertahanan nasional. Ketegangan ini berpotensi memengaruhi kelangsungan berbagai proyek strategis jangka panjang.

Dreier juga menyampaikan bahwa pemotongan anggaran ini membuat NASA harus beroperasi dengan pendanaan paling kecil sejak era Project Mercury di awal 1960-an. Inflasi yang tinggi hanya menambah tekanan bagi organisasi ini untuk tetap berjalan.


Sains Dikorbankan, Hanya Proyek Praktis yang Dipertahankan

Jika dilihat secara menyeluruh, pemotongan yang dilakukan tidak merata. Program-program yang berorientasi praktis dan ekonomi, seperti transmisi data cuaca satelit untuk sektor pertanian, masih mendapat pendanaan. Namun, sebaliknya, penelitian perubahan iklim dan eksplorasi astrofisika justru dipangkas habis-habisan.

Bahkan, 19 proyek penelitian luar angkasa yang telah aktif terancam dibatalkan akibat kurangnya anggaran. Ini tentu menjadi kemunduran besar, mengingat proyek-proyek tersebut merupakan investasi jangka panjang yang kritikal untuk penemuan ilmiah global.

Ironisnya, meski proyek ilmiah dipangkas, dua program besar tetap dipertahankan oleh Trump: Proyek Artemis yang menargetkan manusia kembali ke Bulan pada 2027 atau awal 2028, serta rencana pendaratan awak di Mars, meskipun jadwal pasti belum ditentukan karena kompleksitas teknis.


Cita-Cita Dominasi Antariksa AS vs Realita Penghentian Proyek

Dalam pidatonya, Trump kerap menyuarakan ambisinya agar Amerika Serikat tetap menjadi pemimpin luar angkasa, mengungguli Tiongkok, Rusia, dan negara lain. Namun, kebijakan yang ia buat justru tampak bertentangan dengan ambisi tersebut.

“Amerika akan selalu menjadi yang pertama di luar angkasa,” ucap Trump dalam masa jabatan pertamanya. Tapi di balik slogan nasionalistik itu, dukungan nyata terhadap NASA justru minim, bahkan bertolak belakang.


Akar Masalah: Blueprint Project 2025?

Salah satu tokoh yang diduga berada di balik skenario pengurangan ini adalah Russell Vought, Direktur Kantor Manajemen dan Anggaran Gedung Putih. Ia juga dikenal sebagai penulis utama dari Project 2025, sebuah dokumen strategi kebijakan berhaluan konservatif yang tidak menyebut NASA sama sekali.

Namun, pada tahun 2022, lembaga pemikir sayap kanan yang dipimpin Vought, Center for Renewing America, pernah menerbitkan proposal anggaran yang menyerukan pemotongan 50% pada program sains NASA, khususnya proyek yang berfokus pada isu perubahan iklim. Mereka menyebutnya sebagai program “yang salah arah.”

Proposal tersebut juga mengusulkan pemangkasan total sebesar lebih dari 15% untuk keseluruhan anggaran NASA—angka yang saat ini sangat mirip dengan kenyataan pemotongan yang terjadi di bawah Trump.


Bukan Sekadar Anggaran yang Dipangkasnya, Tapi Harapan Generasi Baru

Menurut para pengamat, kerusakan terbesar dari pemotongan ini bukan hanya proyek yang hilang, tetapi juga lenyapnya peluang generasi ilmuwan muda. Mereka yang telah menginvestasikan waktu hingga 15 tahun dalam pendidikan dan penelitian kini menghadapi masa depan yang kabur, tanpa jaminan pekerjaan atau kelanjutan karier.

Michael Hiltzik, dalam laporannya di Los Angeles Times, menyebut bahwa NASA kemungkinan akan kesulitan pulih dari pukulan ini. Ia menekankan bahwa kehilangan kepemimpinan dan hilangnya inovasi dari Amerika bisa dengan cepat diambil alih oleh negara-negara lain—China menjadi kandidat kuat untuk mengambil posisi dominan di luar angkasa.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved