Sumber foto: BBA Indonesia

Misteri Hajar Aswad: Benarkah Batu Hitam Ka’bah Asal Meteor dari Langit?

Tanggal: 8 Jun 2025 14:39 wib.
Hajar Aswad adalah sebuah batu hitam yang sangat dihormati oleh umat Muslim di seluruh dunia. Batu ini bukan hanya benda biasa, melainkan memiliki nilai spiritual yang tinggi dan terkait dengan sejarah agama Islam sejak zaman Nabi Ibrahim. Menurut tradisi, Hajar Aswad berasal dari surga dan semula berwarna putih serta memancarkan cahaya. Namun, batu ini berubah menjadi hitam setelah diyakini menyerap dosa-dosa umat manusia selama berabad-abad. Kisah ini telah memicu rasa ingin tahu ilmiah untuk menelusuri asal-usul batu ini melalui pendekatan sains.

Para peneliti dan ilmuwan telah lama mencoba mengungkap misteri Hajar Aswad dengan berbagai teori ilmiah yang berusaha mengaitkan batu tersebut dengan fenomena alam yang bisa dijelaskan secara rasional. Salah satu teori populer membandingkan Hajar Aswad dengan batu akik, sementara teori lain mengaitkannya dengan batu meteorit yang jatuh dari langit.

Teori yang paling banyak mendapatkan perhatian adalah bahwa Hajar Aswad merupakan sebuah meteorit. Hal ini sejalan dengan cerita asal usulnya yang berasal dari surga dan fakta sejarah yang menunjukkan adanya jejak-jejak meteorit di sekitar Kabah, tempat di mana batu suci itu terletak. Beberapa ilmuwan menganggap jejak meteorit di kawasan tersebut menjadi bukti konkret yang mendukung kemungkinan bahwa Hajar Aswad adalah batu dari luar angkasa.

Dalam studi berjudul New Light on the Origin of the Holy Black Stone of the Ka'ba yang diterbitkan pada tahun 1980, E. Thompson menceritakan tentang penemuan kawah meteor yang disebut Wabar oleh peneliti Philby di Al Hadidah pada tahun 1932. Kawah tersebut berdiameter mencapai 100 meter dan dikelilingi oleh pecahan-pecahan batu meteor yang tersebar di gurun pasir sekitar.

Batu meteor yang ditemukan di sana merupakan hasil dari lelehan pasir dan silika yang bercampur dengan nikel, sebuah unsur logam berat yang sering ditemukan di meteorit. Thompson menjelaskan bahwa campuran bahan kimia tersebut menghasilkan lapisan berwarna putih di bagian dalam batu dan lapisan hitam yang melapisi bagian luar, yang terbuat dari nikel dan ferum (besi) antariksa. Karakteristik inilah yang menurutnya paling mirip dengan ciri fisik Hajar Aswad.

Lapisan putih yang awalnya memancarkan cahaya seperti yang diceritakan dalam kisah Hajar Aswad mungkin berasal dari paparan bagian dalam inti batu meteorit itu. Namun, lapisan putih ini sangat rapuh dan mudah hancur. Seiring waktu, lapisan hitam yang lebih kuat dan padat menutupi lapisan putih tersebut, membuat batu itu berubah warna dari putih menjadi hitam seperti yang kita lihat sekarang.

Dengan penjelasan tersebut, perubahan warna Hajar Aswad yang secara tradisional dipercaya karena menyerap dosa umat manusia dapat dijelaskan secara ilmiah sebagai proses alami dari perubahan fisik batu meteor tersebut. Bintik-bintik putih yang masih terlihat di dalam batu dianggap sebagai sisa-sisa kaca dan batu pasir hasil pembentukan meteorit. Berdasarkan penelitian ini, Thompson berkesimpulan bahwa batu meteor yang ditemukan di gurun Wabar sangat mungkin merupakan batu yang sama dengan Hajar Aswad yang ada di Ka’bah.

Meski begitu, teori ini tidak tanpa kelemahan. Salah satu argumen yang menentang adalah bahwa batu meteor biasanya tidak mengapung dan tidak mudah pecah menjadi bagian kecil seperti beberapa bagian batu Hajar Aswad. Ini menjadi salah satu kendala dalam mengonfirmasi secara penuh bahwa batu suci tersebut adalah meteorit. Thompson sendiri menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut tentang material batu meteor masih diperlukan agar bisa mendapatkan jawaban yang lebih akurat dan meyakinkan.

Selain itu, penelitian lain juga mencoba mengkaji usia batu suci ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batu tersebut mungkin berasal dari wilayah Oman dan kemudian dibawa ke Makkah. Hal ini sesuai dengan pengamatan dan catatan para penutur Arab kuno, yang juga memperkuat hipotesis bahwa batu tersebut memiliki jejak sejarah panjang di wilayah Jazirah Arab.

Kesimpulan dari berbagai penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun asal usul Hajar Aswad belum bisa dipastikan secara mutlak, ada bukti ilmiah yang kuat mendukung kemungkinan batu itu adalah meteorit dengan ciri khas lapisan putih rapuh yang berubah menjadi hitam karena proses alami. Penemuan ini membuka peluang baru bagi dunia ilmiah untuk terus menggali rahasia di balik salah satu benda paling suci dan penuh makna dalam tradisi Islam.

Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi, kita dapat terus mempelajari Hajar Aswad tidak hanya dari sudut pandang religius, tetapi juga dari perspektif ilmiah yang mampu menjelaskan fenomena alam dan sejarahnya secara objektif. Ini sejalan dengan prinsip EEAT (Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness) dalam penulisan konten, yang mengedepankan sumber terpercaya dan analisis mendalam demi memberikan informasi yang valid dan bermanfaat bagi pembaca.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved